Ruang kamar tampak monoton dengan perabotan seperti biasa. Di sudut dekat jendela sana ada kursi tunggal dan lemari buku. Jika ada waktu, Lukas sering membaca di sana. Dari pada ke perpustakaan, ia lebih senang membaca di tempat favoritnya sambil memandangi halaman rumah yang tampak hijau membentang. Besok ia harus ke benteng Foxie. Perjalanan yang cukup memakan waktu sebab lokasinya di perbatasan Negara. Kali ini, mungkin ia tidak akan dibuat pusing dengan tingkah random istrinya yang sedang lupa ingatan. Lukas tidak terbiasa dengan senyum cerah istrinya—seperti waktu itu—di pasar. “Hah, lebih baik dia bersikap seperti biasa. Aku bingung harus bersikap seperti apa jika dia berubah.” Ditaruhnya jubah hitam itu ke kursi. Satu persatu kancing bajunya lepas dan hanya menyisakan celana saja.