20

1020 Words
' Semua perjuangan pasti takkan menghianati hasil. Aku puas dan tak bisa berhenti menatap kupu - kupu kesayanganku ini' - Ares Pratama . . . Ares Pratama yang sama sekali tak berminat soal wanita seumur hidupnya, kini merasakan apa itu jatuh cinta pada seorang wanita. Sialnya, wanita itu sudah bersuami. Dan kini, Ares berhasil menarik paksa wanita itu menjadi miliknya, walau dengan segala dusta yang dia buat. Dia merasakan kebahagiaan, meski selama ini dia merasa hidupnya sangat membosankan. Bagaimana tidak? Dia hanya menghabiskan waktunya untuk berbisnis dengan cara bersih mau pun kotor! Dia juga sangat berambisi dan dipenuhi dendam. Tapi sekarang, dia merasakan kebahagiaan dan cinta sejak bertemu wanita ini. Dia berharap, kalau dia dan Mikaela akan bersama selamanya. “Willy! Aku juga sangat mencintaimu!” Mikaela meraih wajah Willy (palsu) dan memberikan ciuman singkat di bibir tipis pria itu. Ares yang baru pertama kali menerimanya langsung terkesiap. Pria itu mematung karena saking terkejutnya. “Kenapa terkejut seperti itu? Kita ini sudah menikah, bukan?” Mikaela heran dengan keterkejutan pria ini. “Ah, bukan itu! Hanya saja, ini terlalu tiba-tiba.” Ares beralasan. Pria itu tak bisa berhenti tersenyum dan agak sedikit malu-malu menerima ciuman dari wanita ini. Dia sangat bahagia seperti anak remaja yang baru dicium oleh pacarnya. Dan harap diingat, Ares tak pernah pacaran dengan gadis mana pun. Dia hanya pacaran dengan kertas dan pulpen. Ironis sekali! “Hahahaha! Ekspresi malu-malu kamu juga tak berubah! Aku jadi teringat saat aku menciummu di hari Valentine lima tahun yang lalu!” Mikaela tertawa karena teringat soal Willy yang memasang ekspresi yang sama dengan kakaknya ini. “Baby! Jangan goda aku dulu! Kamu istirahat dulu ya! Ada beberapa hal yang harus aku kerjakan juga,” ucap Ares sambil menggendong Mikaela ke ranjangnya. Ah, mungkin sekarang akan menjadi milik mereka berdua. Setelah meletakkan Mikaela dengan hati-hati, Ares mengelus kepala Mikaela untuk pamit mengurusi beberapa urusan yang penting. “Jangan pergi!” Mikaela menahan tangan pria itu. “Hanya sebentar.” Ares berbalik sambil menatap hangat pria itu. Oh, kalian pasti akan melupakan betapa brengseknya dia dahulu saat melihat sikap manisnya saat ini. “Ada lagi yang mau aku tanya!” Mikaela masih menahan Willy (palsu) untuk tetap di sini. “Apa lagi Mikaela?” tanya Ares sambil berjongkok di hadapan wanitanya. Kalau dipikir-pikir, dia selalu berjongkok untuk berbicara dengan wanita itu. Dan dia selalu menatap wanita itu dengan penuh kelembutan. Dia yang dulunya singa, sekarang bersikap seperti kucing di hadapan Mikaela. Kalau seseorag sudah jadi b***k cinta, ternyata bisa berubah juga. “Kita sudah menikah selama empat tahun, bukan?” tanya Mikaela dan dibalas anggukan oleh Ares. “Lantas, kenapa kita belum memiliki anak?” tanya Mikaela lagi membuat Ares sangat terkejut. Oh, ini seperti jebakan! Mikaela sudah memiliki seorang putri tapi dari pria lain. Tentu saja, dia takkan memberi tahu soal ini kepada wanitanya. “Kita… terlalu sibuk dengan pekerjaan, Baby! Aku yakin, kita akan segera memiliki anak!” Ares memberi alasan. ‘Ya Mikaela! Aku akan memiliki anak darimu! Hanya kau yang berhak melahirkan anak-anakku ke dunia ini!’ batin Ares sambil memandang mata Mikaela dengan penuh kehangatan. “Bukannya dulu, kamu bilang kalau kita menikah, kita akan langsung punya anak? Hahh… ada saja perubahan dalam hidup ini! Willy, aku jadi merindukan kakakku! Apa boleh aku menghubunginya? Aku merindukan keponakanku, Steve!” pinta Mikaela kali ini semakin membuat Ares mati kutu. Tapi, ini juga sudah diperkirakan olehnya. Hanya saja, dia tak menduga kalau Mikaela akan memikirkan hal ini secepat ini. “Baby, jangan sekarang ya? Aku harus mengurus beberapa pekerjaanku! Kamu juga jangan dekat-dekat dulu dengan benda beradiasi seperti handphone! Kondisimu masih sangat lemah! Istirahatlah dulu!” bujuk Ares sebisa mungkin menghalangi Mikaela berkontak dengan keluarganya. “Begitu ya? Kecelakaan apa yang terjadi sampai kondisiku separah ini? Apa aku menabrak sesuatu?” tanyanya lagi karena merasa ada yang tak normal dengan kondisinya. Seakan, tubuhnya dipaksa mengubur beberapa memorinya. “Iya Baby! Kejadiannya begitu mengerikan sampai aku tak ingin mengingatnya! Sekarang istirahat dulu! Nanti aku bangunkan untuk makan malam dan minum obat,” suruh Ares dan akhirnya diangguki pasrah oleh Mikaela. Pria itu tersenyum hangat dan mengecup dahi Mikaela dengan penuh kasih sayang. Setelah itu, pria itu keluar dari kamarnya meninggalkan Mikaela yang sedang berusaha untuk istirahat. Wanita itu masih ada pertanyaan, tetapi dia sengaja menahan semua pertanyaan itu di dalam pikirannya karena suami (palsu)nya menyuruhnya beristirahat. Dan Ares kini berjalan menuju ruang kerjanya. Pria itu langsung menghubungi Helios untuk segera menemuinya di ruang kerja. Dia ingin mendiskusikan banyak hal. “Permisi, Tuan!” Helios masuk dan menghadap Ares dengan sangat cepat. “Ah, Helios! Aku berterima kasih soal figuranya! Kau membuatnya dengan sangat indah! Tapi ada beberapa masalah lagi! Mikaela adalah orang yang cepat penasaran! Dan sialnya, aku tidak mungkin bisa sepenuhnya bersikap sebagai Simon! Apa yang harus aku lakukan?” tanya Ares meminta pendapat Helios yang sangat dia percayai. “Bagaimana kalau Tuan mencari tahu soal kenangan Tuan William dan Nona Mikaela? Setidaknya, Tuan akan tahu apa saja yang pernah mereka lewati dan anda bisa tahu cara menentukan sikap,” saran Helios membuat senyuman lega terukir di bibir Ares. Dia sangat bersyukur Helios selalu memberikan saran-saran terbaik. “Tapi… di mana kita bisa menemukannya?” tanya Ares lagi sambil memasang mode berpikir. “Apartemen Tuan William!” jawab Helios dengan sangat benar. “Ah! Kenapa aku tak terpikir ya? Kenapa aku jadi sebodoh ini sekarang?” Ares merutuki dirinya yang tidak langsung berpikir soal itu. “Baiklah… kamu bisa menggeledah isi apatermennya dan cari segala informasi soal kenangannya bersama Mikaela! Aku tidak mau dia akan mencurigaiku!” lanjut Ares memberi perintah kepada bawahannya. “Siap, Tuan!” Helios selalu siap sedia melakukan semua perintah Ares. Puas! Inilah yang dirasakan Ares Pratama saat ini. Balas dendamnya akan mencapai klimaksnya dan pialanya sudah dia dapat. Dia bisa tersenyum bahagia karena mendapat tatapan penuh cinta dari Mikaela. Menurutnya, hidupnya sudah sangat lengkap. Padahal, dia sempat berpikir untuk memberikan sebagian hartanya kepada para bawahannya yang setia karena tidak tau mau mewariskan semua ini pada siapa. Dia tak punya keluarga lagi. Tapi sekarang, dia berharap mempunyai keluarga yang bahagia dengan Mikaela.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD