Suasana ruang baca itu begitu dingin. Mencekam dalam kebisuan masing-masing. Sesekali hanya terdengar isak tangis dari bibir Laras. "Ras, Ras. Apa yang sebenarnya ada di pikiran Kamu?" Fira memijit pelipisnya, merasa pusing dengan kemauan Laras. "Maafkan Laras Ma. Tapi Laras punya alasan yang kuat untuk membatalkan pernikahan," jawab Laras di sela tangisnya. Gadis itu memeluk kaki ibunya penuh permohonan. "Kalau begitu katakan alasan Kamu dengan jelas agar Mama mengerti." "Laras tidak bisa memberitahukan alasannya." Laras menggelengkan kepala. Tak mungkin ia mengatakan hal yang tabu itu pada Mamanya. "Konyol! Pokoknya Mama nggak mau tahu. Pernikahan harus terjadi. Tidak ada laki-laki yang lebih baik dari Arya. Dia yang paling pantas bersanding denganmu. Sudah, Mama tidak mau membic