Hancur lebur. Seperti kapal pecah.
Itu deksripsi dari ruang apartemen yang Faazil dan Ayuning tinggali selama hampir satu tahun ini. Gadis dengan rambut diombre warna ungu itu membanting semua benda yang bisa ia capai, membuangnya ke lantai begitu saja sampai hancur berserakan. Juga jeritan-jeritan yang keluar dari mulutnya membuat siapapun yang mendengarnya tidak akan tahan.
Namun Faazil berusaha menahannya, ia hanya memperhatikan kekasihnya itu menghancurkan segala barang disekitarnya. Entah berapa kerugian yang ia alami nanti. Sebenarnya ia tak terlalu peduli walau Ayuning mengamuk seperti apapun. Ia sama sekali tak mencintai gadis yang sudah menjalani hubungan satu tahun dengannya ini. Hanya demi kepuasannya semata serta harta yang Ayuning berikan secara Cuma-Cuma padanya. Seperti halnya apartemen ini yang Ayuning beli dengan mengatasnamakan Faazil.
Anggap Faazil matre. Padahal ia hanya memanfaatkan peluang. Ayuning adalah gadis kaya raya, anak pengusaha besar di negara ini, dia selalu mengejar-ngejarnya dulu karena perusahaannya pernah bekerja sama dengan perusahaan milik keluarga Ayuning walau sekarang tidak lagi.
Jelas berita soal perjodohan Faazil dengan gadis bernama Luisa yang ternyata pernah Ayuning temui itu membuat gadis angkuh itu bersikap diluar batas. Walau sama sekali tak bisa merubah keadaan.
“Kenapa gak perusahaan kita aja yang bekerja sama lagi? Kenapa gak kita aja yang dijodohkan?! Ini gila!” Ayuning menarik rambutnya sendiri dengan keras. Rasanya tak sesakit hatinya saat ini. Saat mengetahui kekasihnya akan segera menikah dengan gadis lain yang bahkan selera berpakaiannya jauh dibawahnya.
Gila aja nikah sama cewek tukang belanja kayak kamu. Bisa bangkrut nanti aku. Batin Faazil yang memang selama ini Ayuning selalu belanja hampir setiap hari. Tentu dengan uang gadis itu sendiri. Faazil hanya sesekali membayarkannya, kebanyakan Ayuning memaksa untuk membayarnya sendiri. Kecuali kalo udah nikah baru Faazil harus membayarkan belanjaannya terus. Bangkrut kan yang ada?
“Itu keputusan Ayahku, sayang.”
Ayuning menggeleng kuat.” Gak! Kamu harus batalin itu. Aku gak rela! Kita udah lakuin semua hal selama satu tahun ini. Apa kamu sanggup nikah sama wanita lain? Wanita dengan dandanan kuno itu.” Ia bergidik ngeri membayangkan penampilan Luisa waktu pertama kali bertemu dengannya saat bersama Faizal itu.
Luisa sebenarnya cantik, bahkan jauh lebih cantic menurut Faazil. Gadis itu juga terlihat sederhana padahal perusahaan Ayahnya cukup besar walau memang agak kacau akhir-akhir ini.
“Aku gak bisa membantahnya, sayang. Kamu harus ngerti.”
“Gimana aku bisa ngerti?! Pacar aku mau nikah sama wanita lain dan aku disuruh mengerti?! Kamu gila?!”
“Ya terus mau gimana lagi?” Faazil memasang wajah tak berdayanya.
“Lalu hubungan kita gimana? Aku gak mau dikira pelakor! Padahal kamu tuh milik aku!”
“Hubungan kita tetap jalan sayang. Dia hanya istri diatas kertas aja.” Faazil berusaha menenangkan kekasihnya itu.
“Tapi kamu pasti akan menyentuhnya nanti!”
Tergantung.” Gak lah! Mana suka aku sama wanita macam dia. Kamu tau aku sukanya sama kamu.” Ucap Faazil dengan nada manisnya yang biasanya mampu meluluhkan hati Ayuning ketika sedang panas seperti ini.
“Janji? Jangan pernah sentuh dia! Buat dia menderita dan menyesal telah menjadi istri kamu.” Ayuning mengacungkan jari kelingkingnya.
Faazil malah menggenggam tangan gadis itu dan mengecupnya.” Kamu tenang aja. Jika sudah waktunya aku akan mendepak dia dari hidup aku, lalu menguasai perusahaannya dan kita bisa menikah.”
“Aku pegang omongan kamu.” Ucap Ayuning yang mulai luluh, bahkan ia langsung menyandarkan kepalanya di d**a bidang milik kekasihnya itu.
………….
“Luisa! Tunggu!” Faizal berhasil menarik tangan gadis yang selalu menghindarinya akhir-akhir ini. Bahkan hampir seminggu Luisa selalu datang mepet saat ujian berlangsung. Dan langsung keluar sebelum bel tanda ujian selesai berbunyi. Seolah gadis itu benar-benar sedang menghindarinya.
“Apa?” Tanya Luisa dengan pasrah. Ia sebenarnya lelah dan bingung kenapa harus menghindari pria ini. Tidak seharusnya kan? Mereka bukan apa-apa dan tidak pernah ada hubungan apa-apa. Hanya hampir saja Luisa luluh dengan pesona dan perjuangan Faizal padanya. Iya hampir. Setelahnya ia harus menahan perasaannya kuat-kuat agar ia tidak terlalu kecewa nantinya, mengingat Faizal akan menjadi adik iparnya.
“Kamu harusnya gak terima perjodohan itu.” Ucap Faizal dengan nada lemah, seolah ia lelah memperjuangkan perasaannya yang tak pernah dibalas oleh Luisa sedikit pun. Tapi gadis itu malah mau dijodohkan dengan kakaknya sendiri.
“Dan membiarkan perusahaan Ayahku bangkrut? Itu mau kamu?”
Faizal terdiam. Ia memang tak bisa diandalkan untuk saat ini. Ia belum bekerja bahkan kuliah pun ogah-ogahan.” Pasti ada cara lain kan?”
“Kalo ada aku gak akan mau dijodohin sama kakak kamu yang sedingin es kutub itu!”
“Kamu bisa usul dijodohkan sama aku kan?” Faizal semakin ngawur. Dengan keadaan hati yang hancur, pikirannya sendiri jadi tidak singkron.
“Apa bedanya? Sama aja. Aku gak suka kalian berdua.” Ucap Luisa berbohong. Walau baru sedikit rasa suka yang ia miliki untuk pria didepannya ini.
“Bedanya? Aku mencinta kamu, Lui. Sementara kakakku tidak.”
“Cinta bisa datang karena terbiasa, Iz.” Luisa berusaha tersenyum tegar walau ia sendiri tak yakin dengan dirinya sendiri dan pernikahannya nanti. Ia merasa sangat takut, hidup bersama pria yang belum pernah ia kenal.
…………
“Eh, Faaz. Masuk ayo.” Ucap Deri saat melihat calon menantunya sudah berdiri didepan pintu rumahnya.
“Gak usah, Om. Saya Cuma mau jemput Luisa. Hari ini kami ada sesi foto prewed.” Ucap Faazil dengan sopan. Acting seperti biasa.
“Oh iya ya. Bentar ya Om panggil Luisa dulu.” Ucap Deri sambil masuk ke dalam rumahnya. Sementara Faazil duduk di kursi yang berada diluar pintu utama itu. Kursi yang menghadap ke halaman depan rumah yang tampak sangat asri dan hijau. Sangat terawat.
Tak lama Deri keluar bersama Luisa yang tampak sudah siap.” Ini Luisa. Kalian mau sesi foto prewed kata Faaz.”
“Pake prewed segala?” Tanya Luisa agak kikuk. Kenal Faazil aja baru, ditambah kesan pertemuan pertama mereka, sekarang malah mau foto prewed. Gimana ini?
“Iya dong. Masa pernikahan antara dua anak yang punya perusahaan besar malah biasa-biasa aja.” Ucap Faazil berusaha ramah. Walah hatinya kesal karena Luisa malah bertanya-tanya yang semakin memperlama dirinya berada disini.
“Iya. Kamu dengeri kata calon suami kamu. Toh pernikahan kan sekali seumur hidup. Harus yang terbaik dong.” Ucap Deri berusaha meyakinkan anak semata wayangnya itu.
“Yaudah deh. Luisa pamit dulu ya, Yah. Ayah gak apa-apa sendiri dirumah?” Tanya Luisa yang khawatir dengan kondisi kesehatan Ayahnya akhir-akhir ini.
Deri mengangguk yakin.” Nanti juga ada Pak warto bersihin kebun. Jadi ada temennya.”
“Yaudah deh. Luisa pergi dulu.” Ucap Luisa yang berjalan lebih dulu.
“Saya pamit dulu, Om.” Ucap Faazil yang lagi-lagi terlihat sopan. Ia pun segera menyusul Luisa yang berjalan lebih dulu menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Dengan sopan ia membukakan pintu untuk gadis itu membuat Luisa mengerutkan keningnya seketika tapi akhirnya gadis itu masuk juga ke dalam mobil calon suaminya itu.
Di perjalanan, baik Luisa maupun Faazil tidak ada yang membuka pembicaraan. Hanya keheningan diantara mereka. Faazil pun sepertinya tidak suka suara berisik didalam mobil, buktinya pria itu tidak menyetel music atau apapun.
“Soal perjodohan ini…” Luisa tampak ragu tapi ia juga penasaran untuk mempertanyakan langsung pada calon suaminya itu. Ia tidak ingin memiliki hubungan pernikahan yang toksik nantinya jika memang Faazil masih memiliki hubungan dengan gadis angkuh yang pernah ia temui.” Hubungan kamu dan gadis itu bagaimana?”
“Ayuning maksudmu?”
“Ya, mungkin. Aku gak tau namanya.” Balas Luisa dengan jujur. Karena memang ia pun tidak tau nama dari kekasih Faazil itu.
“Belum nikah aja udah kepo sama privasi aku hm?” Ucap Faazil dengan nada tajam. Wajahnya tampak tak suka dengan pertanyaan Luisa.
“Eh, bukan gitu. Cuma…” Luisa tampak kikuk. Entah kenapa setiap berada disamping Faazil membuatnya selalu grogi, tak bebas untuk melakukan atau mengatakan apapun. Beda saat bersama Faizal. Tunggu. Kenapa ia harus membandingkan dua kakak beradik itu?
“Ingat ya! Pernikahan kita hanya diatas kertas. Cuma buat bantu perusahaan Ayah kamu. Jangan berharap lebih apalagi mengharapkan pernikahan impian seperti yang kamu pikirkan itu!” Tegas Faazil yang tak terbantahkan.” Sedikit pun aku tidak akan pernah mencintai kamu apalagi menerima pernikahan ini. Ini semata-mata hanya bisnis.”
Luisa menelan ludahnya sendiri. Menyadari begitu keras kepalanya calon suaminya ini. Untuk pertama kalinya Luisa berpikir mungkin menikah dengan Faizal jauh lebih baik dibanding menikahi kakaknya ini. Tapi Luisa tak bisa berbuat apa-apa. Ia pasrah. Demi Ayahnya.