Tidak terasa sudah 6 bulan Esha bekerja sebagai sekretaris Arjuna.Dan sejauh ini tidak ada perubahan,pria itu tetap saja memperlakukannya dengan kejam. Lembur sudah hampir menjadi rutinitasnya setiap hari.
Beruntung di gaji ke limanya bulan lalu Esha bisa membeli sebuah motor second untuk transportasinya.Esha masih tinggal di kos lamanya karena masih ada waktu sisa satu bulan lagi, rencananya dia akan mencari apartemen baru untuknya yang dekat kantornya. Bukan apa, dia hanya merasa lebih baik dia mencari apartemen untuk ia tinggali karena di nilai lebih aman untuknya yang hanya tinggal sendirian.
"Mba manda mau makan siang bareng tidak?"tanya salah seorang karyawan bernama Junita yang sengaja datang menghampirinya.
Meski Esha tahu apa tujuan Junita mendekatinya Esha tak ambil pusing sejauh gadis itu tetap baik padanya. Bukan hanya Junita yang mulai mendekatinya hanya untuk mencari perhatian pada Arjuna,dan Esha tak masalah untuk itu yang penting mereka tahu batasannya.
"Iya Jun, sebentar ya aku kasih berkas ini sama pak bos dulu. "
"Iya mba aku tunggu ya. "
Esha tersenyum lalu beranjak menuju ruangan Arjuna dan mengetuk pintunya.
Tok...tok...
Setelah mendengar perintah untuk masuk Esha langsung saja membuka pintu itu dan kemudian menutupnya.
Esha mengerutkan keningnya saat melihat Arjuna menunduk di kursi kerjanya, bahkan pria itu merebahkan kepalanya di meja kerjanya.
"Bapak kenapa? " Tanya Esha khawatir.Jelas bisa ia lihat ada bulir keringat yang menempel di kening Arjuna.
"Tidak apa. " Dengan Lemas Arjuna bangkit.
Dan Esha semakin khawatir melihat wajah pucat Arjuna,"Bapak sakit?" Tanya Esha semakin khawatir.
"Ck.. aku bilang tidak apa,mana berkasnya. "
Ragu-ragu Esha membuka berkas di tangannya dan meletakannya di depan bosnya.
Arjuna menghela nafasnya lalu mengambil pulpen miliknya dan berniat membubuhkan tanda tangannya.
"Tunggu." Cegah Esha menahan tangan Arjuna, "Tangan bapak gemetar."
Esha memberanikan diri mendekat ke samping Arjuna dan menempelkan punggung tangannya pada Kening Arjuna,"Bapak demam."
Arjuna segera menyingkirkan tangan Esha dari keningnya, "Bukan urusanmu. "
"Tapi pak. "
"Sudah ini sudah di tanda tangani, berikan pada Jamal dan katakan padanya untuk menggantikanku meeting setelah makan siang."
Setelah mengatakan itu Arjuna bangkit mengambil kunci mobilnya, "Batalkan semua janjiku hari ini."
"Bapak mau kemana? "
"Ck... pulang, bukankah kau tahu tadi kalau aku demam."
Arjuna langsung melangkah pergi meninggalkan Esha yang masih terpaku.
Keluar dari ruangannya ia menatap sekilas pada perempuan berambut pendek di depannya lalu tersenyum ramah. Pria itu memang bisa bersikap ramah dengan siapapun kecuali sekretarisnya. Arjuna seperti begitu antipati pada Esha.
Esha keluar ruangan bosnya dan mendapati Juni tengah senyum-senyum sendiri sambil menatap lift tak jauh darinya.
"Kenapa Jun?" Tanya Esha heran.
"Eh mba, Ya Tuhan mba tadi pak Arjuna balas senyum aku mba, senyumnya itu bikin hati ini melumer.... "
Esha hanya menggelekan kepalanya melihat Juni yang terlihat begitu bahagia hanya karena senyuman Arjuna.
***
Sore harinya Esha baru selesai membereskan pekerjaannya,akhirnya setelah beberapa hari bosnya menyuruhnya lembur hari ini dia bisa pulang cepat karena pria arogan itu sudah pulang lebih dulu karena sakit.
"Amanda. "
Esha langsung berdiri saat di lihat ada pak Jamal direktur keuangan datang ke mejanya.
"Iya pak, ada yang bisa saya bantu?"
Jamal menghela nafasnya, "Ini laporan hasil meeting tadi, dan kita butuh tanda tangan pak Arjuna besok pagi-pagi sekali karena aku akan pergi ke TarunaJaya untuk lanjut meeting."
"Tapi pak Arjuna sudah pulang pak."
"Saya tahu, maka dari itu saya minta tolong kamu ke apartemennya untuk minta tanda tangannya sekarang, ini berkasnya,besok pagi saya ambil. " Setelah mengatakan itu pak Jamal langsung berlalu meninggalkan Esha.
"Tapi pak... is... ck, Gimana ini masa aku ke apartemennya sih? "
.
.
Dan di sinilah Esha sekarang, ragu-ragu berdiri di depan pintu apartemen milik Arjuna.Esha menarik nafasnya panjang untuk menyiapkan hatinya menghadapi bos evilnya.
"Huh... baiklah..." Dengan mengumpulkan keberaniannya Esha akhirnya memencet bel apartemen Arjuna.
Setelah menunggu beberapa saat pintu itu terbuka, Arjuna menatap malas pada sekretarisnya.
Lain Arjuna lain Esha yang menatap khawatir pada Arjuna yang terlihat sangat pucat.
"Ada apa? " Tanya Arjuna dingin.
"Maaf pak, saya di minta pak Jamal meminta tanda tangan anda sekarang."
Arjuna menghela nafasnya lalu berbalik masuk ke dalam dengan sedikit sempoyongan.
"Duduk. " Perintah Arjuna.
Esha mengangguk lalu duduk di Sofa kulit besar berwarna hitam.Hanya ada warna hitam dan putih di apartemen ini. Di lihatnya ada televisi yang menyala menayangkan berita luar negeri, lalu pandangan Esha tertuju pada satu cup mie instan di atas meja yang terlihat masih panas dan berkurang sedikit.
"Hatcihhhhh.... "
Esha menoleh melihat Arjuna yang menghampirinya, "Mana.. hatcihhh... mana berkasnya."
"Owh iya pak. " Segera Esha menyerahkan berkas yang di maksud,"Ini pak. "
"Hatcihhhh... " Lagi pria itu bersin berkali-kali.
"Bapak makan mie instan?" Tanya Esha memberanikan diri.
Arjuna menoleh sekilas sambil membaca berkas di tangannya tanpa menjawab pertanyaan Esha.
"Kenapa bapak tidak delivery order?"
"Ponsel saya mati saya lupa mencargernya."Jawab Arjuna sambil membuka berkas itu.
Esha kembali memindai apartemen itu, "Di mana dapurnya pak? "
Arjuna meletakan berkas di tangannya di meja, "Kenapa tanya dapur?"
Esha menggaruk pelipisnya lalu tersenyum canggung,"Maaf bukan maksud saya lancang tapi kalau ada bahan bahannya saya bermaksud membuatkan bapak makan malam yang layak terutama untuk bapak yang sedang tidak sehat. "
Arjuna mengerutkan keningnya lalu menghela nafasnya,"Tidak perlu. " Ucapnya menunduk,membuat Esha sedikit kecewa.
"Maaf pak, tapi saya ingat kalau ibu Ros berpesan kalau saya harus memperhatikan juga keadaan anda. "
Arjuna menghentikan kegiatannya membaca File di tangannya,"Ya sudah di sana dapurnya."Tunjuk Arjuna ke arah dapur, "Jangan laporkan keadaan saya pada mami."
Esha tersenyum lalu berdiri, "Iya pak."
Arjuna melanjutkan membaca berkas yang sekretarisnya bawa, karena sudah menjadi kebiasaannya untuk meneliti semua berkas yang akan ia tanda tangani, sementara Esha di dapur mulai membuat makan malam untuk Arjuna.
setelah setengah jam Arjuna menyelesaikan pekerjaannya yaitu membaca berkas dan melakukan panggilan dengan Jamal. Lalu ia berdiri dan menghampiri Esha di dapur.
Di lihatnya Esha tengah mencicipi makanan yang ia buat, Arjuna tersenyum tipis melihat itu.
"Hatcihhhh.... "
Esha menoleh dan mendapati Arjuna sudah menunggu di meja makan, "Owh, tunggu sebentar pak, ini sudah matang. "
"Iya.. hatcihh... "Arjuna mengambil tisu di depannya dan mengelap ingus yang keluar dari hidungnya.
"Maaf bapak menunggu lama, ini sop ayam bagus untuk yang sedang flu seperti bapak. "
"Terima kasih."
Esha langsung menyiapkan makan untuk Arjuna,"Ini pak." Lalu ia duduk di depan Arjuna.
"Kamu tidak makan? "
Esha menggeleng, "Saya belum lapar, silahkan bapak duluan. "
Arjuna mengangguk lalu mulai menyantap makanan yang di buat oleh Esha.Dia tersenyum tipis, makanan yang di buat oleh sekretarisnya memang selalu sangat enak dan membuat ia yang sedang sakit merasa nyaman.
Akhirnya setelah beberapa saat Arjuna menyelesaikan makannya, ia menoleh pada Esha yang ternyata sudah tertidur di meja makan.
"Astaga wanita ini. " Lirih Arjuna.Ia bangkit dan mengguncang bahu Esha namun Esha hanya menggeliat kecil, "Apa dia sangat lelah sampai tidur tak tahu tempat."
Arjuna menggeleng, lalu memastikan tenaganya sebelum ia memberanikan diri membopong tubuh Amanda dan membawanya ke kamar miliknya karena tak ada kamar lain di apartemennya,seharusnya ada satu kamar lagi tapi sudah ia alih fungsikan menjadi ruang kerjanya.
.
.
myAmymy