Esha menatap meja kerja barunya.Ia sama sekali tidak menyangka jika nyonya Rose adalah pemilik perusahaan RosmaliaJaya sebuah perusahaan properti yang cukup besar di negara ini.
"Kamu sekertaris pak Arjuna?" Tanya seseorang.
"Iya bu. "Jawab Esha.
"Ini name tag kamu, terus ini pekerjaan yang harus kamu kerjakan sebelum kedatangan pak Arjuna minggu depan,ingat semua harus selesai di hari jumat, karena di perusahaan ini sabtu kita hanya bekerja setengah hari. "
"Iya bu...."
"Ah ya, kamu bisa panggil saya bu Sonya, saya manager personalia di sini. " Ucap bu sonya yang Esha perkirakan usianya di atas 35 tahun.
Wanita itu melirik name tag di tangannya,"Amanda... "Wanita itu mengangguk-anggukan kepalanya,"Kamu sudah tanda tangan kontrak dengan bu Ros langsung kemarin ya? "
Esha mengangguk,Sebenarnya ia bertanya-tanya kenapa ia langsung di kontrak 2 tahun langsung tanpa melalui proses percobaan 3 bulan dulu? Tapi mengingat ucapan bu Ros di mana Esha memang sudah bekerja padanya selama satu tahun membuat Esha tak perlu lagi melewati masa uji coba lagi.
"Semoga,kamu bisa bekerja dengan baik dan BETAH." Ucap bu Sonya sebelum pergi.
Esha menarik nafasnya dalam, melirik ke setumpuk berkas di depannya, ia tersenyum,ini adalah pekerjaan pertamanya yang sesuai dengan bidangnya.
"Semangat Esha. " Ujar Esha menyemangati dirinya sendiri.
Esha melirik ke arah pintu di depannya,di mana itu adalah ruangan CEO perusahaan RosmaliaJaya,Yang Esha tahu beliau adalah putra tunggal nyonya Rosita.
Namanya Arjuna Sanjaya. Dari profile yang ia pelajari dari data yang di berikan nyonya Ros, beliau pria muda berusia 27tahun, cukup hebat menurut Esha karena dulu di usianya yang masih muda 24 tahun ia sudah memiliki gelar MBA ,sebelum beliau berani mengambil alih perusahaan ini, beliau bekerja selama kuliahnya di luar negeri pada perusahaan asing,bahkan mulai dari Office boy.
Esha tersenyum,Pantaslah nyonya Ros memberikan ia pekerjaan mulai dari OB, bahkan putra tunggalnya sendiri juga memulai dari yang paling bawah.
Esha tersenyum,Karena tiba-tiba ia merasa bangga pada atasannya, "Semoga aku bisa banyak belajar dari beliau. "
Tapi,mengingat pekerjaanya, Esha teringat kembali dengan Willy,Sejak penolakannya di malam itu pria itu tak pernah tahu kabarnya.
Begitu pula pada sahabatnya Diana, ia dengar Diana melanjutkan kuliahnya di Luar Negeri.
"Huh.... Sekarang fokus pada pekerjaanmu Sha... ingat adik-adikmu, jangan biarkan bunda bekerja terlalu berat di kampung." Gumam Esha menyemangati dirinya sendiri.
.
.
Sore harinya Esha telah selesai mengerjakan pekerjaannya untuk hari ini, kemudian dia membereskan mejanya sebelum pulang.
"Bersyukur untuk hari ini Sha... " Gumam Esha.
Melangkahkan kakinya keluar dari perusahaan,Esha duduk di depan halte bis. Jarak kosan dan perusahaan tempatnya bekerja sekarang cukup jauh dan mengharuskannya 2 kali naik angkutan umum.
"Sepertinya aku perlu mencari tempat kos baru, untung aku bayar kosnya perbulan. Jadi tak masalah kalau aku cari kos baru yang lebih dekat dengan perusahaan ini. " Ujar Esha berbalik menatap gedung perusahaan yang menjulang tinggi di belakangnya.
Esha cukup puas dengan pekerjaan barunya, meski ini di luar ekspetasi dia.Dulu impiannya bisa menjadi sekretaris kekasihnya, Willy tapi sekarang entah. Willy tak lagi ada kabar. Atau mungkin dia sudah dengan yang lain.
"Sudah Sha... jangan pikirkan hal itu. "Ujar Esha bersamaan dengan angkutan datang.
.
.
Sebelum masuk ke gang di mana tempat Kosnya berada Esha mampir ke dalam sebuah toko kecil di depan jalan untuk membeli beberapa kebutuhannya.
"Bu, Beli sabun mandi, sampo sama sabun cuci ya."
"Iya neng, merek seperti biasanya kan? " Tanya ibu penjual.
"Iya bu. "
Beberapa saat menunggu, Esha nampak melihat-lihat beberapa dagangan di depannya.
"Ini Neng,semuanya jadi 12 ribu. "
"Oh ya bu, ini uangnya. " Ujar Esha menyerahkan uang 20 ribu pada ibu penjual lalu kembali melihat-lihat dagangan yang tersusun di etalase.
"Permisi, apa ada obat magh?" Tanya seorang pria tampan dengan jaket kulit yang baru saja turun dari mobil mewaynya.
"Ada mau yang tablet apa yang cair? "
"Yang cair. "
Ibu itu nampak mengambil obat yang di butuhkan pria itu, "Ini mas. "
"Ah ya." Pria itu langsung membuka botol obat itu dan meminumnya segera,"Saya bayar pakai ini bisa bu? Saya tak ada uang cash. "Ujarnya menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam.
"Apa ini, maaf mas di sini tidak ada atm atau alat buat gesek-gesek. "
"Tapi saya tidak ada uang cash bu. "
Ibu itu nampak berfikir, mau di ikhlaskan yang beli orang kaya, selain itu harga obat itu lumayan,karena tadi ia pikir yang beli orang kaya maka dia sengaja ambilkan merek yang paling mahal.
"Biar saya saja yang bayar bu? Berapa? " Ujar Esha.
Ibu penjual itu nampak lega, "Ah ya neng, itu 35 ribu,jadi neng tambahin 27 ribu tadi kembaliannya kan masih 8 ribu."
Esha mengangguk lalu mengambil uang 50 ribuan di dompetnya dan menyerahkannya pada ibu penjual.
"Wait. " Ujar pria itu menahan pergelangan tangan Esha, "Saya bukan pengemis yang harus kamu kasihani. "
Esha menghela nafasnya, "Maaf mas, saya tidak mengasihani anda, tapi saya kasihan sama si ibu, dari pada ibu yang ikhlasin buat anda, lebih baik saya saja. Karena ibu ini cuma sedikit mengambil keuntungan dari apa yang dia jual."
Pria itu nampak melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Esha dan membiarkan Esha membayarnya.
"Terima kasih neng. " Ujar si ibu penjual.
"Ini kembaliannya 23 ribu ya neng, dan ini kartunya mas. "
"Sama-sama bu, Saya permisi." Ujar Esha keluar dari warung itu.
"Wait... " Cegah si pria yang nampak masih memegangi perutnya.
"Ada apa lagi mas? "Tanya Esha bingung.
"Saya tidak suka berhutang." Ujar pria itu.
"Lalu? " Tanya Esha.
"Kamu ikut saya. " Ujar pria itu menarik tangan Esha menuju mobilnya dan memaksa Esha untuk masuk.
"Eh mas, anda mau apa? Buka pintunya."Protes Esha.
"Diam, saya tidak akan macam-macam karena saya hanya tidak mau berhutang. "
"Iya, tapi saya ikhlas, tolong buka pintunya saya mau pulang. "Esha mulai ketakutan terlebih saat pria itu terus saja melajukan mobilnya.
Hingga beberapa menit kemudian pria itu menghentikan mobilnya di depan sebuah Anjungan Tunai Mandiri.
"Tunggu sini. "Ujar pria itu masih sambil memegang perutnya.
Esha mulai mengerti apa yang di inginkan pria itu,hingga di lihatnya pria itu telah keluar dari tempat ATM dan kembali masuk ke dalam mobilnya.
"Ini... "Ujarnya menyerahkan selembar uang 50 ribu pada Esha.
Eshapun menerimanya dan bermaksud mengambil uang kembalian untuk pria itu.
"In... ni... "Lirih Esha dengan ekspresi kagetnya, di depannya pria itu tampak lemas dengan memegangi perutnya.
"Mas, hei... anda sakit?Bagaimana ini... "Ujar Esha khawatir.
"Ah... " Pria itu nampak menahan rasa sakitnya.
Esha segera keluar dari mobil dan membuka pintu kemudi tempat pria itu duduk,"Maaf apa sakit sekali? "
Pria itu hanya merintih.Esha segera mencari taksi yang lewat hingga tak lama kemudian dia berhasil menghentikan sebuah taksi dan meminta bantuan supir taksi itu untuk membantunya.
Sekitar 10 menit perjalanan akhirnya mereka sampai ke rumah sakit.
"Tolong dia kesakitan." Ujar Esha meminta pertolongan pada perawat yang berjaga.
"Baik bu,Biar kami tangani. "
Kini Esha menunggu di depan UGD dengan cemas.
"Apa anda keluarga pasien tadi?" Tanya perawat itu.
"Ah ya, bagaimana keadaannya sus? "
"Beliau harus rawat inap, tolong lengkapi data dirinya ya."
"Ah ya." Esha mengambil dompet pria itu yang sempat ia ambil tadi di atas dashboard mobil.
"Ini ktp nya sus. "
"Baik mari ikut saya. "
.
.
myAmymy