Esha masih sibuk melihat-lihat lukisan yang terpasang indah di dinding rumah mewah milik desainer ternama tanah air. Ia tak menyangka jika hari ini mungkin dia akan bertemu dengan idolanya. Meski dia belum pernah bertemu atau melihat seperti apa orangnya karena dia termasuk orang yang misterius,dia tak pernah mau di wawancara oleh media. Setiap pagelarannya ia tak pernah mau tampil di luar dan hanya di wakilkan oleh asistennya.
"Permisi... " ujar seorang wanita muda.
Esha segera berdiri dan menyambut orang tersebut.
"Hallo saya Rania, asisten ibu Rose. " ujar wanita bernama Rania.
"Saya Esha."
"Baiklah silahkan duduk. "
"Terimakasih. "
"Jadi apa benar kamu menemukan buku sketsa milik my Rose? "
"Ah iya... " Esha mengambil buku yang ia temukan dari dalam tasnya,"Ini. "
Rania menerima buku dari tangan Esha dan memeriksanya,"Ya benar ini buku beliau."
"Ah syukurlah." ucap Esha lega.
"Kami yang harusnya bersyukur,ini desain terbaru milik My Rose dan akan launching bulan depan, jika di temukan orang tak bertanggung jawab entah harus bagaimana kami. "
"Ah.. kalau begitu syukurlah saya ikut lega. "
Rania mengambil sesuatu dari balik blazer kerjanya lalu menyerahkannya pada Esha,"Ini sebagai ucapan terimakasih dari My Rose untuk anda. "
"Ah tidak perlu. " tolak Esha, "Saya ikhlas. "
Rania mengerutkan keningnya, "Apa jumlahnya kurang? ada 25 jt di sana. "
"Ah tidak,bukan itu tapi saya benar-benar ikhlas saya tidak berharap imbalan. "Esha merapikan tasnya lalu berdiri, "Kalau begitu saya permisi dulu."
"Tunggu... " Cegah Rania, "Tolong tunggu sebentar." Rania masuk ke dalam dan membuat Esha menunggu.
"Silahkan mami." Rania kembali dan mempersilakan wanita cantik dengan rambut sebahunya meski Esha yakin usianya sudah di atas 40th.
"Jadi kamu yang menemukan sketsa saya?"
Esha mengangguk gugup, dalam hati ia bertanya apa wanita di depannya adalah desainer My Rose.
"Silahkan duduk lagi. "
"Ah.. iya.. "
Wanita itu terlihat memindai penampilan Esha,"Kamu sepertinya sedang mencari kerja?" Tebak Wanita itu karena penampilan Esha dengan kemeja putih dan rok span hitamnya.
"I.. iya nyonya." gugup Esha
"Mau bekerja dengan saya?"
"Apa... " Kaget Esha tak percaya.
"Saya butuh orang jujur sepertimu,Kamu lulusan apa? "
"S.. saya masih kuliah nyonya,"
"Semester berapa jurusan apa? "
"Semester 6 ilmu komunikasi dan secretary."
"Baiklah tak apa. Kamu bisa bekerja sambil kuliah, mau? "
Dengan cepat Esha mengangguk, "Mau nyonya."
"Panggil saya mami.. mami Rose. "
Meski terlihat angkuh tapi Esha yakin dia adalah wanita yang baik. Dari yang Esha tahu beliau mengelola beberapa yayasan yang memiliki beberapa panti asuhan dan panti jompo, juga sering terdengar kabar beliau menjadi donatur di beberapa rumah sakit.
"Baiklah untuk selanjutnya Rania yang akan memberi tahu apa pekerjaanmu, ah ya jangan mengeluh jika kamu harus memulainya dari bawah. "
Dengan cepat Esha mengangguk.
Mami Rose berdiri dan kembali masuk ke dalam.Sementara Esha mengukuti Rania untuk tahu apa pekerjaannya.
........
Willy dan keluarga sudah berada di rumah Diana untuk makan malam.
"Apa kabar Diana? " Sapa Sekar dengan Ramah.
"Baik tante... "
"Duh kamu cantik sekali."
"Sudah jeng ayok langsung saja kita ke ruang makan. "
"Ah ya.. ayo... "
Akhirnya mereka semua makan malam bersama. Pandu dan Rifandi sesekali berbicara tentang bisnis, sekar dan sinta bicara mode, sementara Willy hanya diam begitu pun Diana yang bingung harus bagaimana terlebih dia melihat raut wajah tak senang dari Willy.
Tak terasa mereka semua sudah selesai makan malam dan kini duduk di ruang keluarga.
"Ayo pah ngomong dong." Bisik Sekar pada Suaminya.
"Nanti mah.. "
"Ih papa mah lama. " Sekar langsung melihat ke arah Rifandi dan Sinta.
"Begini Sinta dan Fandi. "
"Mah biar papa saja. " Tegur Pandu pada istrinya yang memang tak sabaran.
"Ya sudah papa saja. " Ujar Sekar senang.
"Ehem.. begini Fandi, selain makan malam kami datang kesini juga ada tujuan lain. "
Fandi dan Sinta saling pandang dengan alis yang saling betautan.
"Jadi begini Fand,maksud kedatangan kami ke sini juga bertujuan untuk melamar putri kalian Diana untuk putra kami Willy."
Sinta makin menatap tak mengerti pada Suaminya,lalu melihat ke arah Diana dan juga Willy bergantian.
"Maksudnya apa pa? " Tanya Sinta pada Suaminya.
"Dengarkan saja dulu ma. "
Pandu tampak akan melanjutkan kembali kata-katanya, Namun Sekar dengan cepat menyela.
"Jadi begini Sin,Putraku Willy berniat melamar Diana menjadi istrinya. "
"Tapi Kar,bukankah Willy dan Esha mereka.. "
Sekar menggeleng,"Mereka sudah putus lama. Lagian untuk istri putra saya pasti cari yang bibit bebet bobot nya baik, ya pilihannya cuma Diana, mereka sudah saling kenal sejak kecil. Iya kan Willy... " Tanya Sekar pada putranya untuk meyakinkan Sinta.
"Iya tante." Jawab Willy, dia tak punya pilihan lain jika tadi di mobil saat perjalanan ke sini mamanya sudah memberi ultimatum,jika Willy menolaknya maka Sekar lebih baik mati.
Sinta beralih pada putrinya Diana yang masih nampak menunduk,"Di... bagaimana denganmu?"
"Sebentar boleh saya bicara dengan Diana sebentar." Ujar Rifandi
"Ah ya silahkan. "
Rifandi mengajak Diana masuk ke dalam kamar di ikuti Sinta.
"Jadi gimana pa? " Tanya Sinta.
"Di, kamu terima ya lamaran Willy,papa butuh suntikan dana dari. perusahaan Pandu."
"Tapi pa... " Sela Sinta, " Kita tahu kalau Esha..."
"Mama masih juga memikirkan anak teman mama itu, padahal mama tahu sendiri bagaimana perasaan putri kita selama ini,Diana menyukai Willy sejak kecil, tapi mama... "
Sekar menatap putrinya,"Sayang bagaimana?Kamu tahu sendiri bagaimana Willy sebelumnya sangat mencintai Esha. "
"Tapi kata tante Sekar mereka sudah putus kan ma? Jadi boleh kan Diana menerima Willy."
"Tapi sayang, mama ragu jika Willy akan cepat melupakan Esha."
"Tapi kita akan menikah ma, pasti akan ada saatnya nanti Willy melupakan Esha, bagaimanapun Diana yang jadi istri Willy. "
"Kamu dengar itu Sin, Putrimu memang mencintai putranya si Pandu, dan saat ini perusahaanku membutuhkan bantuan dari perusahaan Pandu, bukankah ini takdir Tuhan."
Sinta menghela nafasnya, "Asalkan kamu bahagia sayang, mama akan ikut bahagia. "
Diana tersenyum,Diana memang menyukai Willy sejak dulu tapi dia selalu memendamnya, ia takut Willy menjauhinya jika tahu perasaannya, apa lagi Diana ingat saat kecil Willy sering meledeknya dengan sebutan ompong dan si kacamata karena penampilan Diana dulu yang memang rabun jauh, berbeda sekarang Diana bisa memakai lensa kontak jauh terlihat lebih cantik dan anggun berkat bantuan sang mama.
Pandu dan Sinta menunggu dengan tenang, mereka yakin jika Rifandi tak mungkin menolak mengingat perusahaannya pasti membutuhkan suntikan dana dari perusahaannya.
Berbeda dengan Willy dia sangat berharap Diana menolaknya sehingga dia bisa mengejar kembali Esha tanpa menyakiti mamanya.
"Maaf menunggu lama. " Ujar Rifandi.
"Ah tidak apa asal kami mendapat jawaban yang kami inginkan iya kan pa, Willy.." Jawab Sekar antusias.
"Jadi bagaimana Fan? " Tanya Pandu.
"Ehem... tadinya Diana menolak karena alasan tidak enak pada Esha bagaimanapun mereka sahabat,tapi setelah di jelaskan jika nak Willy dan Esha sudah putus pada akhirnya putri kami menerimanya,iya kan Nak? "
Diana menatap Willy dengan cemas. Entah apa yang di pikirkan oleh Willy yang kini terus menatapnya mrmbiat Diana merasa gugup.
"Bagaimana Diana? " Tanya Sekar tak sabar.
Diana menatap Sekar sesaat lalu kembali menatap Willy,"Jika Willy bersungguh-sungguh dengan niatnya tentu Diana akan sangat beruntung memiliki suami yang baik seperti Willy,jadi bisa papa tanyakan apakah Willy serius pada Diana."
Rifandi sedikit bingung dengan jawaban putrinya yang sedikit berbeda dari saat tadi di dalam, tapi mau tidak mau Rifandi harus menanyakan langsung pada Willy.
"Jadi bagaimana nak Willy?"
Ting...
Tepat saat Willy akan menjawab dia mendapat satu pesan di ponselnya. Dan seketika matanya membola melihat isi pesan di ponselnya.
.
.
myAmymy