Saat ini Gio sedang memikirkan bagaimana caranya membawa Sera ke apartemennya tanpa membuat gadis ini terbangun. Maka saat ia sudah memutuskan untuk menggendong Sera menuju apartemen milik Sera, tiba-tiba saja Gio teringat bagaimana caranya masuk kalau ia tidak tahu sandi atau kunci pintu apartemen Sera.
Gio hanya sekali pernah datang ke apartemen Sera untuk urusan penting setahun yang lalu, setelahnya tidak pernah berkunjung lagi. Untuk saat ini pilihan terakhir adalah tidur di dalam mobil. Mobil yang ia parkirkan di basement apartemen.
“Kenapa gue harus peduli sama lo, sih? Harusnya sejak di Bali gue nggak ngikutin lo ke club. Karena sejak itu sesuatu dari diri lo selalu menarik gue untuk ikut terlibat. Kenapa gue harus merasa khawatir saat lo di sana sendiri? Dan saat ini gue melakukannya lagi, membuntuti lo pergi kayak penguntit gilaa dan nyatanya kembali berakhir di club. Sekarang kita terjebak di sini, di dalam mobil. Kalau lo sadar, gue jamin pasti lo akan nuduh gue yang nggak-nggak lagi,” gumam Gio sambil menatap Sera yang tertidur sangat nyenyak.
“Coba lo kalem kayak gini, bukanya lebih manis? Dasar cewek pemakan petasan, marah-marah nggak jelas.”
Tangan Gio mulai tergerak membenarkan posisi duduk Sera. Melepaskan seatbelt, dan memindahkan tasnya ke jok belakang. Yang terakhir tidak lupa menarik tuas senderan kursi mobil agar Sera bisa berbaring dengan nyaman walaupun tidak bisa bergerak leluasa. Saat Gio mendekatkan diri ke tubuh Sera untuk membuat posisi tidur gadis itu nyaman, Gio tidak sengaja memandang wajah Sera begitu dekat. Ini pertama kalinya ia melakukan hal ini. Di pandangi mulai dari mata yang tertutup dengan sudut yang basah, hidungnya cukup proporsional, pipinya halus tanpa noda padahal sering panas-panasan dan bagian yang terakhir adalah bibir Sera yang begitu sensual. Bibirnya tidak terlalu tipis atau tebal.
Lama pandangan matanya berhenti di bibir Sera, hingga menimbulkan sensasi asing di d**a Gio. Perlahan wajah Gio mendekati wajah tenang milik gadis itu. Maka tanpa bisa dicegah, kini bibir Gio mengecup lembut bibir milik Sera. Walaupun tercium aroma alkohol namun itu tidak sebanding dengan sensasi menggelitik yang Gio rasakan. Hatinya berdesir hangat saat menyentuh permukaan bibir gadis yang selama ini menjadi teman adu mulutnya.
Kecupan singkat itu membuat Gio terdiam, tubuhnya terasa panas. Ia segera mengembalikan kewarasannya. Tanpa sadar tangannya terangkat kemudian menyentuh bibir miliknya sendiri. Masih terasa bagaimana halus permukaan bibir Sera yang masih tertidur pulas tanpa tahu apa yang dilakukan Gio. Jika Sera sampai tahu, entah bagaimana reaksinya terhadap Gio. Mungkin akan menghajar pria itu dengan kekuatan penuh.
“Gio, kenapa lo bersikap kurang ajar begini,” Gio mengumpat pada dirinya sendiri. Menyesal telah mencuri cium pada gadis yang sedang tidak sadar alias tertidur. Ia merasa dirinya pengecut, memperlakukan Sera seperti ini.
Gio menghempaskan tubuhnya ke belakang, ia merasa lelah dan mengantuk. Lelah dengan tubuh serta pikirannya sendiri. sesuatu yang hampir tidak pernah terjadi setelah ia putus dengan Levia. Akhirnya ia mengikuti Sera untuk tidur di dalam mobil.
***
Sera mengerang pelan saat merasa tubuhnya sakit. Bahkan kepalanya juga terasa sangat berat dan pening. Sebuah jaket yang menutup tubuhnya merosot turun ke atas pahanya. Sera mengejapkan matanya beberapa kali, untuk menetralkan pandangannya. Maka saat ia sadar sedang berada di dalam mobil, ia langsung menoleh ke sisi kanan.
Mulut Sera terbuka namun segera ia tutup dengan telapak tangannya. Hampir saja ia menjerit karena kaget melihat Gio tengah tertidur pulas.
“Gila, apa-apaan ini? Kok bisa sih tidur di mobil dengan cowok menyebalkan ini? Sepertinya gue mabuk parah sampai nggak sadar gini,” pikir Sera dengan wajah nampak panik.
Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Walaupun kepalanya terasa sakit, akhirnya berhasil untuk mengingatnya.
“Dasar, bod0h, bod0h, bod0h,” gumamnya. Tangannya beberapa kali memukul kepalanya dengan pelan. “Lagian dia juga nggak waras, kenapa nggak bangunin gue malah ikut tidur di sini,” gerutu Sera.
Merasa mendengar gesekan halus di sebelahnya, Gio membuka sedikit matanya. Ia melihat Sera sedang duduk gelisah, bahkan tangannya sudah siap untuk membuka pintu mobil dan berniat kabur. Namun Sera mengurungkan niatnya, ia sedikit membungkuk lalu meraup wajahnya dengan kedua tangan.
Gio tersenyum samar melihat tingkah Sera. Ia sengaja menutup matanya kembali. Gio ingat dengan kejadian semalam, rasanya ia belum sanggup menatap kedua manik milik Sera. Ia merasa jahat memanfaatkan keadaan gadis itu saat tidur. Andai diberi kesempatan memutar waktu, Gio tidak akan melakukannya.
“Udah bangun?” tanya Gio pelan dengan suara serak khas baru bangun tidur.
“Eh..” Sera kaget.
“Lo kaget bangun tidur ada di mobil?”
“Kok kita tidur di mobil? Gue ketiduran?” tanya Sera heran.
Gio membuka matanya pelan, tidak mungkin ia terus bicara dengan mata tertutup. Bisa-bisa Sera mengira ia mengigau.
“Iya lo ketiduran.”
“Kenapa nggak bangunin gue?”
“Lo kira gue tega bangun lo?”
“Kenapa nggak tega?” tanya Sera dengan wajah penasaran.
“Karena gue....” Gio menghentikan kalimatnya.
“Gue kenapa? Maksudnya lo kenapa?”
“Lo dibangunin tapi nggak bangun-bangun. Tidur kayak kebo,” sahut Gio asal, ia terpaksa berbohong.
Sera mendelik Gio seakan siap menerkam pria di sebelahnya. Tangannya mengepal kemudian mengarah ke depan wajah Gio. Ia mengerang menahan diri. “Ishhhh, mulut lo comel banget. Bilang gue kayak kebo, berarti lo tidur sama kebo dong jadi lo juga kebo,” balas Sera sengit.
“Udah baik ya gue nggak turunin paksa lo dari mobil. Gue rela ikut tidur di sini demi jagain lo. Bukanya terima kasih malah nyolot.”
“Lo nyolot duluan,” tangan Sera mengayun hendak memukul lengan Gio. Namun dengan sigap Gio menahan. Kini keduanya malah saling beradu pandang. Sera dengan tatapan marah, Gio dengan tatapan lelah.
“Sera, gue mohon untuk kali ini kita jangan berdebat. Gue bener-bener capek,” ucap Gio pelan. Cekalan tangannya melemah dan terlepas. Gio menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi.
Sera juga melakukan hal yang sama namun pelan. Untuk pertama kalinya pria di sebelahnya menatap ia dengan tatapan memohon. Mungkin ia sudah keterlaluan.
“Gue minta maaf karena ngomong keterlaluan kemarin malam. Jujur gue cuma khawatir sama lo, mungkin berlaku juga dengan temen wanita gue yang lain. Mana bisa biarin cewek di jalan sendirian malam-malam.” Gio menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya. “Dan masalah kenapa gue bisa muncul di club, karean gue emang ngikutin lo. Gue tahu lo lagi nggak baik-baik aja, entah karena ucapan gue atau hal lain. Gue masih ingat gimana lo cerita menjadikan club sebagai pelarian saat lo ngerasa nggak baik-baik aja.”
Mendengar perkataan Gio, Sera merasa bingung. Satu sisi ia merasa senang ada orang yang peduli dan perhatian padanya. Satu sisi ia kesal karena privasinya diganggu oleh orang lain.
“Anggap kita impas. Lo ngomong kasar ke gue dan lo udah kasih tumpangan buat gue pulang. Gue harap kita nggak pernah ketemu untuk urusan yang nggak penting kecuali menyangkut Rea atau Om Jouvan. Sebisa mungkin gue menghindari lo mulai saat ini,” begitu kalimatnya berakhir, Sera mengambil tas miliknya dan keluar dari mobil Gio.
~ ~ ~
--to be continue--
*HeyRan*