Chapter 11

1194 Words
Jam semakin cepat berputar, Della pun sudah tidur dalam gendongan Dave setelah lelah menceritakan aktivitasnya siang tadi kepada sang ibu, terutama saat diajak membeli ikan. “Sepertinya tidur Della sudah lelap sekali, sebaiknya kamu bawa saja Della pulang. Tidak baik membiarkannya berlama-lama berada di sini,” ujar Nath kepada Dave yang masih setia mengayunkan tubuh mungil Della. Dave ingin menolak permintaan Nath karena dia pribadi masih ingin bersama wanita yang selama ini dicarinya, terlebih dia belum sempat berbicara empat mata mengenai permasalahan di antara mereka. Namun dia tidak mau egois, benar yang istrinya katakan bahwa anak kecil seperti Della tidak baik berada terlalu lama di lingkungan rumah sakit. Dia sendiri tidak mau jika nanti Della menggantikan ibunya dirawat di sini. “Baiklah. Setelah mengantar Della, aku akan kembali untuk menemanimu,” jawab Dave. “Tidak usah,” balas Nath cepat. “Maksudku, temani saja Della tidur di rumah,” tambahnya. “Tapi ....” Dave tidak mempunyai kesempatan melanjutkan kalimatnya. “Di sini banyak perawat yang menjagaku,” sela Nath ketika Dave berniat menolaknya. “Baiklah. Istirahatlah dan semoga cepat sembuh, Tha,” ucap Dave pada akhirnya. “Jangan pernah panggil aku dengan nama itu lagi. Sosok Titha sudah hilang bersama ketidakadilan yang diterimanya,” protes Nath dingin. Dave menghentikan langkahnya menuju pintu saat nada dingin istrinya mengalun. Dave menatap sedih dan sangat merasa bersalah sehingga membuat sosok sahabat sekaligus wanita yang dia jadikan istri kedua bersikap berbeda. “Baiklah. Namun, meskipun kita bertemu kembali dengan identitasmu yang berbeda, tapi sosokmu tetap memiliki karakter yang sama. Wanita tegar, mandiri, pemaaf, dan penyayang,” balas Dave. “Aku menaruh harapan besar padamu agar memaafkan semua perlakuan pengecutku dulu kepada kalian, terutama padamu, Nathania,” Dave menambahkan sebelum melanjutkan langkahnya. *** Dave membuka mata ketika telinganya mendengar suara anak kecil cekikikan. Senyum Dave mengembang saat melihat Della sedang menutup mulut untuk meredam cekikikannya, tapi sayang suaranya tetap saja terdengar. Setelah menggeliat, Dave mengamati penyebab Della cekikikan, apalagi muka bantal anaknya itu sangat menggemaskan yang sekilas seperti Nath. Merasa ada yang aneh pada bagian tubuhnya, Dave pun segera meraba untuk mencari tahu. Dia hanya mendesah setelah menyadari keusilan putrinya. “Om lucu juga kalau rambutnya diikat seperti ini, mirip rambutnya Mimi.” Della duduk di atas perut Dave yang sudah tidur telentang. “Setiap pagi Mama selalu mengepang rambut Mimi sehingga membuatnya terlihat sangat lucu,” sambung Della sambil memainkan rambut Dave yang sudah diikat asal olehnya. “Siapa Mimi, Sayang?” Dave mengambil tangan mungil Della dan menciumnya bertubi-tubi. “Ups, Della lupa kalau Om belum berkenalan dengan Mimi.” Della menyengir sehingga memperlihatkan gigi kelincinya. “Nanti Della kenalkan, Om. Mimi di taruh di samping rumah sama Mama, karena Mimi nakal pernah gigit sepatu milik Della,” tambahnya. Dave menelan ludah saat berhasil menangkap subyek yang dimaksud putrinya. ”Jadi, putriku yang imut ini menyamakanku dengan anjing peliharaannya?” gerutu Dave dalam hati. Dave mengernyit saat merasa perutnya dialiri benda cair. Dia menatap wajah putrinya yang ketakutan dan matanya berkaca-kaca. “Om, jangan bilang pada Mama kalau Della ngompol,” pintanya serak. Dave mendesah dan tidak mampu menahan tawa melihat tingkah anaknya yang ajaib. “Tenang saja, tapi Della sekarang turun dulu,” ucapnya lembut. “Om temani Della mandi ya.” Della menatap Dave sedang membuka singlet hitamnya yang basah karena air seninya. “Iya, Sayang. Tapi Om mau ke rumahnya Om Andri dulu, mengambil baju dan celana ganti.” Dave membuka ikatan rambut yang dibuat anaknya, sebab dia tidak mau menjadi bahan tertawaan kedua sahabatnya jika melihat penampilannya sekarang. “Mama banyak punya singlet dan celana panjang seperti yang Om pakai. Sini, Om, Della antar ke kamar Mama.” Della menarik tangan Dave menuju pintu kamar Nath melalui pintu penghubung. “Pakaian apa yang dimaksud anak ini?” tanya Dave dalam hati. Dave tersenyum melihat kamar tidur istrinya yang sangat bersih. Semua benda di dalamnya tertata rapi. Hatinya tercubit saat matanya menangkap sederetan bingkai foto Nath dengan Della yang menghiasi tembok berwarna biru langit. “Tunggu ya, Om. Della cari dulu singlet dan celana milik Mama,” ujar Della yang sudah berlari kecil menuju lemari tiga pintu milik ibunya. Dave membawa langkahnya mendekati bingkai foto yang dipasang pada nakas samping ranjang. Foto Nath dan Della sedang bermain pasir. Dave tersenyum miris melihat senyum merekah di wajah wanita beda generasi tersebut. “Om, ini. Pakai punya Mama saja dulu.” Della sudah berdiri di samping Dave sambil membawa asal tanktop dan celana training milik ibunya. Dave terkekeh menatap Della yang mengangsurkan sebuah tanktop berwarna maroon dan celana training hitam. “Sayang, pakaian ini khusus untuk Mama, jadi Om tidak boleh memakainya,” Dave menjelaskan dengan lembut. “Ups!” Dave terkejut ketika melihat pakaian Nath yang tercecer di lantai akibat ulah putrinya. Della mengikuti pandangan Dave, kemudian menyengir. “Nanti bantu Della merapikan pakaian Mama ya, Om,” pintanya sambil memperlihatkan puppy eyes-nya. Dave mengangguk. “Oh ya, buka dulu celananya yang basah, Sayang.” “Iya, Om. Untung saja kencing Della tidak bau seperti kencing Mimi,” cicit Della sambil cekikikan. Dave hanya menggelengkan kepala melihat tingkah polah putrinya. Dia bersyukur karena Della tidak menakutinya, melainkan sangat menerima kehadirannya. Walau kekecewaan sempat Dave rasakan ketika putrinya terus saja memanggilnya Om dan dirinya juga mengimbangi panggilan tersebut, tapi untuk saat ini dia tidak mempermasalahkannya. *** “Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Suara Dave mengagetkan tiga orang yang sedang berada di dalam ruang perawatan Nath. “Oh, keadaan istri Anda semakin membaik, Pak. Sesuai permintaan pasien, besok Ibu sudah boleh pulang. Namun tetap harus datang ke sini untuk kontrol,” jelas dokter yang menangani Nath setelah selesai menjalankan tugasnya. “Baiklah, terima kasih, Dok,” ucap Dave saat Dokter dan perawat mohon pamit. “Della ikut lagi?” tanya Nath tanpa repot berbasi-basi. “Tidak. Aku meminta Bi Rani dan Zelda menjaganya. Tadi Della sempat merengek ingin ikut bahkan menangis, tapi aku berhasil membujuknya,” jelas Dave tanpa diminta. “Membujuk?” Nath menatap Dave yang wajahnya tidak sesegar dulu. “Aku berjanji membawakannya ice cream vanila dan ikan,” jawabnya sambil mengulum senyum mengingat kerewelan Della saat akan ditinggal. Tanpa disadarinya, Nath terkekeh mendengar jawaban Dave. Saat sadar, dengan cepat dia menutup rapat mulutnya. “Nath, aku ingin membahas mengenai hubungan kita.” Setelah kekehan Nath berhenti, tanpa membuang waktu Dave memulai pembicaraan ke arah yang lebih serius. “Hubungan apa lagi yang kamu maksud? Bukankah hubungan kita sudah jelas tiga tahun lalu? Kamu tetap ayah kandung Della, dan mantan suamiku,” sahut Nath sambil memperbaiki posisinya. “Mantan suami? Nath, aku tidak pernah memberimu surat perceraian untuk ditandatangani. Bahkan aku juga tidak pernah menggugatmu, jadi sampai detik ini status kita masih suami istri, Nath,” sanggah Dave yang kini sudah duduk pada kursi di samping Nath. “Kamu memang tidak secara langsung memberiku surat cerai, tapi kamu sudah menyuruh perwakilanmu memberikannya,” balas Nath sambil memberikan tatapan dinginnya. Dave menghela napas mengerti siapa yang istrinya maksud. Dia memberanikan diri mengambil tangan Nath yang terbebas dari jarum infus dan menggenggamnya erat. “Aku minta maaf atas tindakan lancang Keisha. Demi Tuhan, aku tidak pernah menyuruhnya melakukan itu,” Dave berusaha meyakinkan Nath. Sebenarnya tanpa perlu diyakinkan lagi, Nath sudah memercayai ucapan Dave karena baik Bi Rani maupun ibu mertuanya sudah memberitahunya saat mereka bertemu. “Lalu sekarang apa maumu? Aku peringatkan sedini mungkin, jangan pernah berniat merebut Della dari tanganku untuk kalian miliki,” ancam Nath tidak main-main. Dave tersenyum miris. “Kalian siapa maksudmu, Nath? Aku dan Keisha? Kami sudah bercerai tidak lama setelah kamu pergi. Kami juga sudah berbeda alam.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD