PROLOG DOSEN KEREN DAN WANITANYA
Beberapa bulan setelah ku baru saja pulang dari Umrahku pada bulan November pada tahun 2019 yang lalu, kemudian ku mengajar seperti biasa dan duduk-duduk di ruangan keren yang katanya terdengarkan bersengketa.
Hari itu seingatku adalah hari Rabu namun diriku lupa-lupa ingat, dan orang-orang yang berada di dalam ruangan Dosen DKM pun cukuplah ramai, tak hanya Pak Mar saja yang hadir namun yang lainnya pun jugalah begitu.
Seperti yang ku katakan sebelumnya bahwasanya diriku sudah cukup berumur namun tentu ku tidak mengkhianati pembelajaran yang ada, baik belajar maupun mengajar.
Namun hari ini cukuplah panas tatkala baru beberapa hari saja diriku berangkat umrah namun mereka terdiam seperti apa saja terlihat. Padahal hari ini diriku cukup senang karena inginku berjumpa dengan si Paliv.
"Selamat pagi Pak Mar dan semuanya,!!" ujar sapaku pada mereka-mereka.
Kemudian ku duduk sejenak dan melihat-lihat seisi ruangan namun semuanya pada diam saja seperti tidak berselera. Seperti yang ku ketahui pada beberapa hari yang lalu, ada juga dosen keren yang ribut di ruangan ini mengenai tempat duduk.
Sungguh rupanya jikalau begitu, tak hanya perasaan saja namun tempat duduk pun jugalah begitu. Karena telah cukup heran kemudian ku bertanya kepada mereka-mereka, terutamanya mengenai si Paliv.
"Halo Pak Mar dan yang lain, kok pada diam saja,?" ujar dan tanyaku lagi.
"Pak Mar, apakah melihat si Paliv,?" tanyaku lagi namun dirinya tetap diam juga.
Tentu diriku menjadi heran seketika itu juga padahal sebelumnya mereka begitu antusias dalam mengenalkan dan mencalonkan diriku pada si Paliv. Sehingga membuatku bertanya-tanya ada gerangan apakah rupanya.
Namun beberapa detik setelah ku perhatikan malah mereka ada yang menunduk dan juga berdiam diri saja. Padahal baru beberapa hari saja diriku libur sejenak karena beribadah Umrah.
Lantas karena telah semakin heran dan kemudian ku bertanya lagi dengan lebih tegas dan lugas, karena mereka terlihat tidak seperti pada biasanya. Biasanya mereka bertegur sapa dan juga salam menyapa akan tetapi kali ini tidaklah begitu.
"Hey Pak Mar, kok pada diam saja,?" tanyaku yang telah heran.
"Tumben Pak, biasanya si Paliv sering kesini dan membuatkan teh atau kopi, kok kali ini sepi ya Pak,?" tanyaku dengan semakin heran.
Setelah ku bertanya namun nampaknya tidak ada juga respon apa-apa dan kemudian ku terdiam sejenak. Mungkin saja pikirku mereka-mereka sedang sibuk atau apalah akan tetapi diriku sungguh bingung.
Mengapa setelah beberapa kali ku bertanya mereka tiadanya menjawab dan bahkan membisu saja, sehingga ruangan keren pun menjadi cukup buram terasakan.
Lalu tidak lama kemudian ada yang menjawab dan seketika kulihat itu adalah Pak Mar, sembari membaca buku dan meminum kopi di meja kerjanya, lalu dengan pelan dirinya berkata.
"Ker, si Paliv sudah lulus dan sudah menikah," ujarnya dan kemudian terdiam.
Setelah mendengar itu dan kemudian perasaanku seperti saja hilang seketika saja dan sekejap. Sehingga ruangan yang begitu ramai tadinya pun menjadi seperti hambar dan tidak bernuansa lagi.
Pantas saja mereka terlihat pada diam saja dan tak banyak bicara. Kemudian Pak Mar menyuruhku dan mempersilahkan ku untuk duduk-duduk di dekat mejanya pada saat ini.
Tentu ku ikuti anjurannya Pak Mar seraya mengobrol-ngobrol sejenak dan memperbincangkan hal-hal mengajar dan juga belajar. Beliau menyuruhku untuk duduk dengan tenang dan santai.
Mungkin karena ku tidak mengetahui bahwasanya si Paliv sudah lulus dan sudah menikah, sehingga mungkin untuk menenangkan diriku yang masih syok dan terkejut ketika menatapku dengan heran.
Sebenarnya yang syok dan terkejut adalah perasannku namun bukanlah diriku, karena ku hanyalah dosen biasa dan keren pun jugalah biasa saja.
Akan tetapi perasaanku yang sungguh begitu terkejut mendengar kabar itu dari Pak Mar seketika saja, karena ku telah menaruhkan sedikit harapan padanya si Paliv, namun nampaknya apa yang kubayangkan tidaklah seperti yang di inginkan. Walaupun begitu diriku tetap memberikan mereka-mereka oleh dari Negara Arab Saudi.
Yakni berupa cenderamata yang tak begitu mewah namun cukup berkesan kurasakan, karena kulihat mereka pun jugalah tertampak senang ketika ku memberikan oleh-oleh itu, terutamanya pada Pak Mar dan teman baikku.
"Pak Mar dan yang lainnya, ini saya ada sedikit oleh-oleh untuk kalian," ujarku dengan cukup santai.
"Wah, terimakasih Ker," ujar Pak Mar sembari tersenyum.
Mereka yang lainnya pun jugalah begitu, ada yang begitu senang dan ada juga yang biasa-biasa saja. Sehingga cukup komplit kurasakan walau perasaanku pada saat ini tentulah tidak bisa merasakan senang.
Sebagaimana senangku sebelumnya begitu berdebar dan bergetar, sehingga sekarang mungkin telah berubah dan berbeda dari sebelumnya.
Mungkin juga getar dan debar itu berhenti seketika saja ketika ku mendengar itu dari Pak Mar. Namun ku tidak punya kuasa apa-apa dan sehingga menjalani saja apa-apa yang terjadi pada saat-saat ini.
Walaupun mungkin ku sangat syok karena kupikir dirinya tidak akan mengkhianati perasaan yang ada, jadinya ku leluasa saja dan tidak memperhatikannya dengan lebih. Lagi pula diriku hanyalah hamba dari yang maha pencipta, sehingga ku menjalankan saja apa-apa yang sudah ada.
Karena ku telah mendengar itu dan kemudian ku tidak b*******h lagi dalam menanyakan mengenai si Paliv. Karena mungkin pikirku dirinya sekarang telah berbeda dan sudah jauh berbeda.
Tentu dalam bayanganku apa yang sudah ku impikan dan kuinginkan tidak seperti yang kudambakan. Akan tetapi diriku tidak bisa berbuat apa-apa apalagi berusaha mengenai perasaan lagi.
Karena bagiku berhentinya sebuah perasaan adalah pernikahan, dan berlanjutnya sebuah perasaan baru setelahnya, mungkin saja.
Karena ku tidak mengetahui pastinya seperti apa, seperti apapun diriku sudah cukup syok dan terkejut seketika mendengar kabar yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya.
Namun Pak Mar tetap tenang-tenang saja dan bahkan tertampak seperti tiada apa-apa. Oleh-oleh itu memang menyenangkan, akan tetapi perasaan yang senang akan lebih membahagiakan lagi bagiku.
Menyenangkan waktuku, membahagiakan ceria yang ada sehingga dapat membuat suasananya menjadi lebih berbeda, dan terkadang sapaan dan pertanyaan keperdulian itu hanyalah sebagai penutup perasaan saja, agar tiada merasakan ataupun melihat.
"Ker, terima kasih ya oleh-olehnya, bagaimana pengalamanmu disana,?" tanya Pak Mar sembari melihat dan melirik-lirik oleh-oleh yang diberikan.
"Ya sama-sama Pak, Ya begitulah dan cukup menyenangkan, mendapatkan suasana baru serta kenangan dan kesan-kesan yang baru juga tentunya pak," ujarku sembari tersenyum dan sedikit membayang.
"Saya rasanya ingin beribadah juga kesana lagi, dan mungkin nanti," ujar Pak Mar yang sedang senang.
Diriku tahu bahwasanya beliau Pak Mar memang sudah pernah beribadah kesana, mungkin saja suatu saat nanti diriku ingin kembali lagi kesana, sebagaimana orang-orang yang pernah beribadah kesana dan sudah tentu pasti merasakan rindu dan ingin beribadah lagi.
Begitulah sepertinya perasaan, ada senang dan juga sedih, ada rindu dan juga cemburu maupun terbayang.