Usai sholat Subuh, Dimas dan Miko bersiap berangkat menuju Ambon. Dengan dua koper yang akan menemani mereka selama beberapa hari di sana, keduanya dijemput oleh Taksi yang akan membawanya ke Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar.
Pasangan itu tampak bahagia dengan perjalanan yang telah dinanti selama dua minggu. Keduanya terpaksa harus menunggu hari ini, setelah beberapa waktu lalu mendapat gangguan dari adiknya yang bernama Dany.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat tujuan. Usai membayar argo, keduanya menuju pintu masuk Bandara. Beruntung mereka tiba tepat waktu sebab sepuluh menit lagi pesawat akan segera lepas landas.
"Ya Allah, hampir saja kita ketinggalan pesawat." Dengan nafas ngos-ngosan keduanya telah duduk berdampingan di dalam pesawat.
***
Pasangan Dimas dan Miko tiba di Bandara Pattimura, Ambon pukul satu siang waktu setempat setelah melakukan perjalanan panjang selama hampir empat jam penerbangan dari Denpasar,Bali. Mereka pun masih harus melanjutkan perjalanan ke pantai Hukurilla selama satu jam. Akhirnya, keduanya tiba di sebuah penginapan yang terletak di tepi pantai.
"Alhamdulillah akhirnya kita tiba di tempat tujuan," Miko mengucap syukur.
"Aku baru pertama kali ke pantai ini." Dimas berkata seraya meletakkan koper mereka.
Pantai ini terletak di Desa Hukurila, Pulau Ambon bagian selatan dan menghadap langsung ke Laut Banda dengan jarak 12. pantai Hukurila terkenal akan keindahan bawah airnya. Pemandangan lautnya begitu indah dengan suara ombak yang bersahutan, kicauan burung yang riang serta hembusan angin sepoi-sepoi meyambut kedatangan pasangan suami istri yang selalu berbahagia itu. Mereka sengaja datang ke tempat ini untuk berlibur selama beberapa hari ke depan. Pasangan ini tampak seperti pengantin baru yang tengah berbulan madu.
Bukan sekedar liburan untuk menghilangkan kepenatan akan rutinitas. Diam-diam Dimas sedang mengemban sebuah misi, melakukan survei potensi wisata di Ambon terutama di pantai ini yang belum tersentuh investor. Ia ingin melebarkan sayap bisnis pariwisatanya ke Indonesia bagian Timur yang terkenal eksotis dengan pemandangan laut seperti surga. Membangun Resort di tempat yang indah di tepi pantai selalu menjadi misinya. Sejak kecil ia senang sekali traveling ke tempat-tempat dengan pemandangan yang luar biasa. Terutama yang menampakkan panorama alam yang indah.
Dimas dan Deri, adiknya sering melakukan diving dan snorkling di beberapa pantai yang indah. Laut merupakan salah satu hal yang membuatnya selalu bersemangat.
Pukul tiga sore hari, usai beristirahat sejenak, keduanya memutuskan untuk jalan-jalan mengitari pesisir pantai. Keduanya langsung ingin menjelajah kawasan pantai.
Mereka kini berada di tepi pantai.
Dimas dan Miko bersyukur bisa hidup di Indonesia yang kaya akan keindahan alamnya. Pemandangan menakjubkan seolah menjadi bukti nyata kebesaran ciptaan Allah yang tak tertandingi. Mereka seolah tengah berada di surga.
"MasyaAllah, Luar biasa indah sekali." Miko tampak senang ia menghirup nafas dalam-dalam wanita Jepang itu sangat menikmati perjalanan dan panorama alam di sekitarnya. Begitupun dengan Dimas yang selalu sibuk mengambil foto-foto. Hampir di setiap kesempatan kameranya tak berhenti menangkap gambar-gambar mereka. Miko dan suaminya memiliki hobi yang sama yakni traveling. Maka dari itu bisnis yang dijalankan keduanya pum tidak jauh dari hal berbau perjalanan wisata. Mereka bercita-cita ingin menjelajah seluruh pelosok negeri dan penjuru dunia.
Miko berjalan santai dan bergandengan tangan dengan suaminya menyusuri pantai. Sesekali mereka mendekat ke arah pinggiran air laut yang tersapu ombak. Keduanya berjalan dengan bertelanjang kaki.
"Kamu cantik sekali" Dimas memuji istrinya yang memang cantik walau tak memakai make up.
"Bosan sekali aku mendengarnya. Kamu gombal!" Miko enggan menanggapi gombalan receh ala Dimas yang selalu diucapkannya tiap saat dan dimana pun.
Dimas terkekeh pelan. Bukan suatu kesalahan jika ia menggombali pasangan halalnya.
"Kamu juga seksi banget." Lagi-lagi Dimas menggombal. Istrinya sangat menggemaskan.
"Sudah, kamu jangan memulai. Seksi dilihat dari mana? Aku tidak sedang memakai bikini. Lihat nih aku pakai celana panjang dan sweater. Belum sempat ganti kostum." Miko tahu kebiasaan Dimas yang suka menggodanya. Pria itu memang merupakan sosok paling serius di keluarga Hadiwijaya, tapi kalau urusan rayu merayu dia cukup handal bahkan adiknya yang bernama Deri yang terkenal playboy pun kalah yelak. Di luar suaminya tampak dingin dan angkuh tapi di dalam kamar dia begitu buas dan panas. Itulah penilaian Miko untuk Dimas yang selalu membuatnya lelah di malam hari. Ia tak akan berkutik menghadapi suaminya.
"Suasana sangat mendukung banget jadi kita bisa honeymoon setiap hari. Tak akan ada seorang pun yang mengganggu kita berdua," bisik Dimas dengan seringai mesumnya. Bagi Dimas kebersamaan dengan Miko adalah hal terindah yang selalu dirindukannya. Ia tak pernah bosan untuk menyentuh sang istri. Ia merasa menjadi pria yang paling beruntung di dunia ini.
"Balik ke penginapan sekarang yuk!" Dimas tak sabar ingin memadu kasih dengan sang istri.
"Baru juga sampai masa harus kembali lagi. Kita belum setengah jam di sini. Kita lihat matahari terbenam dulu. Pasti seru." Protes Miko dengan nada manjanya. Suaminya malah minta kembali.
Padahal ia masih ingin menikmati indahnya pemandangan pantai.
Suasana pantai di Bali sudah tak asing bagi keduanya karena mereka memang tinggal dekat pantai.
Namun Pantai di Ambon lebih menarik hati dan sedap dipandang mata karena airnya lebih jernih dan udaranya lebih segar serta tak terlalu dipadati pengunjung. Keadaan sekitarnya juga masih bersih. Tak ada satu pun sampah yang ditemukan.
"Besok pagi kita bisa menghabiskan waktu berjalan-jalan sepuasnya. Sambil mencari kerang kalau perlu dari subuh sambil melihat matahari terbit." Dimas menarik lengan istrinya. Tiba -tiba ia berjongkok.
"Ayo naik! Aku gendong kamu sampai penginapan!" perintah Dimas. Ia meminta sang istri untuk segera naik ke atas punggungnya.
"Hah?!Digendong? Kakiku baik-baik saja?" Pekik Miko. Dimas memaksanya segera naik.
Ya Allah, suaminya itu ingin menggendongnya. Ia seolah sedang berada di cerita romantis ala drama-drama korea. Mau tak mau ia pun menurut, naik ke punggung suaminya.
***
Entah berapa lama pasangan suami istri itu menghabiskan waktu dengan percintaannya hingga hari tampak gelap.
"Lapar." Dimas mengelus perutnya. Aktifitas yang mereka berdua lakukan cukup menguras energi.
"Mandi dulu. Setelah itu baru sholat maghrib dan makan malam." Miko mengingatkan agar suaminya disiplin.
"Mandi bareng!" Dimas memberi ajakan.
"No, Sayang! Mandinya sendiri-sendiri. Aku tak mau terjadi hal yang diinginkan oleh kamu. Aku sudah cukup lelah melayanimu." Miko tak ingin terjebak rayuan Dimas. Suaminya itu memang perkasa.
"Ga asyik banget sih." Dengan ogah-ogahan, Dimas tetap melangkahkan kakinya menuju toilet yang terletak di pojok ruangan.
Usai mandi dan makan malam istimewa, Dimas dan Miko duduk di dekat jendela menikmati pemandangan laut di malam hari. Suara deburan ombak tampak memecah kesunyian di malam hari.
" Astaghfirullah." Miko mengucap tasbih.
Ia baru saja mengecek ponselnya yang sedari tadi berada dalam mode silent. Ada kabar buruk yang dibacanya dan itu membuatnya terkejut.
"Ada apa sayang?" Dimas yang mendengar Miko, menatap sang istri yang terlihat panik.
"Ida masuk rumah sakit." Miko masih memperlihatkan wajah tegangnya.
Wanita bermata sipit itu barusan mengecek beberapa pesan yang masuk. Ia jadi panik sendiri.
"Innalillahi..." Cuma satu kata yang diucapkan Dimas.
Terkadang Dimas heran dengan perlakuan istrinya terhadap sekretarisnya yang bernama Ida Ayu itu. Terlalu mengistimewakan. Apa-apa pasti Ida.
"Sepertinya kamu peduli sekali dengan Ida," ucap Dimas mengungkap rasa herannya.
Pria tampan itu lalu mengambil posisi duduk di samping istrinya. Melingkarkan tangannya ke pinggang rampingnya. Sesekali ia mencium leher jenjang istrinya.
"Ida itu sekretaris dan asistenku, wajarlah aku sangat mengkhawatirkannya. Apalagi jika hal buruk menimpanya. Nanti aku bakalan sibuk sendiri. Selama ini Ida cukup memiliki banyak peran dalam pekerjaan di kantor" Miko beralasan. Ida itu tangan kanannya. Sulit dibayangkan apa jadinya jika dirinya tanpa Ida. Semua urusan pasti akan terhambat. Ia pasti kerepotan.
Dimas terdiam.
"Please, lupakan dulu urusan Ida dan pekerjaan, kita habiskan waktu berdua. Ingat hanya aku dan kamu! Masalah Ida kita bahas besok lagi. Sekarang kita bahas masalah kita. " Dimas memberikan tatapan hangatnya. Ia butuh diperhatikan lebih dari siapapun. Biarlah beberapa hari ini semua waktu mereka habiskan berdua tanpa ada gangguan pihak asing. Dimas sudah menanti saat-saat seperti ini. Bukankah beberapa waktu lalu adiknya telah menganggu mereka. Ia berharap pulang dari Ambon akan ada kabar gembira. sebuah keajaiban yang menyatakan jika istrinya hamil. Ia selalu ingat perkataan ustadz dalam ceramah jika Allah berkehendak apapun yang mustahil akan terjadi dan Dimas sangat mengharapkan kejadian itu.
Miko mengangguk setelah mendengar permohonan dari suami tercintanya. Ia tak pernah membantah Dimas karena ia adalah bos sesungguhnya, pria yang harus dipuja dan ditaati olehnya.
Dimas menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya. Tentu saja Miko tak menolak. Dimas berhak atas dirinya seutuhnya.
"Bisa kita mulai?" Dimas mengecup bibir istrinya yang manis hingga membuat Miko kaget. Kecupannya berubah menjadi ciuman hangat yang memabukkan. Tentu saja Miko membalasnya dengan sukarela. Bibir Dimas sangat manis dan kenyal. Ia memang handal dalam memperlakukan dirinya.
Dengan gerakan secepat kilat, pria tampan berambut hitam gelap itu menutup jendela kamar.
Usai menutup jendela keduanya lalu pindah menuju ranjangnya. Mengulangi apa yang terjadi tadi sore. Dimas tak pernah lelah, ia selalu memiliki stok energi yang lebih untuk aktifitas yang satu ini. Miko hanya bisa pasrah menerima semua serangan suami mesumnya karena ia pun sangat menikmatinya. Dimas sosok romantis yang selalu memperlakukannya dengan lembut. Kali ini Miko harus bersiap lagi untuk mengatur energinya.
***
TBC