Jejak Luka Cameella

Kringg..Kriinggg.... Suara telpon di kamar hotel itu berdering nyaring, hingga memekakkan telinga dan membuatnya terbangun. Matanya terasa berat untuk dibuka, seolah ada puluhan kilo gram lem, hingga membuat matanya terus tertutup. Tapi dering itu tak kunjung berhenti, seolah saat ini tengah beradu kekuatan, antara dirinya dan suara itu. Hingga akhirnya dia menyerah, karena telinganya tak cukup kuat menahan suara dering nyaring itu, dia mengangkat gagang telpon dengan malas. Yang membuatnya semakin kesal adalah ternyata si penelpon adalah receptionist hotel yang mengingatkan, apakah dirinya akan lanjut atau check out karena hari telah menunjukkan pukul 11.00 WIB. “Sialan! Gak bisa apa mereka dateng baik-baik kesini, dasar! Huftt...” Cameella memicingkan sebelah matanya dan melirik jam di pergelangan tangannya, spontan menepuk jidatnya, dengan tenaga tersisa dia berdiri, meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal karena olahraga malam tadi. Dia mendengkus kesal, sembari menatap dirinya di balik cermin kaca di kamar hotel, sembari tersenyum sinis, melihat lingerie yang masih menempel di tubuhnya. Lalu matanya memandang jijik kearah seragam SMA yang berserakan di atas sofa. Kostum yang dia kenakan demi memenuhi permintaan konsumen elitnya tadi malam. Karena harga yang di patokkan dalam berkencan dengannya sangat tinggi, maka dirinya memberi service yang istimewa terhadap konsumennya, termasuk ketika sang konsumen meminta dirinya beradegan layaknya bocah SMA yang tengah berkencan dengan sang guru. Apapun kemauan Pelanggannya akan di lakukan olehnya selagi masih dalam batas kewajaran dan steril tentunya. Sehingga, kondom! Ya, itu benda yang tak pernah lupa selalu dia gunakan sebelum beraktivitas demi keselamatan bersama dan anehnya para pengagum dirinya tak ada satupun yang protes. Mereka semua menyetujui apapun permintaan Cameella dalam " Berkencan " Bahkan tak sedikit dari mereka memberitahukan kepada beberapa kolega dekatnya, mengenai Betapa dahsyatnya pelayanan yang diberikan oleh Cameella ketika berkencan. Sehingga tak heran jika pelanggan Cameella adalah dari Kalangan Jetset. Meski begitu, tidak semua di terima oleh dirinya. Dia akan memilih-milih kriteria pelanggan. Dan di antara mereka tidak ada satupun yang memberikan bayaran sedikit, bahkan mereka rela menambah uang tips di luar nominal yang telah di tentukan. Dan satu keunikan Cameella adalah, dirinya tidak pernah menerima kencan melebihi dua jam. Setelah tiga jam dia akan mengakhiri semuanya, dan meminta pelanggan meninggalkannya. Tapi anehnya, mereka tetap menerima dan ketagihan, hingga mereka rela menunggu jadwal kapan Cameella bersedia, meluangkan waktu untuk mereka. Berkencan dengan Cameella tak semata-mata di akhiri di ranjang, tak jarang dirinya di sewa hanya untuk menjadi pendengar setia sang pengusaha, atau sekedar membacakan sebuah dongeng untuk sang pengusaha agar tertidur. Karena tidak setiap hari menerima tamu, karena kini jadwalnya lumayan padat sebagai mahasiswi di sebuah kampus bergengsi di Jakarta, Kings Queen University. Biasanya dia menerima orderan ketika sedang tidak lelah atau memang mengharuskan karena ingat akan kewajibannya melunasi hutang. Dan hari ini pelanggan Cameella telah pergi meninggalkannya yang tertidur karena kelelahan, Tak lupa Sang Pelanggan meninggalkan kertas yang bertuliskan “Thanks, Lily servicenya luar biasa, kapan-kapan boleh kita meet up lagi?” Begitulah sepenggal kalimat yang tertulis di selembar kertas di atas meja, beserta papper bag coklat berisi gepokan uang lembaran merah ada lebih 10 gepok di atas meja itu. Lily adalah nama samaran yang dia gunakan sebagai wanita bookingan, siapapun pria yang telah deal berkencan dengannya, tidak di benarkan berkomunikasi di luar aplikasi, dan uang yang di berikan harus cash. Lily gadis remaja cantik jelita bak Dewi yang sebenarnya memiliki nama Cameella Widjayanto, adalah seorang mahasiswi fakultas hukum Kings Queen University, sebuah kampus bergengsi di Jakarta. Setiap Orang tua dari kalangan menengah keatas akan berlomba-lomba memasukkan anak mereka di Universitas elite dengan akreditasi A tersebut. Tak hanya orang tua, banyak anak-anak berprestasi, bercita-cita dapat memasuki kampus itu, tapi mereka akhirnya mengurungkan niatnya karena tidak mampu membayar biaya yang sangat mahal. Tapi Setelah kehancuran dirinya di masa lalu nama Kings Queen University-lah yang mampu membangkitkan Cameella dari keterpurukan yang menimpanya, hingga mampu membuatnya seperti sekarang dan berhasil melunasi tumpukan hutang yang di tinggalkan mendiang sang ibu. Flash Back Pagi itu cuaca sedikit mendung mencekam, angin sepoi-sepoi menambah suasana semakin membuat orang enggan berlama-lama di luaran. Dan seperti biasa, setiap pagi Cameella selalu menyempatkan diri mengunjungi makam sang ibu, untuk menyampaikan curahan hatinya yang gundah gulana sejak kepergiannya. Ma, Milla harus gimana menghadapi kerasnya hidup ini, tanpa Mama, tanpa Papa… dan semua seolah menjauh begitu saja, tak ada satupun yang memperdulikan Milla. Apakah harus Milla menyalahkan Mama, karena seumur hidup Milla, Mama selalu memanjakan Milla, hingga Milla selalu bergantung hidup dengan Mama dan Papa. Ma…ajakin Milla donk ke surga. Milla merasa sepi sendirian di dunia ini tanpa Mama… Cameella mengusap pusara sang ibu setelah membacakan Alfateha dan doa lainnya. Sesekali dia menyela air matanya yang terus mengalir membanjiri pipi tanpa kuasa dia bendung. Kehilangan sang ibu untuk selama-lamanya karena ketidakmampuan memberikan pengobatan terbaik membuatnya menyesali diri. Ma…andai tante artis tak masuk ke dalam kehidupan papa, hingga merebut seluruh perhatian papa dan memisahkan kita dan papa, mungkinkah kita masih hidup bahagia ma? Ataukah Mama sebenarnya sudah lama mengetahui perselingkuhan Papa dengan tante artis dan mama memilih berpura-pura tidak terjadi apapun? Maafin Milla ma…Milla terlalu bodoh untuk mengetahui semuanya, sehingga membuat Mama menelan pil pahit kehidupan sendirian… Isaknya pilu bagi yang mendengar. Cameella adalah putri tunggal, sudah selayaknya sebagai putri tunggal dia mendapat perhatian maksimal kedua orang tuanya. dia menjadi bimbang, ragu dan ketakutan untuk memasuki rumah yang mereka berdua tempati selama ini. Hingga terjadi seperti biasa, Cameella memilih menyusuri jalanan untuk menyegarkan otaknya baru dia kembali kerumah, dan itu biasa menjelang sore. Seperti pagi ini, dia menunduk dengan sesekali mengelap air matanya, terus berjalan meniti jalan raya, membelah keramaian pengendara yang berusaha saling kebut-kebutan demi mencapai tujuan. Pikirannya kosong, hatinya hancur, dia tak tahu harus menuju jalan mana untuk menapakkan kaki menuju masa depan, semua hancur seiring dengan hancurnya keluarganya yang terkenal harmonis. Walau jalanan sekitar pemakaman tidak terlalu padat seperti biasa, seharusnya Cameella tetap fokus, tapi entah mengapa kali ini, dia sama sekali tidak memperhatikan sekeliling. Tttiinnnn…Tiiiiiiiiiinnn BRAAAAK!! Cameella yang terkejut karena sebuah sepeda motor dengan kecepatan tinggi tak terkendali menabrak dirinya, hingga membuatnya tersungkur beberapa langkah ke pinggir jalan, dia meringis kesakitan, hingga tiba-tiba pandangan matanya kabur, sesaat kemudian terasa gelap lalu dia terkulai lemas jatuh pingsan ke jalanan.