WE ARE DONE

1202 Words
"If you love me, then prove it, Rico!” “Sure.” Setelah itu, Rico langsung menarik tubuh Bunga dan mendekatkan wajah mereka, hingga sangat dekat. Perlahan tapi pasti, 2 orang itu tersenyum dan berciuman dengan nikmat bahkan sampai memejamkan matanya. Risa pun setelah membasuh kembali mukanya, ia pun kembali ke arah suara yang tak asing bagi nya. Melihat kenyataan yang ada di hadapannya kini dan Di titik itu, tubuh Risa seketika tidak bertenaga. Dia luruh bersamaan dengan perasaannya yang runtuh. Air matanya pun jatuh begitu saja seiring dirinya mencoba mengalihkan pandangannya dari hal yang sangat menjijikkan itu. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa calon suaminya dan sahabatnya bermain api di belakangnya? Atau sebenarnya mereka sudah cukup lama memperlihatkannya, tetapi dia sendiri yang gelap mata?! Argh! Risa pun menjerit dalam hati seiring dengan desahan dari kedua orang itu yang dia dengar. Dia tidak mau lebih lama di sini dan hanya menjadi penonton yang menyedihkan. Dia tidak mau, Risa pun kini gelap mata, ia pun langsung menggebrak meja yang berada di sana. Brak! “Elriccooooooo Bangs*t!” bentak Risa dengan suara yang sangat menggelar. Mendengar suara itu, Rico pun langsung memisahkan dirinya dengan Bunga. Dia pun sampai kesusahan untuk meneguk ludahnya sendiri. melihat wajah mengerikan dari Risa gadis cantik yang tomboy tentu saja ia takut Risa mengeluarkan bogem ke wajahnya ataupyn wajah bunga. “Babe Sayang … Ini gak seperti yang kamu lihat. Bunga yang.. yang.. lebih dulu menggodaku. Kamu harus percaya padaku.” Rico sebisanya berusaha membela diri. Bunga yang tidak terima mendengar perkataan jason pun, langsung meneriakinya. “what? Rico Apa yang kamu bilang? Baru beberapa menit yang lalu kamu bilang kamu mencintaiku, tapi sekarang kamu tidak mengakuiku, pria munafik sekarang katakan pada dia yang sesungguhnya?” “Shut up, Bit*h ! Siapa yang mencintaimu? Aku cuma mencintai Risa, gak ada yang lain.” Rico hendak memegang tangan Risa, tetapi dengan sigap Risa langsung menepisnya. “Bastard, you, Ric! You say love to me, but you say love too with my best friend? You’re crazy!” teriaknya. Risa pun mendekati Bunga dan menatap seolah ingin menerkam nya, tapi Risa pun masih berpikir jika ia melakukannya sama saja ia melayani sampah hanya sia sia. “And you!” Jari-jari Risa hanya menunjuk wajah Bunga. “You more jerk then him, Bit*h!” katanya. Terlihat jelas amarah yang sangat besar di bola mata Risa. “Kamu bilang, kamu sahabatku, kan?” ujarnya seraya menunjuk dirinya sendiri. Langkahnya tanpa sadar memundur. “Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu justru menyukai pacar sahabatmu? Sahabat mana yang lebih b******k dari kamu, Bunga? Hah?” tanyanya lalu maju ke depan dengan air mata yang kembali berjatuhan lagi. “Selama ini, apa kurangnya aku sebagai sahabatmu? Aku sudah menuruti semua keinginanmu. Mulai dari barang-barang, pekerjaan, semuanya … apapun yang kumiliki, aku sudah membaginya denganmu. Tapi, kamu masih serakah dan mengambil lelakiku? Kamu bener-bener, yah parah Bener-bener keterlaluan!” Risa berteriak dengan keras. “Mulai detik juga, aku dan kamu bukan lagi sahabat. We are done!” Risa lalu menatap Calon suami nya Rico. “And for you. We break up! Kekasih atau calon suami atau pernikahan atau apapun itu, semuanya batal! Kita bukan siapa-siapa lagi, anji*n*!” jerit Risa kemudian berlari hingga menaiki tangga untuk mengambil barangnya “Tidak, Babe! Larisa, tunggu!” Teriakan-teriakan Rico diabaikan begitu saja oleh Risa Bahkan, beberapa teman laki laki Rico yang berpesta di bawah dan memergoki mereka sampai keheranan dan menanyai Risa. Akan tetapi, Risa menghiraukan mereka semua dan pergi ke luar. Dia tidak tahan. Dia tidak bisa jika harus berada di ruangan yang sama dengan jalang berkedok sahabat itu. Dia benar-benar sangat muak. Dia butuh waktu untuk melampiaskan amarahnya sekarang. “Arghhh …” “Arghhh …” “Goddamit! Bisa-biasanya 2 orang itu selama ini punya affair di belakangku? Damn! Damn!” Risa teriak-teriak sembari menendangi pasir-pasir saat dia tiba di pantai. Tempat yang menjadi pesta lajangnya memang sebuah villa dekat pantai, karena itu, dia bisa dengan mudah berlari ke sini tanpa menggunakan alasan kaki. Sruk! Dia lalu terduduk di pantai dan menangis tersedu-sedu. Ketika dia masih meratapi nasibnya, seorang pria muda mencolek bahunya. “Alkoholnya, Nona? Sepertinya Anda membutuhkan ini karena menangis di pantai yang sepi Melihat pemuda itu Risa ingin menangis. Namun, sejurus kemudian dia justru tertawa. Dia sedang menertawakan nasibnya sendiri yang mengenaskan di malam pesta lajangnya. “Dunia bener-bener gak bisa ditebak. Malam yang harusnya aku jalani dengan bahagia, malah aku tangisi di pantai dan ditawari alkohol murahan lagi. Cih! Haha?” Pemuda itu yang merasa gelisah menjadi ingin pergi saja daripada dirinya harus meladeni wanita gila yang sepertinya baru patah hati. “Anu, Nona. Kalau Anda tidak membutuhkannya, saya pergi-” Belum sampai pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, Risa sudah menyela. “Letakkan saja semuanya sekalian dengan wadahnya.” “Apa?” Pemuda itu bertanya karena khawatir dia salah dengar. “Aku beli semuanya sekalian sama wadahnya! Gitu aja gak ngerti! Kamu mau daganganmu laris gak sih?” ucap Risa dengan marah. “Iya, tentu saja saya mau, Nona. Tapi-” “Kalau sudah mau itu gak usah tapi. Kalau ada tapinya berarti gak mau! Udah sana, ke villa itu dan cari Lily. Bilang, Risa beli alkohol saya dan disuruh nagih ke sini. Cepet pergi! Atau aku bakal berubah pikiran lagi!” ancam Risa dengan Nada perintah Pemuda itu langsung pergi karena tidak mau rizkinya hangus begitu saja. Sementara itu, Risa pun mulai meminum alkoholnya. Air matanya terlihat tak mau berhenti menetes meski dia sudah menenggak beberapa botol. Dia yang kesal mulai berdiri dan kembali ingin menumpahkan kekesalannya. “Rico, sialan! Bunga, sialan! Orang-orang kayak kalian harusnya gak pantes ada dalam hidupku …” teriak Evelyn sembarangan. Dia lalu menjerit. “Arghhh, God! Sebenarnya apa salahku sampai cuma ada orang-orang b******k yang Kamu kirim dalam hidupku? Apa? Apa salahku?” Air mata Risa kian mengalir dengan sangat derasnya. Dia menunduk dalam sembari memegang gaun tidurnya. “Padahal, padahal selama ini aku sudah jadi orang baik, kekasih yang baik, dan sahabat yang baik. Apa ini balasannya? Apa ini balasan kebaikanku selama ini? Haruskah aku jadi wanita gila saja supaya Kamu mau mengirimkan laki-laki yang baik untukku? Arghhh!” Risa pun yang merasa dadanya sangat sakit, tanpa sadar merobek gaun tidurnya sampai ke dalam-dalam hingga saat angin laut berhembus kencang, selembar kain tipis yang robek itu terbang. Hawa dingin lalu menyapu kulit Risa yang putih bersih. Sekarang, dia benar-benar akan mulai menjadi wanita gila karena membiarkan dirinya mabuk, menangis di pantai dan tentu saat ini tanpa pakaian apapun kecuali pantiesnya. “Hahaha … gila! Aku benar-benar gila sekarang …” gumam Risa sembari tertawa-tawa sampai saat kakinya menyentuh air laut yang dingin, tubuhnya luruh. Air matanya kembali jatuh. Rasanya sekali pun dia kini sudah bersikap gila, sakit di hatinya sama sekali tidak berkurang. “Benar-benar menyedihkan. Kamu orang gila yang menyedihkan, Ris …” Dia pun menghabiskan tangisnya sendirian di tepi pantai yang dingin dengan menekuk lutut. Sungguh, akhir dari kisah cinta yang dia pikir akan manis justru berujung dengan sangat tragis. Dia benar-benar menyesal. Sangat-sangat menyesal. Dan dia pun berjanji akan membalas semua perbuatan sahabat dan mantan kekasihnya yang b******k itu. Ya, dia berjanji. Sambil terus menegak minumannya. "Bye Elrico Bye Bunga I hate you, argggh damn,"

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD