PARTY
Larisa tak sadar jika ia telah menghabiskan hampir satu botol penuh minuman beralkohol itu. Ia pun tak ada niat untuk menghentikannya, Dia sudah sangat mabuk, tapi ia masih terus menuang sisa - sisa tetesan botol ke dalam gelas yang berada di atas meja.
Iya, Ia hanya ingin menjadi Ratu dalam gemerlapnya pesta yang pelepasan lanjangnya karena beberapa minggu lagi ia akan berganti status dari lajang menjadi istri Rico, kekasih hati nya yang sudah hampir setahun ia pacari.
"Bebb, yang meriah doangg jangan dulu pada pulang DJ siapkan lagu selanjutnyaaa, Kita Party sampai pagi Hahahahah"
Suara Risa panggilan kecil nya pun terdengar oleh Discjokey yang menjadi pemandu malam itu, sorak sorakan pun terdengar meriah sekali di Villa yang telah Risa dan Rico booked.
Rico berada di lantai Bawah untuk party para pria sedangan para wanita berada di lantai dua.
Jep! Ajep! Ajep!
Suara DJ yang makin menggila sebab teriakan Risa membuat gadis-gadis dengan
baju tidur sexy itu kian menggerakkan tubuhnya. Sorak-sorai dan wajah mabuk mereka yang
keasyikan menikmati musik sungguh menjadi warna bagi ruangan ini.
“Huuuww … cheers!”
Risa pun kembali menenggak minumannya setelah bersulang dengan teman-temannya. Dia
tak bisa menyembunyikan senyumnya usai alkohol itu melewati tenggorokannya. Akan tetapi,
senyum tersebut tersendat saat dia mendadak cegukan. Seorang teman lalu menepuk punggungnya.
“Sudah, Eve. Kamu sudah benar-benar mabuk. Kamu harus menyadarkan diri dulu,”
tegur Lily padanya. Dia tidak terlalu suka pesta, tetapi karena Risa adalah teman baiknya, dia ikut
saja untuk berjaga-jaga jika ada kejadian seperti ini.
“Eh Liy gw gak mabok, Li! gw-hik! gw hanya sedikit-hik! Haha … gw mau minum lagi-hik!
Berikan gw minuman-hik!”
Melihat Risa yang sudah melantur, mau tidak mau Lily sang sahabat pun harus menariknya ke kamar
mandi.
“Sadarkan dirimu dulu kalau kamu mau minum lagi, Risaa!”
Lily mengatakan itu sembari memapah Risa. Sementara gadis itu hanya cengengesan, karena sudah dialam bawah sadarnya
bahkan ketika mereka sudah ada di dalam kamar mandi.
“Ayo, cuci mukamu dulu, Risa!” perintah Lily dengan nada yang membentak.
“Iya, iya. Ini juga mau cuci muka.”
Risa menjawabnya begitu saja lalu berjalan ke arah wastafel.
Cur! Byur! Byur!
“Hehe, siapa itu perempuan cantik yang di cermin, Lily? Bukannya dia cantik banget karena
mau jadi pengantin? Dia pasti bahagia banget kan, Lily sampai-sampai udah mabuk aja masih
cantik Hahhaha."
Risa sudah sangat mabuk rambutnya pun berantakan, Lily dengan sabar merapihkan dan mengikat nya dengan karet gelang bekas nasi bungkus yang tadis Sore ia makan
Lily hanya bisa menghela napas. Dia mengambil handuk yang tergantung lalu mengusap
wajah Risa dengan cara perlahan.
"Lama - lama gw gasruk juga nih anduk, biar cantik loe ilang," Umpat Lily kesal tapi dengan sedikit bercanda.
“Ya, ya, temanku ini yang paling cantik karena mau menikah. Sudah, ayo keluar.”
Lily pun lalu membawa Risa keluar daru ruangan party Dan Lily segera membawa Risa menuju kamar yang berada di pojok aula party. tak lama sampai Lily segera membawa Risa ke kamarnya tanpa Evelyn sadari. Dia lalu melepas sandal
Risa dan membaringkannya dengan baik di ranjang.
“Sudah, Loe istirahat di sini aja ya. Lagian kamu udah mabuk parah tau, kalau Loe makin ga sadarkan diri, yang repot itu gue, loe enak tingal sender sender ke badan gue, lah gue berat tau bopong loe, nyetir hadehhh temen - temen loe juga samanya pengennya party tanpa memperdulikan loe yang lagi mabok, pengen gw jambakin rasanya.”
Lily pun mengungkapkan kekeksalannya walaupun tak di dengar serius oleh Risa, yah seenganya ia mengungakpan kekesalannya pada Risa.
Dan lagi - lagi Risa tidak menjawab, dia hanya bergumam tidak jelas. Dalam raut wajah Risa masih
terpatri sebuah kebahagiaan. Lily yang selama ini cemas pun menjadi tenang. Setidaknya tidak
terjadi apapun sampai hari ini. Jadi, mungkin Risa dan Rico memang ditakdirkan untuk
bersama.
Dia jadi harus yakin juga akan hal itu dan berhenti khawatir, tentang sang sahabatnya itu.
Lily lalu meninggalkan Risa sendiri di kamarnya.
Dan Tak berapa lama kemudian, hampir sejam Risa pun yang semula tidur bangkit. Entah apa yang dia
mimpikan? Dia hanya berjalan keluar dan memanggil nama sang calon suaminya dengan kondisi setengah sadar Rico.
“Ric, Rico , kamu di mana? Sebentar lagi kita akan menikah. Kenapa kamu
meninggalkanku sendiri Rico?”
Risa pun merasa dirinya di dalam dunia nyata sedang menelusuri ruangan dan ia pun terus berjalan di koridor Vila di lantai 1. Dia berniat turun ke lantai bawah, ke tempat
di mana pesta lajang Rico diadakan.
Akan tetapi di tengah perjalanan langkahnya pun terhenti, dalam setengah sadar, saat dia akan menuruni tangga, dia mendengar
suara Rico dengan wanita lain.
“I love you. I really love you …”
Mendengar ungkapan tersebut, Risa merasa sedang dan berbelok ke arah suara wanita lain
“Rico, Rico apa kamu sedang membuatkanku surprise di sana? Oh, you are sweet,
Darling. Aku akan berpura-pura tidak tahu kalau begitu, Ah gue mabok apa gak sih, tapi kok Lily gak ada di sini? hehe …”
Risa pun berbicara dengan sangat pelan karena mabuk. Dia terus berjalan sampai suara
perempuan lain terdengar.
“You’re lie, Ric! Yang kamu cintai pasti Larisa, kan? Kamu sampai buat pesta lajang ini
barengan sama dia. Apa kamu benar-benar mau menikahinya dan melupakanku? Hiks! Kamu
jahat banget tau kamu Rico!”
Langkah Risa langsung terhenti, ia kini mulai sadar jika ia tidak sedang bermimpi atau pun mabuk , perlahan Dia yang semula mabuk mulai tersadarkan dan
menajamkan indra penglihatan serta pendengarannya.
Di balkon itu, benar-benar ada Rico-calon suaminya. Namun, siapa perempuan yang dia
ajak bicara? Mendadak hati Risa pun berdenyut dengan cepat. Dia menggelengkan kepala beberapa kali karena
berpikir dia salah lihat. Akan tetapi, laki-laki dengan kemeja putih itu tak berubah. Dia sungguhan
Elrico
“Aku tidak bohong. Aku tidak pernah mencintai gadis gila itu, gadis yang sebenarnya membuat ku muak, aku sangat muak ketika berada di dekat Dia, Risa memang akan Ku nikahi Tapi Yang aku cintai selama ini ya,
kamu, Bunga Kamu tahu benar hal itu, kan, Dear? Aku tuh mencintai kamu jauh dari lubuk hati ku yang paling dan sangat dalam I love you my heart.”
tanpa segan Rico lalu mencium tangan Bunga. Perempuan itu tersenyum manis. merasa bahagia atas pertanyaan sang lelaki yang bergombal itu, Rico merupakan sang playboy, Akan tetapi Risa menutup mata selama ini karena ia merasa pemenangnya dalam hal percintaan merebutkan hati Rico
Risa mulai mengepuk ngepuk wajahnya, dan segera menyadarkan dirinya untuk menerima hal nyata yang sedang ia alami, apakah ini mabuk atau kah ini mimpi, Risa pun segera mendekati perlahan arah suaranya, tapi ia pun tak mau gegabah, ia segera menuju kamar mandi dengan jalan yang sempoyongan karena kepala nya masih agak sedikit berat.