Azzam termenung membaca luka dalam hatinya, begitu pedih rasanya ketika cinta pertamanya justru harus kandas dan hilang hanya karena kebejatan ayah kandungnya sendiri. Andai saja Abinya tidak berbuat buruk yang menyebabkan Era hamil apapun alasannya, pasti hari ini Azzam dan Era sedang bahagia tak terkira. Namun ambisi dan nafsu telah mengalahkan segalanya, kekhilafan Abinya telah membawa Azzam pada sebuah perpisahan. Pisah saat cinta pertama itu rasanya demikian sakit, nyeri, tidak enak, tidak nyaman. Entahlah, sulit diceritakan. Azzam hanya bisa duduk, tidur, makan dan sholat serta aktivitas rutin lainnya, ia belum bisa tersenyum penuh canda seperti hari kemarin. Ia belum bisa bertukar kisah seperti hari kemarin. Hatinya butuh jeda untuk beradaptasi dengan lukanya. Beberapa kali ia mem