KESEHARIAN ARUM

639 Words
Meniti hari dengan senyuman terindah, mencoba menata mimpi dan menikmatinya. Perlahan tapi pasti, mimpi itu harus tergenggam dan menjadi nyata. Arum diam. Usai tahajud dan doa panjangnya ia melipat mukenahnya. Genap satu tahun Bagas menderita patah tulang dan harus berjuang melewati semuanya dengan keterbatasan. Beruntung ia seorang pegawai negeri dimana ia tidak terlalu sulit karena telah mempunyai penghasilan bulanan yang bisa ia tunggu kehadirannya. Nafkah untuk keluarga memang harus terkurangi untuk biaya berobat dan lain-lain. Berobat mungkin telah ada yang menanggung namun biaya terapi, rawat luka dan t***k bengeknya yang tidak dapat tergantikan. Bagas harus melewati detik-detik tidak nyaman dalam hidupnya. Tidak bisa tidur tenang, selalu terbangun tiap malam, nyeri yang ia rasakan berbulan-bulan. Hanum bersyukur pagi ini jadwal Bagas latihan berjalan untuk yang kesekian kalinya. Ia berharap Bagas segera membaik dan semua kembali normal. Srlama Bagas sakit. Arum adalah satu-satinya tulang punggung keluarga. Ia meneruskan usaha pembuatan gaun pengantin dan kini merambah lagi dengan menerima pesanan untuk baju-baju muslimah. Arum berusaha keras untuk memenuhi semua kebituhan keluarganya. Arum sama sekali tidak pernah mengeluh meski kadang ia merasa letih. Terkadang saat hendak tidur malam hari ia merasa tulang punggungnya nyeri dan sakit sekali. Seharian bekerja, kemudian mengurus rumah dan melakukan semua aktivitas rumah tangganya sendiri. Kadang memang Azzam membantunya namun tetap saja hasilnya tidak maksimal. Di dalam rumahnya semua anggota keluarga memang telah diberi tugas masing-masing. Hal itu sudah terjadi sejak Bagas masih sehat dulu. Bagas selalu bilang bahwa hal itu berguna untuk melatih anak-anak agar mandiri. Pagi yang cerah, Arum membuka kaca jendela,udara dingin menyapa pori-pori kulitnya. "Sudah bangun sayang.. " Sapa Bagas bernada tanya. Arum menoleh ke asal suara, tersenyum sekilas kemudian duduk di sampingnya. "Iya, sudah sejak jam tiga pagi tadi. Mas sholat dulu ya. " Arum bicara dengan sopan dan manja. Bagas pun mengangguk. Bagas mengulurkan satu tangannya ke arah Arum dengan maksud agar Arum mendekat dan mereka bisa berpelukan namun Arum hanya tersenyum, menepuk pipi Bagas kemudian turun dari ranjang. "Sholat dulu, gih. Sudah siang. " Arum berkata sambil meninggalkan Bagas yang termenung seorang diri. Arum tahu ia bersalah karena definisi ikhlas itu adalah memaafkan dan melupakan semua kejadian. Bukan ikhlas namanya bila sudah memaafkan namun belum melupakan. Arum sangat sadar itu namun hati kecilnya belum bisa melupakan kejadian itu. Kejadian saat Bagas menikah lagi. Sejak saat itu perasaan di hati Arum sudah mati namun ia berusaha mempertahankan rumah tangganya demi anak-anak. Sejak saat itu ia berjanji akan mewaqafkan hidupnya untuk rumah tangganya. Ia berjanji memaafkan Bagas, menerima kekurangannya, tidak menuntut nafkah bahkan Arum rela menjadi pencari nafkah bila dibutuhkan Sakiiiit... Rasa sakit itu tidak bisa ia lukiskan bahkan untuk diceritakan pun ia tak sanggup. Sering sekali saat ia mandi, saat ia menjahit, saat ia memasak, kilatan peristiwa itu terjadi lagi. Seperti sesuatu yang datang lalu hilang, memorinya melompat dan membuat guratan tersendiri. Suara Bagas saat bergumul dengan Raisa, tamparan Bagas di wajahnya juga tangan Bagas yang melayang dan melukai hati Azzam. Semuanya berkilat-kilat begitu saja. Arum ingin melupakan semuanya namun kenangan itu justru datang begitu saja membuat serpihan luka di hatinya. Hari ini saat Bagas ingin memeluknya entah mengapa ia jadi kembali mengingat hal itu. "Kak, tolong abi kamu seka ya badannya. Lalu kalau sudah selesai kamu berikan s**u jahe merah ini pada beliau. " Begitu perintah Arum pada Azzam yang seketika diiyakan olehnya. "Kenapa bukan ummi yang menyeka abi? " Tanya Bagas. "Ummi masih belanja di depan. " Jawab Azzam pendek. Apa yang telah menjadi kewajiban umminya telah selesai Azzam lakukan dan Azzam pun keluar kamar. "Sudah, Nak? " "Alhamdulillah, Um. " Begitulah keseharian Arum, bila kenangan buruk itu hadir ia memilih untuk menghindar sejenak. Ia tidak ingin terjadi gesekan antara dirinya dan Bagas, ia ingin rumah tangganya tenang dan baik-baik saja. Sebentar lagi perawat yang akan merawat Bagas akan datang Arum berdoa semoga Bagas segera sembuh dan dapat beraktivitas kembali. .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD