Bagas telah selesai dengan teraphynya. Ia nampak bahagia saat tapak-tapak kakinya melangkah menuju kerikil-kerikil putih di depan rumahnya.
Arum yang membeli kerikil tersebut memang dikhususkan untuk Bagas berlatih. Dan ternyata sangat bermanfaat untuk Bagas.
"Ummi, "panggil Bagas pada Arum yang sedang duduk di kursi santai beranda rumah mereka. Arum melihat Bagas sambil tersenyum.
"Ada apa, Abi? " tanya Arum.
"Kayaknya ini sudah mulai nyaman dipakai berjalan. "
"Alhamdulillah kalau begitu. "
"Um, minta tolong ummi belikan alas kaki teraphy ya. "Arum mengangguk. Sejak sakit memang Bagas ada saja permintaannya dan sepertinya wajib di iyakan karena bila tidak ia akan merengek dan berbicara terus menerus untuk menanyakan permintaannya.
Bagas seolah lupa gajinya sebagai pegawai negeri hanya cukup untuk membayar pinjaman serta untuk makan sehari-hari. Beruntung Arum mau bekerja membantu keuangan rumah tangga jika tidak pasti keadaannya tidak sebaik sekarang. Itupun Arum melakukannya tidak bisa sepenuh hati karena ia juga masih harus mengurus kegiatan yang lain.
"Assalamualaikum.... "
Ach, Azzam sudah datang. Ia memang sedang melamar pekerjaan sejak lulus sekolah menengah atas enam bulan yang lalu. Sudah jadi tekatnya untuk bekerja kemudian bila sudah dapat pekerjaan ia bermaksud untuk kuliah. Arum mengiyakan saja meskipun sebenarnya sangat berat melepaskan Azzam bekerja. Sebagai ibu ia sangat ingin menguliahkan Azzam namun apa daya kondisi sedang tidak memungkinkan. Akhirnya ia hanya pasrah saat Azzam menyampaikan inginnya.
Azzam benar-benar anak yang baik dan mengerti. Ia tidak pernah menuntut ke dua orang tuanya menafkahinya berlebihan. Ia tidak pernah menuntut. Ia hanya ingin ummi dan abinya hidup tenang bersama adik-adiknya.
Ia tidak ingin dunia mencatat dirinya sebagai anak yang lahir dan dibesarkan dari keluarga yang broken home. Itu sebabnya ia mau berjuang.
Azzam duduk di samping Arum.
"Bagaimana? " Tanya Arum pada putra tercintanya itu.
"Alhamdulillah, Um. Azzam diterima kerja dengan gaji luar biasa. "Mata Azzam tampak murung saat menyampaikan kabar tersebut.
"Kamu ditereima kerja tapi kenapa wajahmu murung sekali? " Tanya Arum saat memperhatikan ekspresi wajah putranya.
Azzam menggigit bibir sepertinya ia sedang gelisah.
"Kenapa, Zam... ?" Arum mengulang pertanyaannya.
"Nggak apa-apa, Um. "
"Kak... " Arum bertanya lagi.
Ia mulai mengejar Azzam dengan pertanyaan. Arum yakin ada sesuatu yang pasti sedang Azzam pikirkan saat ini.
"Kamu diterima bekerja dimana ?"
"Oh, itu, Um. Di PT Cahaya Berkilau. "
"Hebat!, itu sebuah perusahaan besar. Kamu dibagian apa? "
"Aku di bagian administrasi gudang, Um. "
"Kok bisa? Kamu kan cuma lulusan SMA." Arum heran saat Azzam menerima jabatan tersebut. Azzam hanya lulusan sekolah menengah mengapa bisa ia diterima dibagian administrasi?
"Entah, Um. Azzam juga ga ngerti. Didoakan saja lah, Um supaya semua lancar. "
"Ummi selali berdoa buatmu. "
"Tapi alasan murung mu, apa? " Arum mengulang kembali pertanyaannya namun Azzam masih diam.
"Itu lho, Um. Era... "
"Era siapa? "
"Era adik kelasnya Azzam. "
"Kenapa? "
"Dia mau berhenti sekolah, Um. Dia tadi jumpa Azzam saat Azzam mau melihat pengumuman di kantor. Dia minta tolong pada Azzam untuk minta carikan pekerjaan agar dia bisa sekolah. " Azzam diam, Arum memperhatikan dengan seksama cerita putranya. Arum merasa iba dengan nasib anak-anak yang putus sekolah.
"Azzam ingin menolong Era tapi bagaimana caranya?" Arum masih diam tak menjawab. Lalu kemudian ia bicara.
"Kalau Era mau dia bisa bekerja disini. "
"Maksud Ummi? "
"Ya, Era bekerja disini sambil sekolah. Kalau Era yang mengerjakan pekerjaan rumah nanti ummi bisa konsentrasi menulis,Kak." Penjelasan Arum pada Azzam.
Azzam mulai mengeri. Sisi lain batinnya bahagia mendengar keputusan umminya. Karena sebenarnya Azzam menyukai Era sejak dulu namun ia menjaga diri demi tercapainya cita citanya.
"Terimakasih ya, Um. "
Umminya mengangguk. Ada wajah gembira di senyum Azzam. Arum tahu kalau Azzam menyukai Era. Sangat tahu dan demi membahagiakan putranya itu, ia pun mengambil keputusan mempekerjakan Era di rumahnya meski kondisi rumahnya sedang tidak baik-baik saja.
.