Bian dan Zhian akhirnya mendarat di Bandara Adelaide, Australia Selatan.
Sebuah mobil Mercedes tipe AMG G 63 yang berbentuk seperti jeep menjemput mereka. Perjalanan mulai bergerak ke Abram Creeks yang berjarak sekitar seratus dua puluh kilometer dari bandara. Tidak ada cara lain untuk menuju peternakan selain jalur darat dan jalur udara menggunakan pesawat kecil atau helikopter.
Sepanjang jalan Bian hanya merenung. Ia memikirkan nasib sapi sapinya. Dengan luas Abram Creeks yang mencapai satu koma delapan juta hektar dan memiliki lebih dari lima belas ribu sapi, kalau memang bisa membahayakan dan menyebar. Apalagi mengingat jumlah sapi yang begitu banyak.
Sampai akhirnya mereka tiba di Abram Creeks.
Tim dokter hewan sudah menantinya di ruang makan formal peternakan besar tersebut. Bian duduk di kepala meja yang menjadi tanda dimulainya pertemuan menjelang dini hari tersebut.
"Explain!" Bian menegaskan.
Tim dokter yang diketuai dokter hewan Oliver Smith mulai bicara.
"Kita tahu kalau demam ephemeral ini bersifat sporadik, ini hal yang tidak terprediksi. Kami sudah mengambil sampel dari beberapa arthropoda yang ditemukan di peternakan. Ada insecta atau serangga seperti kupu kupu, belalang dan kepik yang kami temukan melekat di salah satu tubuh sapi yang terkena virus. Kami juga menemukan di lokasi lain adanya arachnoidea atau laba laba dan juga pembawa virus lainnya dari jenis myriapoda atau lipan. Ada beberapa kaki seribu dan kelabang yang kami temukan di area utara peternakan," dokter Oliver memaparkan.
"Hasil penelitian di laboratorium, insecta yang kami temukan positif membawa virus penyebab Bovine Ephemeral Fever yaitu rhabdovirus yang termasuk dalam keluarga Rhabdoviridae," dokter Oliver memperlihatkan visualisasi hasil penelitiannya, "Kita bisa tahu dari bentuknya, virus ini berbentuk peluru dengan ukuran tak lebih dari seratus empat puluh nanometer, memiliki amplop, dan tonjolan pada amplopnya."
"Sesuai laporan kami sebelumnya, temuan pertama sekitar dua hari lalu. Gejala klinis bervariasi dan bahkan tidak semua sapi yang terinfeksi menunjukkan tanda klinis. Memang masa inkubasi penyakit berkisar antara dua hingga sepuluh hari dan kebanyakan sapi sapi tersebut bisa saja menunjukkan gejala dalam waktu dua puluh empat hari," ungkap Oliver lagi.
"Angka morbiditas memang biasanya tinggi dan sekarang sudah ada seratus sapi yang terinfeksi. Tetapi kita pastikan kalau semua sudah teratasi," jelasnya.
"Kami juga sudah mengendalikan dan memberantas jenis jenis arthropoda yang menyebarkan virus penyakit dengan menggunakan insektisida di sekitar daerah terjangkit. Tak hanya itu, sapi sapi sakit juga sudah kami isolasi," tambahnya.
Bian mengangguk, "Amankan sapi sapi lainnya. Saya tidak mau mendengar peningkatan jumlah sapi yang menderita demam ini. Angka mortalitas memang cenderung rendah, tapi saya tidak mau angka morbiditas juga meningkat. Dismiss.."
Semua keluar kecuali Zhian.
Ia langsung bisa membaca ekspresi Bian. Ada sesuatu yang mengganggunya.
"Ada apa bos?" Zhian menatapnya.
Bian menarik nafas panjang, "Ini semua terjadi setelah aku tidak di sini.. Weird.."
"Kamu dengar sendiri, masa inkubasi penyakit bisa jadi dari dua puluh empat hari lalu," Bian menggumam. "Aku kembali ke Jakarta sekitar dua bulan lalu.."
"Maksud bos.. Mmm.. Ada permainan?" Zhian mengerutkan keningnya.
"Smith memang bilang kalau virus ini sifatnya sporadik, tapi serangga serangga itu. Lalu lipan, kelabang, laba laba..." gumam Bian.
"Ridiculous... Never in my lifetime.. Semua arthropoda itu secara serempak mendatangi Abram Creeks? Weird Zhian. Weird..." Bian menarik nafas panjang.
"Panggil Logan. Minta dia selidiki semua secara diam diam. Top secret. Aku, kamu, dia dan timnya saja yang tahu.." Bian memberikan instruksinya.
"Baik," Zhian keluar dari ruangan untuk menjalankan perintahnya.
Bian menatap dari jendela besar di ruangan tersebut. Matahari pagi mulai terbit. Bersinar menerangi langit biru hingga membuat warna cemerlang di sekitarnya.
Secara reflek, Bian mengambil gambar langit tersebut dari jendelanya. Entah kenapa, ada dorongan yang membuatnya mengirimkan foto tersebut pada Dine.
Bian : Beautiful morning view from my window..
Tidak ada jawaban dari Dine. Tapi itu bisa dimengerti karena di Jakarta masih pukul empat dini hari.
Ia melangkah menuju kamar tidurnya. Bian berbaring tanpa melepas sepatu dan mengganti pakaiannya. Tidak ada rasa kantuk. Ia hanya diam dan mematung. Pikirannya melayang kemana mana.
Sekitar pukul tujuh waktu Australia, ponselnya berbunyi. Tangannya meraih ponsel yang ada di saku jas miliknya. Bian tersenyum saat membacanya. Si pengirim pesan adalah sosok yang ada dalam pikirannya.
Dine : Bagus sekali.
Bian : Kamu harus ke sini.
Dine : Dimana itu?
Bian : I'll tell you later.
Tiba tiba ada kiriman foto masuk ke ponselnya. Foto Dre yang sepertinya sedang tersenyum.
Dine : Beautiful morning view from my clinic
Bian : Different beauty, same happiness.
Bian : She's our cat. You should really be her mom.
Dine : Your cat, my patient.
Bian : Aku juga mau menjadi pasienmu.
Dine : You're not animal. Kamu ingat kalau aku veterinarian? Dokter hewan?
Bian : Tapi cuma kamu yang bisa mengobatiku. You should check my heart condition.
Dine : Apa yang salah dengan jantungmu?
Bian : Ada yang tidak biasa.
Dine : Kenapa?
Bian : Jantungku.. Berdebar kencang setiap mengingatmu.
Selama beberapa menit tidak ada balasan dari Dine. Bian hanya menahan senyumnya. Tak percaya dengan ketikan kata kata di ponselnya.
Abnormal! Abian, are you alright?
Sekitar sepuluh menit kemudian, Dine membalasnya.
Dine : Saranku, pergi ke dokter jantung! Sudah dulu!
Bian hanya tertawa sendiri membaca balasan Dine.
Oh so cute!
Beautiful, smart, kind, animal lover, and cute.. What a perfect woman...
Bian kemudian mengecek foto profil Dine di aplikasi pesan. Ada foto Dine yang sedang memangku seekor kucing.
Yes! Aku mendapatkan fotomu cantik. See.. I always get what I want.
***
Dine mengatupkan bibirnya dengan kuat. Ia lagi lagi membaca ulang pertukaran pesannya dengan Bian.
Sungguh ini flirting! Dan aku meresponnya. Aku meresponnya! Apa ini cheating? Apa ini yang orang orang bilang micro cheating? Aku salah tidak?
Tapi, Bian.. Sungguh lelaki itu berhasil menarik perhatianku! Aku..
AHHH!!!
Dine berselancar di dunia maya dan mencari arti micro cheating.
"Micro cheating dapat dijelaskan sebagai tindakan kecil yang dilakukan seseorang, yang mungkin tidak dianggap sebagai perselingkuhan besar-besaran, tetapi bisa terasa seperti pengkhianatan terhadap pasangannya. Menurut Psychology Today, micro cheating adalah pelanggaran kecil terhadap kepercayaan dalam suatu hubungan yang tidak melewati ambang batas perselingkuhan fisik."
"Huuffht.. Apa aku salah?" Dine melamun. "Tapi aku tidak bisa menolaknya. Bian is irresistible."
"Bagaimana ini?" Dine menggumam.
Ia kemudian menarik nafas panjang dan berjalan ke kamar mandi.
Air dingin mungkin bisa menyegarkan pikiranku!
Tiba tiba ada pesan masuk ke ponselnya.
Jangan ganggu lelaki orang!