Pagi sekali Angel bersiap untuk menjalani pemtoretan iklan. Dikarenakan pemotretannya dilakukan di luar ruangan dan ingin mengambil suasana pagi hari, Angel harus tiba di lokasi sebelum pukul tujuh pagi.
Jojo dan Asri lebih dulu menjemput Angel dan menyiapkan segala keperluan Angel di lokasi syuting saat Angel tengah mandi. Setelah dua koper untuk keperluan Angel di lokasi siap, mereka menunggu Angel dengan sabar.
“Princess, lo pengen sarapan apa. Sori gue lupa tanya pas lo di kamar mandi,” ucap Jojo yang menyiapkan baju yang akan dipakai Angel.
“Gak usah. Gue makan apel aja. Gue banyak makan kemarin dan gue rasa, timbangan gue mendadak naik deh,” ucap Angel sembari mematut diri di cermin dan memperhatikan bentuk tubuhnya dari atas ke bawah berkali-kali. Dari pandangan Jojo, tidak ada perubahan besar di tubuh Angel, masih sama seperti dua hari yang lalu. Tetapi dia tidak berani membantah Angel, dia takut berdebat dengan bosnya itu dan akan berakhir dengan mood dia yang bakalan berantakan di lokasi.
“Oh ya udah, kita berangkat sekarang,” usul Jojo setelah Angel selesai berpakaian dan berias sederhana.
Sesampainya di lokasi pemotretan, semua tim sudah bersiap hanya menunggu sang artis saja.
“Hai Angel, silahkan make up dan ganti baju dulu ya. Lalu kita mulai pemotretan,” fotografer menyapa Angel. Tampilan fotografer yang macho dengan sedikit jambang tipis memenuhi wajahnya.
“Ehm-oke,” Angel mengulum senyum saat melihat fotografer yang mengarahkannya kali ini lumayan berwajah tampan, tentu saja dia akan betah menjalani pemotretan. Dia sempat melirik ke arah Jojo. Jojo yang paham dengan isyarat Angel menaik turunkan alisnya seolah mengetahui isi hati Angel terhadap sang fotografer. Jojo juga penyuka pria berbadan macho dan tampan.
Setelah berias dan berganti pakaian, Angel kemudian mengikuti arahan fotografer untuk berpose seperti apa.
“Good.”
“Beautiful.”
“Yes like that.”
Berkali-kali ucapan kagum fotografer saat Angel sangat cantik berpose di kamera. Seolah mengerti sesuai arahannya. Tampaknya sang fotografer sangat senang dengan hasil pemotretannya bersama Angel. Kadangkala beberapa model tidak bisa mengikuti kemauan sang fotografer sehingga hasilnya kurang memuaskan.
“Oke terima kasih buat hari ini,” ucap sang fotografer puas melihat sekali lagi hasil pengambilan foto Angel. Angel juga merasa bahagia karena mendapat pujian dari semua orang di lokasi.
“Makasih ya buat hari ini,” sang fotografer mendatangi Angel yang duduk di kursinya sembari dikipas oleh Asri karena kegerahan.
“Sama-sama,” jawab Angel tersenyum.
“Oh sori, aku belum memperkenalkan diri, namaku Andi,” sang fotografer mengulurkan tangan sembari tersenyum menawan. Karena tadi terburu-buru untuk mendapatkan views pagi hari dia belum sempat memperkenalkan dirinya kepadan Angel. Jojo dan Asri kompak terpesona dengan senyuman fotografer itu.
“Angel, Vanessa Angelica,” ucap Angel membalas uluran tangan sang fotografer. Genggaman tangan yang kokoh sangat terasa saat Angel menjabat tangannya.
“Kamu rencana, makan siang di mana?” tanya Andi yang melihat jam tangannya. Walaupun jam menunjukkan pukul sebelas pagi tetapi hanya makan siang yang menjadi alasan tepat untuk mengajak Angel sekadar berbincang dan saling mengenal.
“Ehm-.”
“Beb…” belum sempat Angel menjawab, dia dikejutkan dengan kehadiran Adrian di lokasi pemotretan secara tiba-tiba.
“Hon,” Angel bangkit dan tersenyum sumringah melihat kedatangan Adrian. Sedangkan Andi hanya bisa memelas melihat pria yang terlihat dekat dengan Angel.
“Siapa?” tanya Adrian kepada Angel dan melirik Andi-sang fotografer.
“Oh dia fotograferku hari ini hon,” jawab Angel dan Adrian cukup terkejut dengan penampilan Andi. Dia menduga Andi juga seorang model. Dia sedikit merasa tersaingi.
“Hai Andi, fotografer Angel,” Andi mengulurkan tangan kepada Adrian.
“Adrian, kekasih Angel,” Adrian memperkenalkan diri sedangkan Angel berdiri di samping Adrian sembari menggamit lengannya. Andi merasa dia tidak punya kesempatan lagi untuk mendekati Angel. Jojo dan Asri terlihat saling menyenggol lengan, menertawakan Andi yang terlihat kecewa.
Saat Angel berpose, Jojo yang memegang ponsel Angel menjawab panggilan dari Adrian yang ingin mengetahui lokasi pemotretan Angel dan berniat menyusulnya. Jojo berharap keputusannya benar dan tidak mendapatkan amukan dari Angel. Melihat reaksi Angel yang bahagia melihat kedatangan Adrian, dia bisa merasa lega bahwa keputusannya benar.
Adrian masih sangat jauh berbeda kelas dengan Andi. Bagi Jojo, yang ikut merasakan sakit hati saat Angel ditipu mentah-mentah oleh Benjamin. Dia juga berharap Angel bisa menemukan pria yang tepat dan Adrian adalah pria yang layak terlepas dari masa lalunya sebagai playboy kelas kakap. Tetapi terlihat dari Adrian yang sangat posesif kepada Angel, dia yakin Adrian serius.
“Kamu nyusul aku?” tanya Angel dengan mata berbinar.
“Ini,” Adrian memberikan buket bunga kepada Angel. Adrian yang memang menyembunyikan buket bunga di belakang punggungnya sedari tadi.
“Thank you,” ucap Angel dan mencium wangi bunga mawar merah yang masih segar.
“Setelah dari sini, kamu akan ke mana?” tanya Adrian yang menggenggam tangan Angel sembari berjalan menuju mobil.
“Aku mau istirahat, aku tadi bangun terlalu pagi,” jawab Angel.
“Kita makan dulu ya, terus kamu istirahat. Apalagi kata Jojo kamu gak sarapan. Jangan gitu dong bebs. Nanti kamu sakit,” tegur Adrian dan merapikan rambut Angel yang menghalangi wajahnya.
“Aku kebanyakan makan di rumah kamu karena mama kamu nyuruh aku nambah terus. Aku takut berat badanku naik,” resah Angel.
Adrian yang mendengar penuturan Angel sontak saja memperhatikan bentuk tubuh kekasihnya itu.
“Gak ada bedanya. Badan kamu tetap aja indah seperti biasa,” puji Adrian membuat Angel sedikit mengurangi kekhawatirannya.
Seperti biasa, Angel berada satu mobil dengan Adrian sedangkan Jojo dan Asri pulang diantar oleh sopir Angel ke rumah mereka masing-masing. Angel juga menyuruh mereka singgah lebih dulu ke restoran yang mereka sukai dan mengajak sopirnya.
Angel menyetujui ajakan makan siang tetapi dengan syarat restoran yang mempunyai menu vegetarian. Adrian yang punya banyak referensi restoran, tahu kemana dia akan membawa kekasihnya itu.
Tiba di restoran yang dituju, Adrian segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Angel.
“Makasih,” ujar Angel yang sangat menyukai perlakuan romantis Adrian.
Angel memperhatikan restoran ini yang mempunyai kesan lebih sederhana tetapi sangat bagus untuk bersantai.
Setelah memilih tempat duduk, pelayan segera menghampiri mereka dan menyodorkan mereka buku menu. Angel memilih salad sayuran sedangkan Adrian memilih steak. Terus terang Adrian tidak terlalu menyukai sayuran sejak kecil.
Salah satu kelebihan dari restoran ini, pesanan mereka datang lebih cepat. Khususnya pesanan Angel yang memang lebih mudah dibuat.
“Gimana bebs?” tanya Adrian penasaran pada Angel yang lebih dulu menikmati saladnya.
“Enak-enak kok,” puji Angel.
“Ya udah. Silahkan dinikmati ya,” Adrian mengelus lembut pipi Angel.
“Adrian?” seorang wanita muda menyapa Adrian saat mereka tengah menikmati makanan. Adrian yang disapa, menatap wanita itu dan mengernyitkan alisnya, mencoba mengingat-ingat siapa sosok wanita yang menyapanya.
Angel tampak biasa saja dan makan dengan santai. Tetapi dia tetap mengawasi interaksi Adrian dan wanita itu walaupun tidak ingin terlalu kentara.
“Kamu sama siapa?” tanya wanita itu seolah tidak menganggap keberadaan Angel. Angel sudah bisa menebak wanita ini bermaksud tidak baik kepadanya.
“Gue sebesar ini masa iya gak keliatan,” lirih Angel tetapi masih terdengar oleh Adrian dan si wanita itu.
“Oh ini bareng kekasihku,” jawab Adrian. Wanita itu seolah tidak terima dengan jawaban Adrian dan berbalik menatap risih Angel. Angel tetap tidak membalas tatapan risih wanita itu dan hanya menatap makanan yang dihadapannya.
“Kamu gak kenal aku?” tanya wanita itu memastikan apakah Adrian mengingatnya. Dia pernah berpacaran dengan Adrian selama seminggu. Iya, pacaran yang singkat karena Papa Adrian menemuinya dan menawarkan uang dengan jumlah yang fantastis agar memutuskan hubungannya dengan Adrian. Padahal selama berpacaran, mereka menghabiskan banyak waktu dengan kegiatan panas di ranjang. Tetapi baginya, uang sebanyak itu tidak akan dia dapatkan lagi walaupun bekerja keras seumur hidup.
“Siapa?” tanya Adrian lagi. Wanita yang dipacarinya atau pun yang dekat dengannya lumayan banyak sehingga nama saja dia kadangkala tidak sanggup mengingatnya.
“Aku Nesty, inget gak.”
“Gak inget,” ucap Adrian santai dan Angel tertawa kecil membuat wanita yang bernama Nesty itu merasa malu karena sikap Adrian yang acuh. Angel bisa menebak dia adalah salah satu mantan atau pun gadis yang pernah dekat dengan Adrian. Angel harus siap saat wanita di masa lalu Adrian muncul. Angel yakin dialah pemenangnya karena saat ini dia adalah wanita yang dicintai oleh Adrian.
“Kamu keterlaluan,” Nesty mengangkat gelas berisi air putih milik Angel dan seakan ingin menyiramkan ke Adrian. Adrian refleks mencekal tangan Nesty. Dia tidak ingin wanita itu bertindak nekat dan mempermalukannya di tempat umum.
“Kamu jangan bertindak aneh ya,” ancam Adrian.
“Kamu gak inget, selama seminggu kita hanya berada di ranjang, menghabiskan hari saling b******u,” kali ini Nesty ingin memantik kecemburuan Angel dan membeberkan masa lalunya bersama Adrian.
“Itu masa lalu. Aku yakin itu sebanding dengan harga yang diberikan Papaku,” tebak Adrian. Dia yakin Nesty telah menerima sejumlah uang dari Papanya agar berpisah darinya.
“b******k kamu,” Nesty menggerakkan tangannya dan akhirnya air di gelas itu malah membasahi baju Angel.
Angel yang tidak terima bangkit dan menampar wajah Nesty. Nesty yang terhuyung ke belakang tidak sengaja menimpa hot plate berisikan steak pesanan Adrian.
“Ouchhhh,” Nesty meringis kesakitan dan terkesan dibuat-buat. Padahal lengannya hanya tersentuh sedikit. Adrian yang melihat mantannya itu jatuh malah menghampiri Angel dan memastikan keadaannya.
“Drama,” Angel tersenyum sinis menatap Nesty yang terduduk di lantai.
“Gue bakalan laporkan lo ke polisi,” ancam Nesty menatap marah Angel.
“Silahkan aja. Gue mau tahu seberapa besar kuasa lo,” tantang balik Angel. Nesty yang melihat kesungguhan di mata Angel merasa ragu untuk menantang Angel. Dia bisa menebak Angel bukan wanita sembarangan.
“Kamu juga akan kutuntut karena ingin menyerang kami. Apalagi Angel tadi hanya membela diri,” Adrian memeluk pinggang Angel posesif.
“Bebs, aku gak selera deh. Tapi kamu belum makan ya,” rajuk Angel manja dan bersandar di lengan Adrian sengaja memperlihatkan kemesraan mereka.
“Iya gak masalah sayang. Kita pindah restoran aja. Di sini udah gak nyaman,” Adrian mencium pucuk kepala Angel. Nesty yang merasa tidak dipedulikan merasa kesal, bangkit dengan sendirinya dan segera keluar dari restoran diiringi tatapan dari beberapa pengunjung. Untung saja, pengunjung restoran tidak terlalu ramai.
Bugh
“Auch!!!” rintih Adrian saat Angel memukul perutnya dengan tas jinjingnya ketika akan masuk ke dalam mobil.
“Kenapa bebs? Kamu cemburu?” Adrian mengelus perutnya yang tidak sakit. Satu sisi dia bersalah tetapi dia juga merasa senang jika Angel cemburu.
“Kesel aja, sama mantan kamu yang nyebelin. Mana bajuku jadi basah gini,” sungut Angel.
“Sebagai permintaan maaf aku gimana kalau kita ke mal dan aku bakalan gantiin baju kamu. Terserah kamu belanja semau kamu,” bujuk Adrian.
“Gak. Aku ngantuk. Nanti aja. Anterin aku balik ke apartemen,” tolak Angel yang hanya butuh istirahat. Adrian hanya menatap pasrah. Dia mungkin harus mencari cara agar bisa membujuk Angel. Saat ini dia menyesali masa lalunya yang terlalu banyak berganti wanita. Untung saja tadi Angel terlihat sangat elegan membalas perlakuan wanita bernama Nesty itu.