FASHION SHOW
Vanessa Angelica berjalan angkuh ditemani seorang pria gemulai bernama Jojo, manajernya dan wanita muda bernama Asri, asistennya, membawa dua koper perlengkapan, keduanya berjalan mengekori Angel. Ketiganya masuk ke dalam sebuah gedung yang akan dijadikan tempat fashion show dari Desainer Ipan Bunawan. Beberapa model terkenal tampak hadir. Keriuhan terdengar jelas di backstage yang menjadi tempat untuk berias dan berganti pakaian. Para model duduk di kursi yang telah disediakan.
Berbeda dengan Angel, ada tempat khusus untuknya. Rencananya, dia yang akan membawa mahakarya desainer tersebut, dimulai dari penampilan pembuka hingga menjadi penutup acara, mendampingi Ipan Bunawan di atas panggung. Sorot kamera dan blitz para wartawan pasti tertuju pada Angel, semua menantikan penampilan Vanessa Angelica.
“Hai An, apa kabar?” sapa wanita yang juga cantik, tengah duduk di kursi samping Angel, dia sudah berganti pakaian, bersiap menunggu giliran.
“Hm…” jawab Angel seadanya, dia hanya sibuk memastikan tampilan wajahnya di cermin saja.
Sombong dan angkuh, dua kata yang melekat pada Venus Angelica bagi teman sesama modelnya. Dia selalu merasa bahwa dirinya lebih di atas dibandingkan orang lain, memandang remeh orang lain mungkin sudah menjadi motto hidupnya.
Clarissa adalah saingan berat Angel di dunia modelling. Seterkenal apapun dia, bayang-bayang nama Angel selalu saja melekat pada dirinya. Seringkali dibanding-bandingkan, mulai dari fashion hingga jumlah brand iklan yang mereka bintangi. Hal itulah yang membuat dirinya menjadi musuh dalam selimut.
Angel tentu tahu itu. Clarissa dianggapnya adalah serigala berbulu domba. Pintar berpura-pura, sok polos, sok baik hati dan Angel membenci itu. Bagi dirinya apa salahnya memiliki orang tua yang kaya raya dan berkuasa. Bukankah itu adalah anugerah, memuluskan jalannya untuk mencapai apapun keinginannya.
Vanessa Angelica adalah putri satu-satunya, dan anak kedua dari Marcell Adiwijaya dan Diandra Notowihardjo. Papi Angel, Marcell Adiwijaya adalah seorang pengusaha pertambangan batu bara, sedangkan Mami Angel Diandra Notowihardjo, adalah seorang pengusaha perhotelan bernama NW Centrall Hotel. Kedua usaha ini membuat mereka menjadi salah satu pebisnis yang sukses dan disegani.
Tetapi, Angel memilih untuk berkarier menjadi model dan bintang iklan. Sejak kecil dia menyukai bergaya depan kamera, dia senang menjadi pusat perhatian. Orang tuanya tentu saja mendukung hal itu. Demi putri tercinta apa pun akan mereka lakukan.
“Angel are you ready?” tanya salah satu kru menghampiri.
“Yes of course.”
Angel melenggang percaya diri menuju catwalk, sebagai pembuka acara penampilannya menimbulkan decak kagum para penonton. Badannya yang proporsional, kulitnya yang putih, dengan rambut panjang kecoklatan miliknya menjadi daya tarik. Tidak ada senyuman di wajahnya, terkesan angkuh, dingin dan misterius tetapi garis wajah seperti itulah yang laris di pasaran.
Setelah giliran Angel, beberapa model bergantian masuk, menampilkan satu persatu rancangan desainer. Hingga yang ditunggu-tunggu, puncak acara sekaligus penutup dari rangkaian fashion show. Angel naik ke panggung sekali lagi. Baju panjang menjuntai indah membalut tubuhnya.
“Ipan Bunawan,” seru Angel bertepuk tangan. Sang desainer masuk, tersenyum, melambaikan tangan kepada para penonton dan undangan, menunduk berkali-kali untuk mengucapkan terima kasih.
Sebuah buket bunga diberikan oleh Angel sebagai ucapan selamat untuk salah satu desainer kebanggaannya. Rangkaian acara ditutup semarak riuh tepuk tangan penonton, hingga semua model kembali ke backstage.
“Hai beb,” Benjamin datang dengan sebuket mawar merah di tangannya, mencium sekilas pipi Angel.
“Hai,” Angel tersenyum, berbalik dan memeluk tubuh kekar Benjamin.
“You look so gorgeous today beb,” puji Benjamin. Saat menonton dari bawah kursi undangan, matanya benar-benar tertuju hanya pada Angel, dia begitu memuja Angel. Sebagai pria, dia merasa bangga bisa menjalin hubungan dengan Angel. Tidak semua pria bisa mendekati Angel bahkan tidak ada patokan pria yang menjadi kekasihnya. Semua tergantung penilaian Angel, jika dia nyaman mereka akan dekat. Jika tidak, jangan harap untuk bersamanya bahkan sekedar makan siang bersama.
“Sorry,” ucap Clarissa yang buru-buru masuk sehingga tidak sengaja menabrak punggung Benjamin.
Ada tatapan menggoda Clarissa ke arah Benjamin, dan Benjamin juga menyadari itu.
“Iya gak masalah,” jawab Benjamin tersenyum manis.
“Ya udah, kita pulang sekarang. Gue capek,” ucap Angel menggamit lengan Benjamin. Benjamin sekali lagi melirik ke arah Clarissa dari ekor matanya, tersenyum singkat dibalas kerlingan mata Clarissa.
Jojo dan Asri menggunakan mobil berbeda, lebih dulu meninggalkan Angel. Sedangkan Angel dan Benjamin berencana untuk makan malam bersama merayakan kesuksesan fashion show Angel tentunya. Sebuah tas branded keluaran terbaru sudah disiapkan Benjamin sebagai kado kejutan bagi Angel.
Bugh!
“Mata lo dimana!?” pekik Angel kesal saat pria bertubuh tinggi dan juga kekar tidak sengaja menyenggolnya.
“Iya mata lo dimana sih!?” tambah Benjamin ikut kesal.
“Kamu baik-baik aja beb?” tanya Benjamin khawatir, jelas-jelas Angel tidak terluka sedikit pun.
“Maaf saya tidak sengaja,” pria berkacamata hitam dan memakai topi itu menunduk meminta maaf.
“Tcih…apakah ini caramu untuk menarik perhatianku. Jangan harap,” ucap Angel percaya diri. Angel dan Benjamin meninggalkan pria yang menabraknya tadi. Tidak penting untuk berlama-lama dengannya, pikir Angel. Pria itu hanya menggeleng heran mendengar pengakuan Angel. Baginya wanita itu terlalu percaya diri.
***
“Apa ini beb?” tanya Angel saat Benjamin menyerahkan sebuah kotak besar kepadanya saat makan malam.
“Hadiah buat kamu. Kamu sangat cantik di catwalk tadi. Aku bahkan gak berkedip sedikit pun melihat penampilanmu tadi,” ucap Benjamin hiperbola. Tentu saja pujian Benjamin itu membuat Angel semakin besar kepala.
Keduanya menghabiskan makan malam romantis sebagai perayaan kesuksesan fashion show Angel. Berbincang mengenai banyak hal. Tidak lupa Benjamin selalu menyelipkan pujian, dia tahu Angel senang akan itu.
Tiba di apartemen milik Angel, Benjamin menyerang Angel dengan ciuman saat keduanya berada di depan pintu apartemen miik Angel.
“Sorry it’s your limit,” Angel mendorong tubuh Benjamin saat ciuman keduanya terlepas. Benjamin hanya menghela napas kasar. Benjamin selalu ingin meminta lebih tetapi Angel menolak keras keinginan Benjamin itu.
“Beb, besok aku akan berangkat ke luar negeri,” pamit Benjamin.
“Berapa lama?” tanya Angel sembari bersidekap. Dia tidak senang Benjamin pamit tiba-tiba.
“Gak tau, tergantung. Jika urusanku lebih cepat selesai tentu saja aku akan kembali segera.”
“Gak usah kembali sekalian,” rajuk Angel.
“Kamu kangen banget ya sama aku,” Benjamin tersenyum dan mengelus pipi Angel lembut.
“Biasa aja. Jika kamu lama disana jangan kaget saat kembali aku akan bersama dengan pria baru,” ancam Angel. Benjamin menggeram menahan kesal, tangannya terkepal. Dia sering kali diremehkan oleh Angel. Sekeras apa pun usahanya untuk menyenangkan Angel, sering kali tidak dianggap sama sekali oleh Angel.
“Jangan gitu dong. Aku pasti kembali,” ucap Benjamin meyakinkan Angel. Angel hanya mengangkat bahu malas.
Benjamin menunggu hingga Angel masuk ke dalam apartemennya, kemudian segera berlalu.
“Dasar perempuan tidak tahu diri,” batin Benjamin.