“Pa, apa sebaiknya kita gak menerima undangan Om Marcell?” tanya Adrian. Sejak semalam dia mendesak Papanya agar mengurungkan niatnya menemui Marcell tetapi Papanya terus saja mengabaikannya. “Kamu diam saja. Berisik kamu!” “Pa, kok gitu sih ngomong sama anak sendiri,” tegur Selma yang memang selalu membela Adrian. “Masalahnya putramu membahas hal itu aja, gak ada habisnya. Kepala Papa mendadak sakit dengerin dia ngoceh,” keluh Abimanyu dan menyesap kopi hitam pekatnya. “Ya udah kalau Papa sakit. Kita gak usah ke lapangan golf ya. Kasihan papa loh. Istirahat aja. nanti biar Adrian aja yang temuin Om Marcell,” bujuk Adrian. “Itu emang niat kamu. Ya udah, kita berangkat sekarang.” Adrian menghela napas, semua cara yang dilakukannya sia-sia. Adrian kemudian mengambil alih kemudi, sesek