“Kenapa memaksakan diri kalau tidak kuat? Apa kau suka membuatku jadi o r a n g bodoh?”
Lia menatapnya takut-takut, kedua tangannya gemetar lebih jelas di kedua sisi tubuhnya.
“Kau fobia naik helikopter, tapi sok bahagia ingin terbang dengan pilot yang tidak kau percayai kesehatan jantungnya? OTAKMU DI MANA, AMALIA RASYID?!”
Bentakan keras di akhir kalimat membuat Lia tertegun seperti o r a n g bodoh. Dengan pelan berbisik lemah, bibirnya bergerak terbuka: “Aku pikir, kau akan senang, makanya aku setuju saja dengan ide itu.”
Rahang Lee Jun Min dikatupkan kuat-kuat, mata mengeras menatap Lia di depannya.
BUK!
Lia tersentak kaget, mata terpejam.
Kepalannya dipukulkan ke dinding sekuat mungkin di sisi Lia, tampak sangat tidak senang.
“Kalau kau pingsan, siapa yang bisa menjamin ak
