Selama hampir 5 menit keduanya berpelukan dalam diam, tenggelam dalam pikiran masing, akhirnya Jena yang lebih dulu merasa tidak nyaman. Milik Zaflan di bawah sana sudah terlalu lama berdiam di dalam tubuhnya, membuatnya merasa gelisah tidak karuan setiap kali dia bergerak. “Tuan muda... tolong lepas...” bujuk Jena memelas, tidak sanggup lagi berdebat dengannya setelah mendengar syarat agar Zaflan percaya dengan surat perjanjian mereka. “Kenapa? Bukannya enak?” sindirnya dingin, dengan sengaja menggerakkan bagian bawah tubuhnya, memicu Jena hingga napasnya tercekat hingga memeluk sang pria. Kedua mata sang wanita dipejamkan kuat-kuat. Sekujur tubuhnya tercoreng merah karena malu. Sekali lagi Jena mengalami tsunami kecil di bawah sana. Sudut bibir Zaflan tertarik dingin, mendengus pen