BRUK! Jena Rahardian terjatuh akibat dorongan itu. Zaflan terhenti sejenak, menatapnya beku. Kemudian dengan kejam berkata dingin, “itu salahmu sendiri. Jangan salahkan aku.” Kalimat itu ditujukan kepada sang wanita yang terjatuh ke lantai. Jena menunduk pilu, kedua tangan mengepal di lantai. “Kalau tuan muda berani keluar dari mansion ini selangkah saja, maka tuan muda akan menerima risikonya,” ancam Jena dengan suara rendah tertahan, kepala masih tertunduk. Beberapa saat lalu, wanita ini menatap tubuh indah tuan muda arogan itu, dia melihat sebuah kalung cincin tergantung di lehernya yang jenjang. Sewaktu Amalia Rasyid mengamuk dulu, dia mendengar dan masih ingat jelas perkataan Zaflan saat itu yang hendak melamar sang pujaan hatinya. Rasa ‘nyut’ hadir kembali di hati Jena, set