Amalia Rasyid tersenyum dingin, sorot mata sangat angkuh. “Maaf, tuan Sebastian, apakah maksud kata-kata Anda itu kalau saya seharusnya menikah dengan Zaflan?” “Benar.” Sudut bibir Lia tertarik kesal. “Apakah Anda sedang ingin mempermainkan saya?” Kening Sebastian mengernyit pelan. “Anda benar. Saya memang tidak tahu apapun soal keluarga Zaflan. Pada mulanya, saya pikir semua itu tidaklah masalah sama sekali, karena yang saya butuhkan hanya Zaflan seorang. Tapi, baru-baru ini saya menyadari bahwa betapa bodohnya saya menjalin kasih bertahun-tahun dengan seorang pria yang sama sekali tidak kenal dengan keluarganya.” “Itu karena Zaflan punya alasan tersendiri,” potong Sebastian cepat, nada suaranya tegas dan serius. Suasana di ruangan itu tiba-tiba hening. Lia bukannya tidak ingin m