Hati Zaflan Matsuyama bagaikan kuali mendidih yang ditahan. Kemesraan Steven dan Jena semenjak keduanya bertemu, di depan matanya sudah seperti menusuknya dengan jarum panas. Wajah dingin pria ini melihat semua kelembutan sang dokter kepada calon istrinya dengan begitu bersemangat. Zaflan yang duduk di tepi kasur—tidak mau mengalah pindah dari tempat itu, kini harus menahan kecemburuan yang tidak mau diakuinya muncul di dalam hatinya sendiri. Mata dinginnya melihat Jena dengan amarah tertahan. Gelap dan begitu misterius. “Hahaha. Aku tahu. Tentu saja Bu Yanti akan menjadi tamu spesial kita nanti.” Steven dengan pembawaan tenang dan dewasanya tersenyum menoleh ke arah Zaflan yang dipikirnya cukup mengganggu waktu berduanya dengan Jena Rahardian. Ingin mengusirnya, tapi merasa tidak en