Keheningan Pagi

1040 Words
Pagi ini dan seperti pagi-pagi sebelumnya, Netycia melakukan apa yang biasa ibu rumah tangga lakukan menyiapkan sarapan pagi buat suami dan anaknya. Kali ini dia membuat sesuatu yang spesial, nasi goreng ijo ikan teri, kesukaan Erwin. Dia belum pernah membuatnya tapi Erwin suka makan di Cafetaria depan perumahan rumah maka wanita anggun itu mencoba membuatnya khusus buat suaminya dengan harapan Sang suami suka. Nety hobi memasak maka setiap hari selalu saja ada menu baru, kadang dia mencari menu-menu baru di medsos atau dia berkreasi dengan bahan yang ada di kulkas dan masakannya selalu membuat suaminya mengangguk- anggukan kepala, yang bagi Nety itu tanda kepuasan sebab pujian dari suami sangat langka. Suaminya beralasan bila sering memuji istri akan membuat istrinya besar kepala. Akh..begitukah? Nety tersenyum kecut, dulu dia sangat berharap pujian suaminya, sekarang ? Yah sudahlah malas berharap. Yang penting bagi Nety talenta memasaknya tersalurkan lewat sajian di meja makan dengan segala garnish dan platingnya. Oya, gadis kecilnya, si bungsu yang sebentar lagi genap 10 tahun selalu membuat hati Nety bersuka ria karena anak itu pintar mengambil hati. Monica suka dengan masakan Nety terutama bentuk garnish-nya. Sebagai ucapan terima kasih dia akan memeluk Sang mama dengan penuh cinta. Dan barangkali Erwin kali ini akan memeluk dirinya dengan penuh cinta juga. Nety memejamkan mata dan membayangkan seperti apakah rasanya ketika sedang memasak dan dipeluk suami dari belakang ? Pasti sangat romantis. Ck, kebanyakan nonton Drakor, pikirnya tapi bukankah kebanyakan istri mengharapkan kemesraan di pagi hari? Jadi tak ada salahnya kan berpikir seperti itu? Nety menghela nafas. Sudahlah, lupakan saja! Tidak perlu mengemis seperti itu..batin Nety. Nety lalu membentuk timun menjadi bentuk yang lucu buat garnish nasi goreng. " Hmm..pasti Monica suka banget.., " gumamnya. "Mama..." Suara Monica. Nety menoleh, terlihat si bungsu masih berbalut piyama berdiri di depannya. "Hai,.Monic, udah bangun nih." "Heheheh..Bau masakan mama sampai di kamar nih, lagi bikin apa, Ma?" tanya gadis kecil itu antusias. Nety menunjukan garnish buatannya, timun bentuk bebek,"Cantik ga, Nic?" "Wah! Lucu banget.." Monica mengambil timun dari tangan Nety, mengamatinya, "Ini Monic bawa ke sekolah ya, Ma.'" "Iya, minum air hangat dulu yah, abis tuh siap-siap gi..entr telat loh ke sekolah," Nety mengingatkan Monica karena dilihatnya jam sudah menunjukan pukul 6.15 Wib . Perjalanan dari kompleks perumahan Greenfield ke sekolah memakan waktu kira-kira dua puluh menit. Monica mengiyakan, dia memeluk Nety dan berkata, "Thank you ma, garnishnya." Nety mencubit pipi si bungsu,"Sama-sama...sweety Monic, " Sepeninggalan Monic, Nety membuat sereal isi buah kering kesukaan Monic dan mempersiapkan juga bekal sekolahnya. Satu lagi dia tak akan lupa menyeduh kopi racikan buat suaminya karena dia tahu sebentar lagi suaminya bangun. Dan benar saja, Erwin Handoko keluar dari kamar, sudah rapi. Nety menatap suaminya, tersenyum tipis. Erwin sangat ganteng, skala sembilan. Badannya atletis karena suka berolahraga. Biarpun rambut sudah agak memutih karena sudah jelang lima puluh tahun tapi tetap terlihat awet muda. Teman-temannya sering berkata padanya,"Kamu beruntung Net punya suami seperti Erwin, ganteng, baik hati, suami rumahan, ga suka neko-neko." "Seharusnya aku bersyukur .." katanya dalam hati. Tapi entah mengapa semakin lama Nety bingung sendiri dengan perasaannya. Nety menepis perasaan itu dan berusaha meyakini diri bahwa dirinya beruntung memiliki suami seperti Erwin dan Erwin layak dapat penghargaan suami idaman. Erwin berjalan menuju meja makan . Sekilas dia melihat istrinya juga tersenyum tipis. "Selama bertahun- tahun Nety tetap langsing. Biarpun hanya memakai baju tidur dan tanpa make up dia tetap cantik, matanya dan senyumnya selalu menggoda.." katanya dalam hati. Dia mengagumi istrinya tapi tak pernah diutarakannya. "Mas .kopinya udah siap nih...aku bikin nasi goreng kesukaan Mas, dicoba yah." Nety memulai obrolan. "Iya,makasih yah.." ucapnya tersenyum. Pria berbalut rompi jas itu menyeruput kopi sambil membaca koran. Tak lama kemudian dia mulai menyantap nasi goreng sesuap dan menggeleng kepala. Gelengan kepala itu mempunyai arti rasanya enak. "Aduuuh !"teriak Nety tiba-tiba. Erwin kaget hampir saja dia tersedak."Ada apa ?!" tanyanya sedikit kesal. "Monic...koq belum siap?? Udah jam berapa ini??" Suara Nety agak meninggi . Erwin melihat jam tangannya. Pukul 6.35 Wib "Monic...jangan lama- lama yah, sayang.." Erwin mengingatkan Monic dengan intonasi suara lebih besar. Dari dalam kamar terdengar suara,"Yah Pa ..bentar lagi." "Net..kamu mustinya ga perlu teriak- teriak begitu..cukup kamu hampiri aja ke kamarnya, suaramu kencang bisa bikin hilang mood loh." tegur Erwin. "Masa sih kencang suaranya ? Biasa aja perasaan.." Nety tak mau disalahkan. "Ya itu kan menurut kamu..." Erwin mendengus. Nada suaranya terdengar agak kesal mungkin karena kagetnya belum hilang. Nety mau protes tapi dibatalkannya karena dilihatnya Monica sudah keluar dari kamar. Sudah siap berangkat ke sekolah. Dia tak mau adu argumen dengan Erwin di depan Monic. "Hmmm..ayo sarapan yah. Mama udah siapkan bekalnya. Lain kali jangan kelamaan yah dandannya. " "Eh mama,Monica ga dandan koq. cuman pake bedak aja..kan mau cantik kayak mama.." Monica duduk di meja makan. Sambil sarapan dia berkata pada papanya,"Pa...entar malam ajarin Monic matematika yah ada ulangan nih." "Iya pasti Nic. Yo sarapan dulu jangan banyak bicara dulu yah..waktu udah mepet nih, " Erwin melirik jam tangannya kembali. Tak lama kemudian Erwin dan si bungsu Monica sudah siap berangkat sekolah. "Daaag...mama.." Monica melambaikan tangannya. Erwin berjalan menuju mobilnya bersama Monica. "Aku berangkat dulu...," pamit Erwin. "Ya..hati- hati. " Nety mengantar sampai ke pekarangan rumah. Ketika mobil mulai menjauh, di seberang rumahnya Netycia melihat pasangan muda sedang pamitan berangkat kerja juga. Sang suami mencium kening sang istri lalu pipinya dan mengecup bibir sang istri . Melihat adegan itu ada perasaan nelangsa di hati Nety. Dia rindu mendapatkan perlakuan khusus seperti itu dari suaminya. "Ah..seandainya Mas Erwin seromantis ini.." Dia bergumam sambil menutup pintu pagar. Dalam hati dia berkata,"Suamiku baik cuman dia tidak mengerti bahasa kasih yang kuinginkan darinya..." Bahasa kasih yang dimaksud adalah sentuhan kemesraan, kehangatan dan keromantisan. Seketika wajah Nety muram. Mood nya gampang berubah akhir-akhir ini. Wanita cantik ini berharap suatu hari nanti dia bisa mengawali pagi dengan canda gurau dan keromantisan bersama Erwin, bukan rutinitas. Apa yang pernah dulu pernah dilakukan semasa pacaran dan awal menikah, ingin dinikmatinya lagi. Namun, Erwin punya pendapat beda. Hal seperti ini tidak perlu dipersoalkan, dia beranggapan istrinya terlalu sensitif, suka membesarkan masalah. Asalkan segalanya tercukupi, dia kerja juga buat keluarga, apa lagi? Bagi Nety, hal-hal kecil itu bisa mempererat hubungan batin suami istri. Itulah perbedaan yang mencolok kedua insan yang sudah menikah hampir dua puluh lima tahun. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD