2

337 Words
Pov Aldrick Saat ini aku  berada didalam jet pribadiku untuk melaku-kan perjalanan ke Spanyol, ada suatu hal yang harus aku lakukan untuk beberapa hari ke depan, lebih tepatnya aku akan melakukan pekerjaan penting di sana dan jika aku berhasil melakukan pekerjaanku ini aku akan mendapatkan uang jutaan dollar. "Apa anda membutuhkan sesuatu sir?" Pramugari di depanku ini tidak tahu malu sekali, dia berkata dengan suara yang sama dengan para jalang, aku bukan pria yang menyukai wanita tapi bukan berarti aku gay, aku memiliki sebuah alasan kenapa aku tidak menyukai seorang wanita tapi aku tidak mau mengingat hal itu kembali. "Tidak," ucapku tidak ingin menanggapi pramugari penggoda ini, setelah itu aku kembali memandang layar laptopku yang menampilkan angka-angka yang pastinya tidak akan dimengerti oleh orang awam. Aku bisa melihat dari ekspresi wajahnya yang kelihatan kecewa, tapi untuk apa dia kecewa? Jika dia ingin menggoda kenapa tidak bekerja di club saja. Aku sampai di Spanyol pukul 05:00 p.m. dan langsung menuju ke hotelku atau bisa disebut hotel milikku, Devan berada di belakangku sambil memegang telefonnya, dia pasti sedang berfoto bersama pramugari di belakangku ini, dia memang suka sekali berfoto.   "Al aku akan pergi dulu, kau pergi saja ke hotel lebih dulu," kata Dev kepadaku sambil merangkul pramugari yang sempat menggodaku tadi, hanya satu kata yang ada didalam pikiranku, "menjijikkan." Saat sampai ke hotel aku langsung mandi untuk menyegarkan tubuhku. Malamnya aku pergi mengendarai mobilku. Aku memilih pergi ke pantai dan saat aku berjalan menikmati semilir angin laut yang menyegarkan aku merasakan ada benturan yang menghantam d**a kiriku dan ternyata ada yang menabrakku. Dia adalah seorang perempuan yang berpakaian lusuh dan jangan lupa dengan baunya yang amis. "Aww," gadis itu berucap sambil mengelus kepalanya. Aku tidak berniat membantunya, untu apa aku membantu makhluk paling menjijikkan di muka bumi ini. Lagi pula dia yang bersalah telah menabrakku. Gadis itu bangun dan berkata dengan sangat pelan tetapi aku tetap mendengarnya, "Maaf." Aku tidak menjawab ucapannya dan hanya menatapnya dengan ekspresi datarku. Dia terlihat ketakutan dengan tatapanku. Aku tidak menggubrisnya dan berjalan melewati-nya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD