Bab 13: Kenyataan Lain

1020 Words
Andrew masih menatap ke arah Hena dan Marina secara bergantian, kedua wanita itu saling berpandangan dan diam satu sama lain. Marina yang tampak takut dan segan seperti biasanya dan Hena yang menatapnya dengan tatapan intimidasi. "Madu apa, Mami?" tanya Andrew pada Hena. "Kapan kamu mau ngomong sama Andrew, Marina?" tanya Hena pada Marina, alih-alih ia menjawab pertanyaan dari Andrew tersebut, Hena malah melontarkan pertanyaan ke Marina. Andrew nampak sangat kesal dengan apa yang baru saja disampaikan oleh Hena. Ia menoleh ke istrinya dan meminta jawaban kepada istrinya yang diam itu. Tapi yang ada, sang istri hanya menatapnya datar. "Ada apa, sayang?" tanya Andrew seraya mendekatkan dirinya ke arah Marina yang berdiri tak jauh darinya. Marina dilema. Ia tahu betul bahwa saat ini Andrew bingung dan menuntut penjelasan ke arahnya. Marina tak tahu harus berkata apa. Ia belum mempersiapkan alasan yang tepat. Ia menatap Andrew dan Hena bergantian, detik berikutnya ia tersenyum kecil ke arah Andrew dan juga Hena. "Mami minta kita untuk program bayi tabung segera. Mami gak mau melihat kamu nikah lagi, apalagi sekarang nikah lagi dengan alasan belum punya anak kan lagi trend," kata Marina dengan senyum cantik di wajahnya. Andrew tersenyum senang mendengarnya, tapi tidak dengan Hena yang kaget dan menatapnya sangat tajam. Hena ingin buka suara tapi tiba-tiba suara John terdengar mendekati rumah Andrew, ia memutuskan menahan diri sementara waktu. "Hena, kamu baik-baik saja?" tanya John di depan Hena yang menatapnya dengan sedikit anggukan kepala. "Mami gak papa?" Lucas bertanya kepada Hena dengan raut wajah cemas. Hena mengangguk lembut dan tersenyum penuh cinta kepada putranya tersebut. "Mami baik-baik saja, nak," jawab Hena yang membuat Lucas mengangguk ke arahnya. "Bubur mami sudah siap, yuk kita makan," ajak Andrew kepada yang lainnya dan mereka semua mengangguk ke arah Andrew. Karena ada Lucas yang juga ikut hadir makan malam di rumah Andrew, Hena tak menyinggung sama sekali soal rencana pernikahan Andrew dengan perempuan lain yang dulunya adalah mantan Andrew. Hena bisa melihat kalau Lucas punya perhatian besar kepada Andrew dan Marina. Bahkan, Lucas pernah berencana membawa pasangan itu untuk program bayi tabung di Thailand. Rencana itu seharusnya lancar jaya, tapi Andrew yang banyak pekerjaan itu terpaksa harus menunda program tersebut dan Marina setuju menunggu dengan alasan usia pernikahan mereka belum menginjak lima tahun. Perbincangan di meja makan itu lebih condong ke arah pekerjaan dan kuliah Lucas di luar negeri, sesekali John mengajak Marina berbicara soal galerinya yang semakin laris saja dan banyaknya pelukis terkenal yang mengisi lukisan di galeri Marina. Tentu hal tersebut membuat Marina tersenyum bangga, ia senang jika ia dianggap berguna dan berarti di keluarga suaminya tersebut, terlebih ketika orang tuanya telah meninggal. Makan malam itu berakhir dengan Hena yang memutuskan untuk istirahat dan Lucas yang menemaninya sebentar, lalu ia tidur di kamar tamu lainnya yang ada di lantai atas. Sebelah kamar Hena. Setelah makan malam itu berakhir, Andrew mendekati Marina yang sedang membuka lemari pakaian dan memilih baju mana yang pas yang akan dikenakan oleh Andrew besok saat kerja. "Rosa sudah datang untuk bekerja," kata Andrew buka suara. Mendengar nama Rosa disebut, Marina langsung menoleh ke arah Andrew sembari menatap ke arahnya dengan senyum di wajahnya yang cantik. "Oh, ya? Bagaimana ia? Ia tak membuatmu sebal, bukan?" tanya Marina menebak. Andrew tersenyum sumbang, ia pun dengan segera menggeleng ke arahnya. "Sedikit," jawab Andrew. Marina tertawa kemudian sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Andrew mendekati istrinya tersebut lalu memeluknya dari belakang, "aku mencintaimu," katanya dengan lembut yang membuat hati Marina berdebar-debar sekaligus berbunga-bunga tak karuan. "Aku juga," jawab Marina dengan perasaan yang campur aduk. Entahlah. Banyak hal yang Marina pikirkan sekarang ini, termasuk bagaimana caranya agar ia bisa menyampaikan maksud maminya yang meminta Andrew berbagi suami. "Kapan kita akan bertemu dengan dokter Aina untuk melakukan prosesi bayi tabung?" tanya Andrew. Mendengar itu Marina memutar tubuhnya dan ia menatap Andrew baik-baik. "Bagaimana kalau kita menunggu sampai tender yang kau inginkan menang?" tanya Marina pada Andrew. Entah mengapa firasat Marina tak nyaman jika ia harus melakukan program bayi tabung dengan dokter Aina, "aku ingin kita coba menggunakan cara bayi tabung di luar negeri saja seperti yang pernah disarankan oleh Lucas," kata Marina yang membuat Andrew mengangguk ke arahnya. "Aku bahagia bertemu denganmu lagi, "kata Andrew, "kapan kita wisata di lampu merah tempat pertama kali kita bertemu dulu?" Deg Marina selalu tak senang jika Andrew membahas soal ini. Ia merasa berdosa telah membohongi Andrew selama ini. Tapi, Marina buru-buru menggelengkan kepalanya, ia mengusir rasa bersalahnya dan menganggap apa yang terjadi diantara dirinya dan Andrew adalah bagian dari takdir. Hanya saja hatinya selalu tak nyaman seperti sekarang ini. "Jika ingat apa yang pernah aku katakan padamu waktu itu, aku selalu merasa bersalah," kata Andrew lagi, "seharusnya aku tak menyebut dirimu pecundang, kamu waktu itu hanya hilang arah dan mungkin berpikir mati adalah cara yang baik," kata Andrew. Marina memejamkan matanya, ingin sekali ia berucap bahwa dia bukanlah wanita yang dimaksud oleh Andrew itu. Ia bahkan tak pernah berpikiran akan bunuh diri. Hal yang paling dibenci oleh Tuhan itu. "Aku sudah melupakan kejadian itu," kata Marina berbohong. "Maafkan aku mengingatkanmu lagi," kata Andrew. "Tak apa, bukankah kamu suka mengenangnya?" tanya Marina dengan hati yang pedih. "Aku bahkan seperti orang gila, kembali ke tempat itu berkali-kali hanya ingin bertemu denganmu." Andrew tersenyum kala ia ingat bagaimana dirinya dulu yang tergila-gila pada gadis yang ia temui di lampu merah. Pada gadis yang hampir menabrakkan dirinya di jalan raya, lalu ia mencoba menyelamatkannya. "Apa yang membuatmu tertarik padaku?" tanya Marina dengan getir. Seharusnya ia tak bertanya soal itu, baginya hal itu terdengar lucu sekali di telinganya. "Apa, ya? Waktu itu tatapanmu yang terluka itu membuatku ingin menyembuhkannya," kata Andrew. Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Abdrew tersebut membuat hati Marina semakin terasa pedih dan terluka. Ia tak tahu bahwa mencintai ternyata sesakit seperti ini. Suatu saat ketika ia telah siap, Marina akan mengatakan hal yang sebenarnya kepada suaminya itu, "hei, kenapa kamu sedih, sayang?" tanya Andrew yang membuat Marina meneteskan air matanya dengan pilu. "Aku hanya terlalu bahagia, kamu adalah orang yang membuatku sangat berharga," kata Marina. Andrew mengecup pelan-pelan puncak kepala Marina dan kembali memeluk wanita itu dengan begitu erat, seolah tak ingin berpisah dengannya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD