Bab 14: Reinternir

1062 Words
"Ayam, lele, mujair, bandeng ...." Anda menatap Rosa dengan heran ketika gadis itu pulang kerja membawa bahan belanjaan yang sangat banyak dan langsung mengeksekusinya sebagian kecil, "kamu mau buka buka warteg?" tanya Anda yang membuat Rosa tertawa. "Makanan ini semua kita makan buat makan malam," kata Rosa berbisik yang membuat bibinya semakin heran saja. "Sek sek, Sa, kamu mau acara syukuran karena dapat kerja?" tanya Anda lagi dengan raut bingung. "Ya nggak lah, Bi, orang masing-masing lauknya itu Rosa cuma goreng dua aja," kata Rosa pada Anda. "Lah terus kita makan malam sama semua lauk ini?" Rosa mengangguk, "mana muat perut ini Rosa!" seru bibinya dengan raut wajah bingung dan tak mengerti sama sekali kenapa Rosa bisa masak semua ikan beragam macam seperti ini. "Muat! Selama ini kita telah puasa makan makanan enak, loh, bi!" kata Rosa lagi. Anda diam. Ia mencoba menghitung berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk berbelanja makanan sebanyak ini. Setelah menghitung kira-kira berapa uang yang dikeluarkan untuk membeli semua makanan tersebut, bibi berpindah ke arah kulkas lalu membuka kulkas yang ada di sana. Ia kaget, kulkasnya penuh sayur mayur, ikan, telur, dan jajanan. "Kamu cash bon dan nanti kalau gaji bakalan dibayar gitu?" tanya Anda lagi. "Nggak," jawab Rosa singkat seraya melanjutkan aktivitasnya mengupas bawang untuk dijadikan sambal bawang. "Terus? Ngutang?" tanya Anda lagi. Anda nampak sekali kalau ia tak puas dengan jawaban Rosa. "Lah apa bedanya cash bon sama ngutang, bi?" tanya Rosa heran. "Yah beda lah. Kalau cashbon itu sama perusahaan, kalau ngutang sama temen kerja. Jadi yang mana?" tanya Anda. "Dua-duanya gak mungkin terjadi du hidup Rosa," jawab Rosa. "Iya juga sih, secara kamu karyawan baru." Anda bergumam sendiri. Rosa hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan bibinya tersebut. Ia sibuk menyiapkan makan malam terenak dengan bibinya, "gimana kerjaan kamu? Betah?" tanya Anda lagi. "Betah," jawab Rosa. "Bagian apa?" tanya Anda seraya menuangkan nasi di kedua piring, satu untuknya dan satu lagi untuk Rosa. "Sekretaris," jawab Rosa seraya duduk di salah satu meja makan berhadapan langsung dengan Anda. Anda mengangkat alisnya saat mendengar apa yang baru saja Rosa katakan itu kepadanya. "Sekretaris?" "Sekretarisnya siapa?" tanya Anda mulai curiga. "Sekretaris bos besar," jawab Rosa yang langsung membuat mata Anda membola saking kagetnya mendengar apa yang baru saja dituturkan oleh Rosa itu. "Beneran?" tanya Anda tak percaya. "Gaji Rosa dua digit," imbuhnya dengan sangat bangga. "Dua digit?" tanya Anda dengan ekspresi terkejut dan senang. Rosa tersenyum mengangguk ke arahnya. "Bagaimana? Luar biasa, kan, tante?" tanya Rosa yang langsung mendapatkan anggukan kepala oleh Anda. Makan malam itu terasa sangat menyenangkan sekali. Anda yang tak yakin bakalan bisa menghabiskan menu makam malam yang dimasak oleh Rosa itu malah lebih dulu dengan lahap mengambil bagian makanannya dan memakannya. Rosa tersenyum senang melihat bibinya yang sangat bersemangat tersebut. Rasa ingin menyembuhkannya lebih tinggi. Malam itu Rosa juga menceritakan kepada Anda bahwa ia diberi uang oleh Andrew sebanyak dua juta seminggu untuk memasakkannya bekal makanan. Rosa menceritakan bagaimana dengan sangat bahagia Andrew makan masakannya yang hanya tempe kukus penyet itu dan sayur bening. Anda mendengarkan dengan seksama cerita Rosa dan ikut tertawa kemudian, tak pernah Anda sangka kalau bos besar seperti Andrew akan senang dengan masakan sangat sederhana seperti itu. "Mereka sudah bosan makan steak," kata Anda dan Rosa mengangguk setuju. "Hati-hati, nanti kalian bisa saling jatuh cinta," kata Anda lagi. Rosa menggeleng dengan sangat kuat. "Dia sudah punya istri," kata Rosa "Oh, ya? Wahh gagal donk jadi istrinya pemilik pengusaha," kata Anda yang pura-pura ikutan sedih mendengar bahwa Andrew sudah punya istri. Rosa mengangguk ke arahnya dengan ekspresi pura-pura sedih. *** "Berapa yang kau butuhkan?" tanya lelaki bertubuh besar dengan rambut yang gondrong dan kumis yang lebat. "Lima puluh juta rupiah," kata Rosa. "Dengar, kuperingatkan kau untuk mencicilnya atau melunasinya sesuai waktu yang telah kita sepakati. Jika tidak kau sendiri yang menanggungnya." lelaki itu berkata sekali lagi. "Kau bisa mencariku di perusahaan tempatku bekerja jika aku tak mengembalikan uangmu." Rosa menjawab dengan tegas. "Ingat. Membengkaknya uang pinjaman itu sudah menjadi kesepakatan kita. Dua puluh persen adalah bunga yang kita sepakati, jika kau telat sehari saja untuk membayarnya, bunga akan bertambah lima persen!" katanya mengingatkan. Rosa merasa muak dan kesal sekaligus. Andai saja ia bisa melakukan pinjaman ke bank, maka ia tak perlu pergi ke lintah darat yang bunganya mencekiknya. Tapi hanya ke lintah darat saja ia bisa mendapatkan pinjaman tanpa jaminan untuk uang muka yang harus ia bayarkan ke rumah sakit. Vina, HRDnya sudah memberi tahunya jumlah gaji yang bakalan ia terima. Hanya dalam sebulan ia bisa mendapatkan dua puluh juta dan itu angka yang cukup besar untuknya. Ia berharap dengan uang itu, Bibi akan segera sembuh dan hutangnya ke renteiner akan lunas. Itu saja. Lelaki garang itu melemparkan amplop tebal coklat yang berisi uang kepadanya. Sembari mendumel dia mengancam akan membunuh Rosa atau menjualnya jika ia tak bisa melunasinya. "Jangan coba-coba kabur, bahkan aku sudah tahu mau kau kemanakan uang itu!" katanya penuh ketegasan. Tak ingin berdebat lebih jauh dengannya, Rosa segera menyambar uang itu dan berlalu pergi. Jujur saja, ia merasa sangat takut, tapi ia tak punya pilihan lain lagi. Rosa segera pergi ke rumah sakit dan ketika sampai di sana, ia menyerahkan seluruh uangnya ke kasir rumah sakit. Setelah makan malam itu, Anda kembali batuk dan ia muntah darah hebat. Rosa langsung membawa Anda ke rumah sakit dan meminta dokter mengobatinya dengan obat yang paling bagus. Rosa menyanggupi bahwa ia akan membayar seluruh biaya pengobatan kakenya. Dan hari ini ia harus melunasi biaya pengobatan pertama yang diterima oleh bibinya, jumlahnya cukup besar tapi dokter bilang, kemoterapi akan dilakukan beberapa bulan lagi, jadi Rosa punya waktu untuk melunasi biaya pengobatan yang pertama itu dalam hanya dalam tiga waktu bulan bekerja saja. Setelah melakukan p********n dan mendapatkan kwitansi p********n, Rosa mengunjugi bibinya yang dirawat. "Bagaimana keadaan bibi?" tanya Rosa ramah. "Kamu gak kerja?" tanya Anda pada Rosa. "Bentar lagi, perusahaan dari sini cukup dekat, tinggal naik ojek dua menit saja langsung sampai," kata Rosa. "Ya sudah sana pergi, bibi gak mau kamu terlambat kerja," kata Anda pada Rosa yang mengangguk ke arahnya. Rosa pamit kerja dan ia keluar kamar bibinya. Saat berjalan di lorong dan berhenti di depan lift, seseorang muncul dari balik tembok. Rosa menoleh dan kaget melihat Marina ada di sebelahnya. "Bibi kamu sakit apa?" tanya Marina lemas. Rosa diam, ia kaget melihat kehadiran Marina di rumah sakit tersebut dengan wajah yang sedih. Entah apa yang terjadi dengan Marina itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD