Kemarahan Sang Kakak

1088 Words
“ Kamu jangan pesimis begitu Amira, abang yakin kalau masih banyak laki – laki yang akan tergila – gila sama kamu setelah kamu berubah nanti menjadi Amira yang dulu. Bahkan Suamimu pun sudah pasti akan menyesal telah membuangmu, dan mencba untuk kembali mengajak kamu rujuk.” Surya mencoba memberikan semangat pada Adiknya yang terlihat sudah menyerah dalam menghadapi kehidupan kedepan. Amira terdiam, Sambil tangannya melingak di lengan sang kakak. Sudah lama memang Amira tidak pernah bergelayut manja pada kakaknya yang sejak kecil selalu membela dan melindunginya dari apapun. Surya begitu menyayangi adiknya itu, sehingga sangatlah wajar kalau saat ini Surnya sebenarnya tengah menahan amarah pada sosok seorang Evan, namun Surya masih mencoba bersikap tenang, karena ingin menunggu keputusan papahnya dulu. Mobil yang ditumpangi Amira dan Surya pun mulai memasuki sebuah halaman rumah besar, dan saking besarnya halaman rumah depan pun terlihat begitu luas. Banyak tanaman yang menghiasi taman halaman rumah yang dimiliki oleh Muhtar Candra Winata. Jantung Amira berdekup kencang membayangkan pertemuannya dengan kedua orang yang paling berjasa dalam kehadirannya didunia ini, walau pun sebenarnya masih ada keraguan, apakah ayahnya masih mau menerima Amira sebagi putrinya lagi, atau malah akan mengusirnya dan tetap tidak mau mengakui Amira sebagai anak. Mobil pun berhenti, beberapa orang berpakaian hitam langsung menghapiri dan membukakan pintu mobil, mempersilahkan Surya dan Amira untuk turun. “ Kita sudah sampai,” ucap Surya sambil menoleh kearah Amira yang terlihat begitu tegang untuk menghadapai pertemuan dengan kedua orang tuanya. “ Gak usah takut, percaya sama abang, papah sama mamah sudah tidak marah lagi sama kamu, bahkan mereka akan merasa Bahagia saat melihat kamu kembali pulang. Sekerang kita turun, papah sama mamah pasti sudah menunggu kita diruang keluarga, karena abang sudah mengirim pesan dan memberitahu mereka kalau kamu akan pulang.” Amira menarik nafas dalam – dalam, lalu membuangnya secara perlahan untuk mengurangi rasa gugupnya saat akan menghadapi kedua orang tuanya yang sudah lima tahun ditinggalkan. Surya sudah terlebih dahulu turun dari mobil sambil menggendong Kirana, sementara Amira mengikutinya. Mereka langsung berjalan menuju pintu rumah, dan sepanjang jalan tampak puluhan orang berpakaian safari hitam pun berjejer memagari jalan yang akan dilewati Surya dan Amira tak lupa membungkuk saat keduanya melewati mereka. Surya dan Amira masuk melalui pintu rumah yang sudah terbuka, dan langsung disambut beberapa pelayan yang dengan sigap menyediakan sandal untuk dipakai Surya dan Amira didalam rumah. sementar di ruang keluarga, terlihat dengan jelas dua orang paruh baya tengah berdiri, tatapanya tertuju pada Amira yang berjalan dibelakang Surya. Surya menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Amira yang juga menghentikan langkahnya belum berani menghampiri dua orang yang saat ini tengah berdiri memandangnya dengan tatapan tajam, terutama Muhtar yang berdiri tegap dengan kedua tangannya dimasukan kedalam kantong celana memperlihatkan wibawa yang sangat besar dari seorang Muhtar Candra Winata. Amira menundukan wajahnya, tak sanggup kalau harus terus bertatapan dengan kedua orang yang pernah disakiti perasaanya itu lima tahun lalu. “ Amira!” Terdengar suara dari Soraya yang seketika hendak memburu putri kesayangannya itu, namun langkahnya tertahan oleh Muhtar yang sengaja mencekal tangan Soraya hingga membuat Soraya pun mengurungkan niatnya. ‘ Ya Allah, apakah papah masih marah padaku? Hingga ia sama sekali tidak mengijinkan mamah untuk menghampiriku?” bisiknya dalam hati sambil airmata sudah mulai membasahi wajahnya. “ Temuilah mereka, Amira. karena tidak seharusnya orang tua yang datang menemui anaknya, tapi sang anaklah yang harus datang menemuinya,” tutur Surya menyadarkan Amira. ‘ Memang benar, dalam hal ini aku yang salah, aku yang pergi meninggalkan mereka, jadi sudah sewajarnya aku yang datang bersimpuh dikaki mamah sama papah untuk memohon ampunan atas semua kesalahan dan dosa yang pernah aku perbuat’ kembali batin Amira berbisik. Amira pun langsung berlali kecil menghampiri Soraya yang berdiri sisamping Muhtar, Amira langsung bersimpuh dikaki Soraya. “ Mah…” Hanya itu kata yang mampu Amira katakan dan selebihnya Amira hanya bisa menangis sesegukan menyesali semua perbuatan yang sudah dilakukannya lima tahun lalu, hingga membuat hati kedua orang Tuanya terluka. “ Bangunlah, nak, mamah sudah memaafkan kamu,” tutur Soraya sambil mencoba menarik kedua Pundak Amira, namun Amira malah mempererat pelukannya dikaki Soraya sambil terus menangis. Amira sama sekali tidak berani memantap wajah sang mamah. “ Amira banyak salah sama mamah, Amira anak yang tidak mau mendengar apa perkataan orang tua,” ucap Amira sambil terisak memeluk kaki Soraya. “ Tidak Amira, kamu tetap anak mamah, anak kesayangan mamah.” Karena Amira yang tidak mau berdiri, akhirnya Soraya pun terduduk dan memeluk putrinya, hingga tangis keduanya pun pecah seketika. Sedangkan Muhtar terlihat sama sekali tidak terpengaruh oleh kedua anak dan ibu yang menangis Bahagia atas pertemuannya itu. Setelah merasa puas meluapkan kerinduan pada Soraya, Amira pun beralih dan hendak meraih tangan Muhtar untuk meminta maaf. Tidak ada reaksi apapun dari Muhtar saat Amira mencium punggung tangannya. Sepertinya Muhtar masih belum bisa menerima kehadiran putrinya kembali. “ Maafin Amira, pah, Amira sangat bersalah sama papah,” ucap Amira sambil mendongak melihat wajah Muhtar yang tidak bereaksi sedikit pun, sikapnya tetap datar saat menatap Amira. “ Surya, berikan anak itu sama papah,” ucap Muhtar. Surya pun segera menyerahkan Kirana kepangkuan Muhtar yang langsung dibawa Muhtar duduk. Amira awalnya merasa cepas karena Muhtar meminta Kirana pada Kakaknya, namun setelah melihat begitu sayangnya Muhtar pada Kirana yang saat ini tengah menciumi gadis kecil itu, hati Amira pun terasa lega. “ Jadi, apa yang sudah dilakukan laki – laki itu sama kamu?” Amira menunduk saat melihat Muhtar mulai angkat bicara dan menatapnya, sementara Kirana kini seudah berada dalam pangkuan Soraya. “ Aku sudah cerai dengan mas Evan, pah,” jawab Amira sambil tetap menunduk. “ Papah sudah tahu tentang itu, yang ingin papah tahu sekarang, apa yang sudah dilakukan mantan suamimu itu sama kamu dan Kirana?” ucap Muhtar kembali, kali ini nadanya begitu tegas. Tidak ada pilihan lain bagi Amira selain dari menceritakan semua yang dialaminya selama menjadi istri dari Evan. Amira menceritakan kalau awal pernikahan mereka begitu Bahagia, hingga Akhirnya Sikap Evan pun berubah saat Amira melahirkan Kirana. Amira mengatakan semuanya pada Muhtar bahkan apa yang dilakukan Evan terhadap Kirana yang sama sekali tidak pernah mau mengakui kalau Kirana adalah anaknya, termasuk tidakan Marisa yang semena – mena menindasnya saat Amira mencoba bertahan untuk menyelamatkan pernikahannya, sebelum Akhirnya Amira pun memilih untuk mundur. Amira juga menceritakan kalau semua baju – baju Amira dan Kirana pun diambil oleh Rohana, bahkan boneka kesayangan Kirana pun direbutnya hingga membuat Kirana jatuh tersengukur. “ Amira minta maaf sama papah dan mamah, karena Amira tidak mendengarkan apa yang papah katakan waktu itu,” ucap Amira mengakhiri ceritanya. “ Sialan!!! Beraninya mereka melakukan ini pada adikku!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD