“ Sialan!!! Beraninya mereka melakukan ini pada adikku!”
Surya terpancing emosinya saat mendengar cerita dari Amira yang sebenarnya, karena memang tadi belum sepenuhnya Amira menceritakan semua itu. Kemarahannya terlihat begitu memuncak mendengar kalau Amira mendapatkan perlakuan buruk dari Evan dan Rohana.
“ Kamu yang tenang, Surya tidak perlu terbawa emosi seperti itu. Lagi pula, mereka memang tidak pernah tahu siapa Amira sebenarnya. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah mempersiapkan pembalasan buat mereka semua,” ucap Muhtar mencoba menenangkan Surya.
“ Bagaimana bisa tenang, pah, mereka sudah berani menyakiti perasaan adikku seperti ini, mereka pikir siapa sebenarnya mereka, beraninya bermain – main dengan keluarga Winata. Lihat saja, aku akan memutuskan Kerjasama dengan perusahaan keluarga Andika.” Kedua tangan Surya tekepal, emosinya semakin memuncak dan hampir tidak bisa dikendalikan setelah mengetahui kekejaman yang dilakukan oleh Evan, Rohana dan juga Marisa.
“ Memutuskan Kerjasama dengan keluarga Andika?” Amira terkejut mendengar perkataan Surya yang begitu jelas kalau perusahaan milik Wisnu Andika ternyata bekerjasama dengan Niskala Conporation dan mengelola aset – aset milik Niskala yang memang sangat besar.
Niskala adalah persuahaan besar yang memiliki aset triliunan rupiah, dan banyak aset milik Niskala yang dikerjasamakan pengelolaannya dengan perussahaan lain dan salah satunya adalah perusahaan Cakra Buana milik Wisnu Andika.
‘ Pantas saja waktu itu Amira menjanjikan akan memberi pekerjaan bagus bagi Evan di Niskala Conporation kalau sudah resmi bercerai denganku, ternyata ini alasannya. Amira merasa kedekatan Wisnu dengan keluarga Winata jadi senjata untuk bisa memasukan mantan suamiku bekerja di Niskala dengan jabatan yang bagus,’ batin Amira.
“ Benar apa yang dikatakan oleh papah, bang, jangan terlalu terburu – buru untuk menjatuhkan hukuman pada mereka, sebaiknya ikuti rencanaku, karena aku punya rencana bagus untuk membalas sakit hatiku pada mereka,"
Amira mencoba menengahi masalah itu, agar Surya tidak terlalu terburu – buru untuk menghukum mantan suaminya dan juga keluarga Wisnu Andika. Amira pun lalu menceritakan rencananya pada Muhtar dan juga Surya, dan keduanya mendengarkan secara seksama rencana Amira.
“ Sepertinya menarik ide kamu itu, papah setuju dengan rencana kamu, dan papah sangat yakin suamimu akan terkejut sata mengetahuinya nanti,” jawab Muhtar
“ Papah sudah memaafkan aku?” tanya Amira ingin memastikan kalau papahnya benar – benar sudah tidak marah lagi padanya.
Mendengar pertanyaan putrinya, Muhtar pun membuka kedua tangannya mempersilahkan Amira untuk memeluknya. Dan tanpa menunggu lagi, Amira yang saat ini duduk disamping papahnya pun langsung menghamburkan tubuhnya dan menangis didada sang papah.
“ Berhentilah menangis. Tidak pantas untuk ditangisi. Kamu sudah berada kembali lagi disini, maka sudah waktunya kamu menunjukan siapa kamu sebenarnya kepada semua orang yang sudah menghina dan merendahkanmu,” ucap Muhtar sambil mengelus rambut Amira dengan lembut.
“ Amira tidak menangisi mereka, tapi Amira menangis karena Bahagia papah sudah memaafkan Amira,” jawab Amira sambil menenggelamkan wajahnya kedalam pelukan papahnya.
“ Kamu anak papah, tentu saja papah sudah memaafkan kamu sejak lama. Justru papah menunggu kamu kembali lagi kerumah ini, dan ternyata Tuhan mengabulkan doa papah, akhirnya kamu kembali kepangkuan papah.” Tangis Amira pun semakin menjadi mendengar penuturan Muhtar yang begitu menyentuh hatinya.
Setelah cukup puas melepas kerinduan, Amira pun melepaskan pelukannya dari sang papah. Dan kembali melanjutkan obrolan dengan keluarganya.
“ Jadi, kamu sudah yakin dengan rencanamu itu? karena kalau menurut abang sebaiknya kita gunakan kekuatan nama keluarga Winata, dalam dua hari kakak jamin keluarga Wisnu Andika akan gulung tikar,” tanya Surya yang sepertinya kurang setuju dengan rencana Amira. Surya lebih berambisi untuk menghancurkan keluarga Andika dengan menggunakan kekuatan Niskala.
“ Aku tahu Abang sangat marah sama mereka. Tapi bang, dalam hal ini aku yang disakiti oleh mereka, aku yang dihina dan direndahkan bukan keluargaku. Intinya, membalas perlakuan mereka adalah tanggung jawabku, abang dan semua hanya mendukungku saja dari belakang.” Sorot mata Amira terlihat begitu yakin dengan tujuannya menghancurkan mantan suaminya dan juga keluarga yang sudah menghancurkan pernikahaanya.
“ Dan satu hal yang perlu semua tahu, kalau aku hanya akan puas saat melihat mereka hancur oleh tanganku sendiri sesuai dengan ucapanku sebelum pergi, kalau aku akan memastikan mereka akan datang menemuiku untuk meminta maaf dan mengakui Kirana sebagai anak, tapi semua itu sudah terlambat, karena aku tidak akan pernah memaafkan kesalahan mereka, terutama pada Kirana.”
Semuanya terdiam mendengar penuturan Amira seperti itu. Bahkan Soraya tidak menyangka, kalau putrinya yang dulu terkenal lembut itu pun berubah menjadi seorang pedendam akibat hancurnya perasaan oleh perbuatan Evan dan semua keluarganya termasuk juga Marisa. Terutama dengan apa yang dilakukan mereka terhadap Kirana.
Amira masih bisa menerima rasa sakit kalau hanya dirinya dan perasaanya yang disakiti. Tapi tidak dengan mereka yang jelas – jelas telah menyakiti hati Kirana yang mendambakan kasih sayang dan pengakuan dari Evan sebagai ayahnya, dan juga Rohana sebagai neneknya, namun semua itu tidak didapat oleh Kirana sampai saat ini, dan alasan itulah kenapa Amira begitu marah sehingga ingin menghancurkan mereka semua.
“ Baiklah…lakukan apa yang perlu kamu lakukan. Kami akan mendukung semuanya,” jawab Surya yang akhirnya setuju dengan keinginan sang adik.
“ Ya sudah, sebaiknya sekarang kamu ikut mamah,” ajak Soraya.
“ Kemana?” tanya Amira penasaran.
“ Ke Mall, Kirana kan tidak ada baju ganti, kalau kamu memang masih banyak dilemari. Sekalian mamah mau beliin boneka buat Kirana kasihan dia ngelamun terus, mungkin teringat sama boneka kesayangannya,” jawab Soraya.
“ Sekalian perawatan tubuh, hilangkan bau – bau babu itu,” ledek Surya sambil terkekeh.
“ Abangggg…” Amira melempar bantal kearah kakaknya, sehingga keduanya pun terlibat perang bantal. Dan setelah itu keduanya tertawa.
Muhtar hanya tersenyum melihat kelakuan kedua anaknya itu. Raut wajahnya terlihat begitu Bahagia karena keluarganya kembali lengkap, bahkan kini sudah tambah satu, yaitu seorang gadis kecil yang lucu yang akan membawa keceriaan dalam rumah mereka mulai hari ini dan kedepannya.
Setelah Lelah, keduany pun kembali duduk. Amira berjalan menuju kamarnya, sedangkan Kirana sudah sejak tadi dibawa Soraya kekamarnya untuk mandi.
Amira berjalan menaiki undakan anak tangga yang menghubungkan lantai dasar dan lantai satu dimana kamarnya berada. Amira berdiri sejenak didepan pintu kamar yang tertutup rapat, perlahan tangannya mengulur hendak meraih hendle pintu dan memutarnya secara pelan, lalu mendorongnya hingga pintu kamar pun terbuka.
Amira tersenyum sambil memutar pandangannya menelusuri seluruh ruangan kamarnya yang tampak tidak ada yang berubah, semenjak ditinggalkannya lima tahun lalu. Amira berjalan menghampiri lemari besar, lalu membuka pintunya, dan Nampak deretan pakaian miliknya yang harganya bisa mencapai puluhan juta itu pun masih tampak tersusun rapih.
Amira meraih satu gaun kesayangannya, lalu meletakannya diatas tempat tidur setelah mencocokannya didepan cermin. Setelah itu, Amira pun melangkah menuju kamar mandi, dan tak lama kemudian terdengar kucuran air yang keluar dari shower pun, sepertinya Amira tengah membersihkan badannya saat ini.