Sudah sekitar setengah jam berjalan. Sabiya masih diam di posisinya. Duduk bersandar di kepala ranjang sembari menatap layar ponselnya yang menyala. Menampilkan satu nama yang tidak berubah sejak tadi, Romeo. Helaan napas untuk kesekian kali. Sabiya sudah berkali-kali hendak memencet tombol panggil untuk nama yang tertera, tapi kembali mengurungkan niat. Ragu dan memang tidak biasanya. Romeo yang selalu mengganggu hidup Sabiya selama ini. Jika Sabiya tidak merespon pesannya, lelaki itu akan mengiriminya puluhan pesan dan panggilan sampai Sabiya merespon. Tapi kali ini tidak demikian. Sejak pulang bekerja sampai saat ini pukul delapan malam, Romeo belum sekalipun mengirimkan pesan atau panggilan. Bahkan Sabiya sudah berkali-kali mengecek dengan hasil yang sama, Romeo tidak juga menghubun