BAB 4

1213 Words
Acara pertunangan berjalan sesuai rencana. Tunangan Berta ternyata bernama Diky. Semua orang menyaksikan ibunya Diky menyelipkan cincin di tangan Berta. Terlihat jelas wajah bahagia Berta dan Diky. Berta memamerkan cincin itu di hadapan kamera, bertanda ia sudah di lamar oleh Diky. Acara pertunangan ini memang berlangsung sederhana di hadiri keluarga saja. Acara selanjutnya yaitu makan-makan, Rene memilih duduk di dapur sambil menikmati nasi dan lauk rendang di atas meja. Lagian kalau di luar rame, ada keluarga Diky, jadi ia memilih duduk di sini, ditemani bi Inem, "Makan yang banyak neng Rene," ucap bi Inem, menyediakan semangkuk soto yang bergumul asap. "Iya bi, siapa yang masak bi, rendangnya enak banget," ucap Rene, ia makan dengan tanang. "Bibi sama ibu neng," "Bibi enggak makan juga?" Tanya Rene, menatap bi Inem. "Bibi gampang neng, tadi sore udah makan sama ibu," ucap bi Inem. Bi Inem melirik Rene, "Neng kapan nyusul neng Berta," "Do'a kan aja bi, semoga cepet dapat jodohnya," ucap Rene. Setahu Rene, bi Inem bekerja sudah cukup lama di sini, semenjak Berta sekolah menengah pertama. Bi Inem sudah dianggap keluarga sendiri, bahkan Berta menyayangi bi Inem, setiap bulan pasti ada aja ia, membelikan sesuatu untuk asisten rumah tangganya itu pakaian, maupun product kecantikan. Rene menyesap air aqua, ia menatap laki-laki bertubuh bidang itu berjalan mendekatinya. Dia tersenyum dan Rene membalas senyuman itu. "Eh den Farhan, mau makan enggak?" Tanya bi Inem. "Boleh deh bi," ucap Farhan. "Tunggu sebentar bibi ambilin piring," ucap Bima Inem, mengambil piring di rak. "Boleh duduk di samping kamu?" Tanya Farhan, menatap Rene. Rene mengangguk, "Boleh kok," ucap Rene, mempersilahkan Farhan duduk di sampingnya. Bi Inem meletakkan piring tepat di hadapan Farhan, "Den Farhan, makasih ya kemarin, oleh oleh kaos London sama macarons nya. Den Farhan selalu aja ingat bibi kalau pulang bawain oleh oleh," ucap bi Inem. Farhan hanya bisa tersenyum, jelas saja ia ingat, karena Berta selalu mengingatkannya kalau pulang bawa oleh oleh untuk bi Inem kesayanganya. "Iya dong, aku pasti selalu ingat bibi," ucap Farhan. "Bulan lalu den Farhan, baru pulang dari India, bibi kebagian juga baju sari nya," ucap bi Inem, menyiapkan capcay udang di atas meja. "Den makannya ditemeni sama neng Rene aja ya. Neng Rene temennya neng Berta, anaknya bunda Sari. Neng Rene sering ke sini kok, cuma den Farhan aja yang belum pernah liat, maklum den Farhan kerjanya kan di London," ucap bi Inem. "Iya bi, kita udah kenalan kok," ucap Farhan, "Kirain belum kenal, mari den, bibi tinggal nyuci piring dulu," ucap bi Inem. "Iya bi," ucap Farhan melihat kepergian bi Inem. Farhan menyendok nasi, rendang dan soto ke dalam piringnya. Ia melirik Rene makan dalam diam. "Kamu ke sini sendiri," ucap Farhan, membuka topik pembicaraan. "Iya sendiri mas, soalnya tadi pagi bunda sama ayah pergi ke Lampung," ucap Rene. Rene melirik Farhan, laki-laki itu membalas pandangannya. Iris mata itu membesar, seolah menginginkannya. Rene mengalihkan pandangannya ia melanjutkan makannya. Sedangkan Farhan tersenyum penuh arti. "Katanya kamu kerja sebagai accounting," ucap Farhan. "Iya mas," ia tahu pasti Berta yang memberitahunya. "Udah lama kerjanya?" Tanya Farhan lagi. "Udah tiga tahun mas," Saling terdiam satu sama lain. Rene kembali berpikir. "Rumah mas deket dari sini?" Tanya Rene, enggak etis rasanya jika laki-laki itu terus bertanya kepadanya. "Iya, rumah mas di sebelah. Orang tua mas juga ada di depan, nemenin tante Gita," ucap Farhan, ia makan dengan tenang. "Owh gitu," "Kalau enggak salah di rumah masih ada macarons, oleh oleh mas dari London. Kamu mau enggak?," ucap Farhan, ia memasukan nasi dan daging ke dalam mulutnya. Alis Rene tarangkat, jelas aja ia suka kue manis itu, dan tidak akan pernah menolaknya, "Mau mas," "Yaudah, nanti kamu ikut mas ke rumah sebentar," "Iya mas," ucap Rene, ia kembali meneruskan makannya, begitu juga Farhan. ********* Farhan dan Rene menyudahi makannya. Mereka melangkahkan kaki menuju ruang tamu. Masih banyak orang di sana, Rene melirik Berta, yang sedang duduk bersama Diky tunangannya. Sepertinya Diky dan keluarganya akan pulang, karena acara telah selesai. Semuanya berdiri karena keluarga Diky akan pamit pulang. Tidak lupa Rene dan Farhan, bersalaman kepada keluarga Diky. Pertunangan ini berlangsung sederhana. Rene mendekati Berta, yang nampak bahagia. "Senengnya yang udah di lamar," "Seneng dong, lo udah makan?," Tanya Berta. "Udah kok, tadi makan di belakang," ucap Rene, ia melirik Farhan yang sedang menatapnya intens. Farhan sedang duduk di samping wanita separuh baya, ia yakin wanita itu adalah orang tua Farhan. Jujur ia tidak terlalu suka jika di perhatikan seperti ini. Rasanya berdebar-debar, mungkin efek grogi mau ngapain jadi serba salah. Rene hanya diam dan menatap Berta. "Di samping mas Farhan itu, mami Tuti, mami nya mas Farhan, masih cantik kan," ucap Berta memperkenalkan keluarga Farhan kepadanya. "Iya masih cantik," ucap Rene mencoba membenarkan. "Soalnya mami Tuti selalu perawatan gitu maklum lah ya sosialita, walaupun gitu baik banget tau. Yang duduk di samping papi gue itu, papinya mas Farhan. Papinya mas Farhan itu insinyur," "Owh gitu," "Iya," ucap Berta. Berta melihat maminya di tangga, melambaikan tangan, agar mendekatinya. "Ren, gue ke tempat mami dulu ya. Mami manggil gue tuh. Enggak tau ada apa. Gue ke sana dulu, cuma sebentar kok," ucap Berta, ia lalu meninggalkan Rene sendiri. "Owh, iya deh," ucap Rene menatap punggung Berta dari belakang. Rene menatap Farhan berjalan mendekatinya. "Katanya mau macarons," ucap Farhan. "Iya mas," ucap Rene. "Yaudah yuk kita ke sebelah, sebentar," ucap Farhan. Rene lalu berdiri menyeimbangi langkah Farhan. Farhan melirik Rene yang hanya diam berdiri di sampingnya. "Kenalan dulu ya, sama orang tua mas" ucap Farhan. Rene mengerutkan dahi, ia menoleh ke arah Farhan, "Eh," Farhan melangkah menuju ke arah wanita separuh baya itu. Wanita itu mengenakan kebaya berwarna kuning, dan tersenyum ke arahnya. "Siapa yang kamu bawa Han," ucap wanita separuh baya itu, lalu tersenyum ke arahnya. "Temannya Berta mi, anaknya teman tante Gita," ucap Farhan, berusaha tenang, ia melirik Rene. "Ini Rene, anaknya Sari, kamu kenal kan Sari, teman aku yang biasa ke sini," ucap tante Gita dari belakang mengenalkan Rene kepada mami Farhan. Otomatis Rene menoleh, oh Tuhan, kanapa semuanya menjadi begini. "Owh anaknya Sari, yang dulu kecilnya main sama Berta itu," ucapnya mencoba mengingat. "Iya," ucap tante Gita. "Wah, udah gadis, cantik lagi. Dulu tante lihat kamu masih kecil, main sama Berta di depan rumah. Kalian sudah makan?," tanya mami Farhan. "Sudah mi, tadi makan di dapur," ucap Farhan. "Terus kalian mau kemana?" Tanyanya, sambil tersenyum melirik Rene. "Mau ke rumah, mau ngasih macarons buat Rene," ucap Farhan. "Iya bawain aja, di kulkas masih banyak. Bunda kamu enggak datang?" Tanya mami Farhan kepada Rene. "Enggak tante, bunda tadi pagi ke Lampung, ke rumah mbak Reka. Sekalian silaturahmi ke rumah besan katanya," ucap Rene. "Jadi kamu di rumah sendiri," "Sama Frans tante, adik Rene yang paling bungsu," ucap Rene mencoba menjelaskan. "Kamu sekarang udah kerja?" "Udah tante, Rene accounting di perusahaan swasta tante," "Pasti sibuk, soalnya tante pernah kerja accounting juga dulu masih muda kayak kamu ini," ucap mami Farhan dulu selingi tawa. "Tante kok tau," "Tau dong," Farhan tersenyum melihat maminya yang begitu antusias kepada Rene. "Mami, kita ke rumah dulu ya sebentar," ucap Farhan mengakhiri percakapannya. "Owh iya, kamu sering sering main ke rumah tante. Mumpung ada Farhan pulang ke Jakarta," "Iya tante," Ternyata semua keluarga besar Berta begitu wellcome kepadanya. Semua menganggap dirinya bagian dari keluarga ini. Rene menyeimbangi langkah Farhan, mereka keluar dari pagar. ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD