BAB 3

1184 Words
Rene merapikan kwitansi kwitansi di atas meja. Ia menyelesaikan kerjaanya lebih cepat, karena ia harus pergi ke acara pertunangan Berta. Rene melirik jam melingkar di tangannya menunjukkan pukul 17.20 menit. Suara ponselnya berdering, Rene menatap layar persegi itu. "Mas Tatang Calling," Rene menyimpan kwitansi itu di laci, ia mengambil tas di lemari kabinet. Ia berjalan menuju ke arah luar. Ia menoleh ke belakang ada beberapa staff masih berada di sana. Rene menarik nafas panjang, ia masih teringat jelas di awal pertemuan dirinya dan Tatang di awali dengan ciuman yang dahsyat dan memabukkan. Rene menggeser tombol hijau pada layar dan ia letakkan ponsel itu di telinga kirinya, "Iya mas," ucap Rene. "Kamu apa kabarnya? Maaf ya, kemarin mas enggak nelfon kamu, mas ketiduran," ucap Tatang. "Baik mas, enggak apa-apa kok. Lagian Rene juga langsung tidur," ucap Rene, ia menghentikan taxi yang melintas di jalan. "Kamu lagi apa?" Tanya Tatang. "Ini lagi mau pulang mas," "Pulang sama siapa?" "Sama supir taxi, mobil Rene di pakai sama Frans udah dua hari yang lalu," Tatang mengerutkan dahi, "Siapa Frans?" "Adik Rene mas. Mas lagi apa?" Tanya Rene. "Mas lagi di kantor, biasa lah masih banyak kerjaan. Besok kamu ada acara enggak?" Tanya Tatang. "Enggak ada sih mas," "Mas mau ngajak kamu malam mingguan," ucap Tatang tenang. "Malam minggu kemana mas?" Rene menyandarkan punggungnya di kursi. "Makan malam mungkin," "Owh," ucap Rene. "Kamu mau enggak?" Tanya Tatang. "Mau kok mas," ucap Rene. "Kamu pulangnya hati-hati ya Ren," "Iya mas," ucap Rene, mematikan sambungan telfonnya. Sambil memasang wajah senyum bahagia. Ia akan malam bersama Tatang. ********** Rene menatap penampilannya, ia mengenakan dress berwarna biru navy. Inginnya sih tadi memakai kebaya, tapi mengingat ini hanya tunangan biasa jadi ia memutuskan memakai dress saja. Rene membawa kado dari bunda, untuk Berta. Rene tadi sudah menghubungi Frans jangan pulang terlalu malam, karena ia akan mengenakan mobil ke rumahnya tante Gita. Ia melirik Frans masuk ke dalam rumah, bocah kecil itu tersenyum menyerahkan kunci mobil kepadanya. "Kalau mau makan, kamu masak indomie telur aja atau kamu mau nasi bungkus," ucap Rene, memandang sang adik, ia memastikan Frans tidak kekurangan asupan makanan, karena tidak ada bunda. "Enggak deh udah kenyang, tadi di rumahnya Genta makan bakso. Mamah nya Genta baik banget mbak, kerja kelompok di suguhi bakso. Baksonya nendang, aku habis dua mangkok," ucap Frans. "Gila, makan dua mangkok lagi. Enggak malu apa makan banyak banyak di rumah orang," "Urat malu udah putus kali mbak, yang lain juga nambah," ucap Frans lalu melangkah menuju tangga. Rene lalu melangkah keluar dari area rumah. Ia melihat mobilnya ada di luar pagar. Semenit kemudian, Rene sudah meninggalkan area rumah. Rene melirik jam melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 18.45 menit. Ia memarkir mobilnya di tepi jalan, karena halaman rumah tante Gita sengaja di kosongkan. Rene menatap wajahnya sekali lagi di kaca dasbor. Memastikan make up nya masih terlihat sempurna. Rene melangkah memasuki halaman rumah bertingkat dua itu, menuju pintu utama, ruang tamu itu masih terlihat sepi. Calon tunangan laki-laki belum datang. Rene menatap tante Gita yang sedang mengatur makanan di meja. Tante Gita menyadari kehadirannya, lalu tersenyum mendekatinya. "Eh si cantik akhirnya datang juga," ucapnya, lalu memeluknya dan mencium pipi kiri Rene. "Maaf ya tante, bunda enggak datang. Bunda tadi pagi ke Lampung," ucap Rene, menatap wanita separuh baya itu mengenakan kebaya biru. "Iya enggak apa-apa kok, bunda kamu udah ngasi tau dari kemaren. Salah tante juga enggak ngasih tau jauh jauh hari. Maklum acaranya dadakkan gini sayang," ucap tante Gita. "Kamu bawa apa?" Tanya tante Gita, memandang bungkusan yang di bawa Rene. "Kata bunda untuk Berta tante, Rene enggak tau sih isinya apa," "Owh gitu, Berta ada di kamarnya, kalau kamu mau masuk, ya masuk aja. Enggak ada siapa siapa kok," ucap tante Gita. "Iya tante," "Farhan ...!," ucap tante Gita Otomatis Rene lalu menoleh ke arah laki-laki yang bernama Farhan itu. Ia ingin tahu sekeren apa abang sepupu Berta yang di omongin Berta kemarin. Ternyata benar, laki-laki bernama Farhan itu keren. Laki-laki itu bertubuh tinggi, bahunya bidang, rahangnya tegas, alisnya tebal, dia mengenakan kemeja putih dan celana jins. Laki-laki itu membalas pandangannya dan lalu tersenyum. Rene hanya bisa memandang, memilih diam di samping tante Gita. "Farhan, kamu bantu tante ya, ambilin kotak aqua di dapur, taruh di sini, nanti tante yang nyusun" ucap tante Gita. "Iya tante," ucap Farhan. Farhan memandang wanita cantik di samping tante Gita. Ia tahu bahwa wanita itu adalah Rene temannya Berta. Ternyata aslinya lebih cantik dari pada di foto. Saling berpandangan satu sama lain. "Oiya, kenalin ini Rene, anaknya tante Sari temannya bunda," ucap tante Gita memperkenalkan Rene kepada Farhan. Farhan mengulurkan tangannya ke arah Rene, "Hei, saya Farhan," Rene menyambut uluran tangan Farhan, sentuhan jemari itu begitu hangat, menggenggamnya. "Rene," "Senang bisa berkenalan dengan kamu," ucapannya lagi. "Iya sama-sama," Rene lalu melepas jemarinya, ia tahu bahwa laki-laki itu memandangnya. Rene lalu menatap tante Gita, "Tante, Rene ke atas dulu ya," ucap Rene lalu meninggalkan Farhan dan tante Gita. Sementara Farhan menatap punggung Rene dari belakang. Ia tersenyum penuh arti dan lalu melangkah ke dapur, mengambil kotak aqua. ******** Rene membuka hendel pintu, ia menatap Berta duduk di kursi, sambil memandang wajahnya di cermin. Berta menyadari kehadirannya dan lalu menoleh ke arahnya. Rene menatap penampilan Berta, wanita centil itu mengenakan kebaya berwarna biru. Rambutnya di tata rapi, seperti pramugari garuda Indonesia. Berta memang tidak perlu menyewa jasa make up, karena wanita itu pada dasarnya emang senang berdandan. "Cantik banget sih lo," ucap Rene ia berjalan mendekati Berta. "Makasih," ucap Berta, sambil tersenyum menatap Rene. Rene memperlihatkan sebuah kado kepada Berta. "Ini dari bunda," ucap Rene, menyimpan kotak itu di meja. "Ya ampun, bunda lo repot repot banget sih ngasi kado segala. Padahal hanya tunangan biasa, yang di undang hanya pak RT doang," ucap Berta. "Namanya juga bunda, udah nganggap lo anak sendiri. Gue enggak tau sih isi nya apa, disuruh kasikkan aja sama lo," ucap Rene mencoba menjelaskan. "Nanti deh gue telfon bunda, selesai acara. Gue mau ucapin makasih," ucap Berta lagi. "Eh gimana penampilan gue, bagus enggak?" Tanya Berta, meminta penilaian kepada Rene. Rene memperhatikan penampilan Berta, "Bagus banget malah, pakek kebaya lo jauh lebih anggun, dari pada pakek bodycon yang dadanya rendah sama punggungnya terbuka itu," ucap Rene sambil terkekeh, karena ia dan Berta jika hangout, selalu pakek bodycon. Agar terlihat sexy, ala ala Keylie gitu. "Kan nyesuain juga Ren, enggak mungkin lah gue pakek baju seksi acara ginian," Rene menatap ke arah sudut lemari, ia melihat barang barang paketan yang sudah di susun sedemikian rupa oleh Berta dengan brand miliknya. Berta adalah reseller onlie shop, product kecantikkan. Followernya mencapai ratusan ribu dan memang sangat terpercaya. Berta memang tidak selalu suka kerja dibawah tekanan seperti dirinya. Padahal Berta lulusan sarjana ekonomi. "Jam berapa sih mulainya?" Tanya Rene. "Sebentar lagi, jam setengah delapan," "Owh gitu, yaudah gue duduk di sini aja, nemenin lo," ucap Rene. "Lo ketemu mas Farhan enggak di bawah,?," tanya Berta. "Udah kok, di kenalin sama nyokap lo," ucap Rene. "Bagus deh kalau gitu, keren kan" Tanya Berta. "Lumayan," ucap Rene mengakui bahwa Farhan emang keren. "Mas Farhan emang keren tau, gue enggak salah nyariin lo cowok," ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD