Terlalu sibuk dengan pasien yang membeludak mereka sampai lupa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan Jihan baru bisa memenuhi perintah Arumi. Kini ia berbaring di ranjang pasien di ruang kerja Arumi, melamun sambil memeluk selimut. Apesnya, entar malam akan ada pertemuan dengan seseorang tapi hujan bukannya reda malah semakin deras, sudah pasti perjalanan pulang nanti bakal merana kemacetan. Jihan telah mengubah pola pikirnya agar lebih sederhana lagi supaya kedepannya bisa bahagia tanpa neko-neko. Sayangnya, semua tidak semudah yang dibayangkan. Dalam gendongan David, Jihan merasa perhatian David terasa berbeda dari sebelumnya. Niat hati ingin move on, malah jadi kacau mengambang atas perhatian kecil itu. Apa mau laki-laki itu sebenarnya? Apa dia ingin ia disebut perebut calon tunang