Bab 9. Gadis pemaksa

1030 Words
Karin menutup bukunya menyimpan peralatan tulisnya yang ada dimeja untuk bergegas menuju perpustakaan menghampiri Altar tapi baru juga berdiri dari kursi tangan Dion mencegahnya. “Buru-buru amat neng. Tungguin napa” ucap Dion. Karin melepaskan tangan Dion darinya “Aku bukan mau ke kantin aku mau keperpustakaan” jawab Karin lalu berlari. Din mengerutkan kening “Tumben tuh anak mau keperpus biasanya juga ngerumpi soal cowok gantengnya korea” Gumam Dion sedikit heran. Karin celingukan setelah tiba diperpustakaan tapi cowok yang dicarinya tidak ada, Karin menyusuri rak buku siapa tau Altar sedang mencari buku dan benar saja cowok tinggi itu sedang berdiri di salah satu lorong dengan sebuah buku ditangannya. “Wuah lihat ini ada yang rajin banget baca buku” ucap Karin. Altar mengalihkan pandangan dari bukunya untuk melihat Karin yang entah kapan datang sudah berdiri tepat satu meter didepannya. Altar memberikan senyum tipis untuk Karin sembari menyimpan buku yang ia pegang tadi untuk mengambil buku yang lain “Mau belajar juga?” tanya Altar, Karin menggeleng cepat “Enggak” jawabnya. Karin memperhatikan Altar yang sudah memakai kaca mata yang ia belikan kemarin, Altar terlihat serius ketika membaca buku ditangannya, Karin bersandar disalah satu tiang menatap Altar “Kamu emang hobi membaca ya?” tanya nya. Altar mengangguk “Iya” jawabnya sambil melewati Karin untuk menghampiri tempat yang biasa ia duduki. Karin mengikuti kemudian cewek itu duduk didepan altar yang dubatasi oleh meja. “Aku gak pernah liat kamu sebelumnya emang kamu anak baru ya?” tanya Karin lagi. Altar menggeleng “Aku sudah hampir tiga tahun sekolah disini” jawab Altar tanpa mengalihkan matanya dari buku. “Tapi aku kok gak pernah liat kamu ya padahal aku ini suka keliling-keliling bahkan semua kelas disekolah ini sudah aku masuki semua tapi aku gak pernah liat kamu tuh” balas Karin. Altar membuka lembar berikutnya pada buku yang dia pegang “Itu karena aku memang gak pernah kemana-mana” jawabnya. “Oh jadi setiap ada waktu istirahat kamu pasti menghabiskan waktu diperpus kan atau kamu gak punya teman? Atau kamu ada yang buli? Atau kamu—“ “Gak ada yang buli aku kok aku cuman suka aja sama perpus makannya tiap istirahat langsung kesini jadi gak heran kalau emang kamu gak pernah liat aku sebelumnya” Sahut Altar sembari menutup bukunya untuk sekedar balas menatap Karin. Karin sendiri menopangkan dagunya dengan tangannya “emang gak bosen tiap hari diperpus? Ini hampir tiga tahun loh itu artinya kamu sudah kelas 12 kan sekarang?” Karin tidak berhenti untuk bertanya pada Altar, Altar hanya mampu tertawa geli. “Tapi kamu pernah kan ke kantin atau tempat lain gitu kayak misal pekan olah raga atau festival sekolah” Tanya Karin, Altar menggeleng “Aku gak pernah pergi ketempat keramaian soalnya aku lebih suka tempat yang tenang” jawab Altar dengan santai. “Hih hidup kamu serem banget sih Al lebih serem dari film horor gimana kalau lain kali aku ajak kamu kesuatu tempat?” Saran Karin. Altar menggeleng “Kalau tempat ramai maaf aku gak bisa” katanya. Kepala Karin sedikit dimiringkan kekanan “Emang kalau boleh tau kamu ada masalah apa sama tempat ramai?” tanya nya lagi. Altar memberikan senyumnya karena dia tidak mungkin memberitahukan pada Karin jika telinganya memiliki kelebihan dalam menangkap suara dan jika sampai ada suara yang begitu keras dia terima bisa saja akan berakibat fatal pada otak Altar. “Senyum kamu manis banget ya kayaknya hobi kamu tukang senyum ya kan? Untungnya senyum kamu itu gak semanis senyum taehyung kalau enggak aku pasti udah meleleh dengan senyuman kamu barusan” Ujar Karin seenaknya. Altar mengangkat wajahnya kemudian menggeleng dan tersenyum geli. Karin memukul lengan Altar membuat cowok itu menatapnya kembali dengan pandangan heran. “Terserah kamu saja mau berpikir bagaimana tapi apa kamu akan terus disini dan bertanya tanpa belajar?” kali ini Altar balik bertanya. Karin menopangkan wajanya lagi “Aku gak suka belajar tapi kalau aku mandang wajah kamu aja boleh gak?” Sahut Karin, Altar membulatkan matanya dan karin malah tertawa “Aku bercanda kok santai ajalah mukanya gak usah syok gitu” kata Karin dengan cekikikan. “Kamu sudah makan belum?” tanya Karin. “Dia lebih suka puasa dari pada pergi kekantin” Sahut Dika petugas jaga perpus. Karin menoleh pada Dika lalu kembali pada Altar “Yang bener?” ujarnya. Altar menatap Dika dengan tatapan yang seakan berkata ‘Kenapa kak Dika ikut campur sih’ tapi dibalas dengan kedikan bahu oleh Dika. “Hei kamu beneran gak mau pergi kekantin terus kalau kamu kelaparan gimana?” Ucap Karin lagi. “Oh itu aku gak lapar kok sudah biasa begini” “Ish jadi kamu benar-benar serem banget sih Al, oh ya sekarang kamu lagi kerja tugas apaan” Ucap Karin. Altar menghembuskan nafas karena keinginan untuk belajar tiba-iba jadi musnah begitu dapat pertanyaan terus menerus dari Karin. “Gak ada, aku sekarang mau balik ke kelas” Altar berdiri untuk mengembalikan buku yang sempat diambilnya tadi, Karin menatap jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya dimana masih ada waktu jam istirahat yang cukup panjang. Karin menunggu Altar kembali sebelum menarik tangan Altar untuk mengikutinya “Kamu mau bawa aku kemana?” tanya Altar. Karin terus berjalan menarik tangan Altar “Aku gak suka ya liat orang kelaparan jadi ayo ke kantin biar aku yang traktir terserah kamu mau makan apa” sahut Karin. Tunggu dulu, Kantin? Altar menarik tangannya sehingga tanpa diminta Karin langsung berbalik menatap Altar heran “Tenang aja biar aku yang traktir gak usah malu” tanpa mendengar persetujuan dari Altar Karin kembali menarik tangan cowok itu secara paksa. “Aku gak bisa ketempat ramai” ucap Altar, tapi Karin menjawab “Gak akan aku dengar sebelum kamu kasi tau alasan kenapa kamu gak mau pergi ke kantin” sahut Karin keras kepala. Altar melihat tanganya yang dipegang erat oleh Karin sampai terpaksa Altar mengikuti langkah gadis itu karena Altar tidak bisa menjelaskan mengenai penyakit yang sedang dialaminya saat ini. Ini untuk pertama kalinya Altar pergi ke kantin sejak duduk dibangu SMA karena Altar berpikir jika Kantin pasti akan sangat ribut dengan suara para siswa yang lain sehingga dapat mempengaruhi kesehatannya. Tapi lagi-lagi dugaan Altar salah begitu tiba dikantin, Kantin memang banyak siswa tapi tidak begitu ribut sampai membuat pendengarannya terganggu setidaknya hal itu membuat Altar sedikit tenang. “Kamu duduk sini dan sekarang bilang kamu suka makanan apa biar aku yang pesankan” ucap Karin menawarkan, Altar berdiri “Aku bisa pesan sendiri” katanya tapi Karin mendorong Altar untuk tetap pada posisinya. “Duduk dan dengar apa yang aku bilang jadi tunggu disini sampai aku datang membawa makanan oke” Karin memberikan tatapan tajam untuk Altar sebelum cewek itu pergi ke salah satu stand makanan ibu kantin. Altar mengikuti apa yang Karin katakan untuk tetap diam sembari menunggu cewek itu kembali tapi Altar sedikit heran kenapa dia tiba-tiba jadi anak penurut begini?. ____ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD