Herty menyilangkan ke dua lengannya di depan dáda. Ia membuang muka seraya mencebik. Gadis itu tidak suka dengan Azzam. “Bang ... tolong maafkan sikap adik aku. Dia ... dia memang begitu, susah kalau dibilangin.” Mentari jengah dan mencùbit lembut pinggáng Herty. “Aauuu ... apanya kakak ini, mengapa pula aku dicubìt. Sákit tau, Kak.” Herty mengelus pinggángnya yang baru saja dicubìt pelan Mentari. “Kau itu, jaga sopan santunmu,” Mentari berbisik tepat di depan daun telinga adiknya. “Abang itu yang sudah sombŏng, mengapa aku pula yang disalahkan.” “Sudah-sudah ...tidak apa-apa Tari, aku mengerti. Herty, senang berkenalan denganmu.” Azzam tersenyum manis menatap gadis manis yang ada di hadapannya. Tatapan biasa, tanpa rasa. Azzam seakan melihat Aisyah, ia rindu dengan adik semata wayan