Misha membuka jendela kamarnya, dia menghirup rakus aroma embun pagi yang melegakan rongga dadanya. Tak ada senyuman seperti biasanya. Hanya ada raut wajah datar yang seakan kaku hanya untuk sekedar tersenyum tipis. Cuaca di luar sangat-lah gelap, mungkin karena semalam hujan deras, jadilah berkabut seperti sekarang ini. Misha memeluk dirinya sendiri, manik biru lautnya menatap lurus ke depan. Misha bukan perempuan tegar dan kuat, ia akui itu. Karena nyatanya, dirinya tidak bisa setabah itu menghadapi siksaan yang teramat berat baginya. Misha hanya berusaha untuk tidak menyerah, dia sedang berusaha menentang keinginan batinnya untuk segera melepaskan beban yang menimpanya. Misha ingin sekali mengakhiri hidupnya. Dia tidak diinginkan, begitu pun dengan janin yang sedang ada dalam k