Seperti biasa, Mas Qienan yang aku kenal gak banyak bicara. Sejak masuk ke dalam mobil sampai sekarang berada di depan rumah juga dia tidak bicara apa pun. Dia turun dari mobil dan membuka bagasi untuk menurunkan semua barang yang berada di dalamnya. Si Mbok pun keluar bergegas dari rumah menyambutku. Mengambil barang yang diletakkan di teras rumah. "Eh, Mas mau pergi lagi?" cegahku ketika dia masuk lagi ke dalam mobil setelah bagasi kosong. Dia duduk di bagian belakang yang tadi aku duduki. "Istirahat makan siang jam 12 kan, masih ada satu jam lagi Afi datang," katanya sebelum menutup pintu. "O, tanggung kok, gak capek?" tanyaku dan malah dibalas ketus. "Tanpa uang 100 Rupiah, gak akan genap beli tiket pesawat yang harganya sejuta, tanggung 'kan, nangis minta diskon ke maskapai ju