Ucapannya seperti mantra yang mengaduk ke dalam pikiranku membuat perutku melilit mendengarnya. Dasar tukang gombal gak amanah! "Jangan marah Cha, gak capek mata melotot terus, kendur nanti ototnya," ejeknya sembari menurun naikkan alis tebal yang seperti Sinchan. "Ya kamu gitu sih, aku kan malu," rajukku. Kenapa aku jadi manja seperti ini ya, oh Allah. "Salahin Qienan dong jangan salahkan aku," elaknya. Aku sesak napas kalau dia semakin dekat begini. Gak enak banget nahan napas demi gak mau cium aroma tubuhnya yang wangi dan segar, jadi pengen nempel didadanya. Ya Allah, murahan banget aku. Kalau dia bisa baca pikiranku ini, pastinya dia semakin percaya diri godain aku. "Jaga jarak bisa gak?" ketusku. Berharap dia sedikit mengatur sikap yang seenaknya. "Bisa tetapi jangan marah,