Lancar, fasih, jelas, aku siap ijab kabul sekarang juga kalau bisa. Mata besarnya tak berkedip menatapku. Dalam remang lorong hotel ini nuansa yang tercipta bagai di tengah hutan belantara. Pertemuan antara Pangeran dan Putri dalam dongeng yang tak sengaja berada di antara semak belukar yang diterangi oleh cahaya rembulan, syahdu. Bukan hanya matanya yang tak bergerak, hidungnya pun aku rasa tak menghirup oksigen, dia syok? "Icha bernapas," Dia tersadar dan menunduk, seperti orang yang tenggelam dalam lautan luas, menarik ulur napas kelelahan karena berjuang untuk hidup, aneh. Ada apa dengan dia? "Boleh saya masuk?" Dengan kata formal aku meminta dan dia keluar, menghalangi pintu lalu menutupnya, apa dia memegang kunci akses sekarang? Matanya berkelip dan kepalanya menggeleng pelan