Meskipun tubuh ini aku yang kendalikan namun hatiku hanya Allah yang bisa memutar rasa yang bersemayam di dalam. Tempat impianku yang sedang aku kunjungi ini terasa tidak menarik lagi. Ada rasa kehilangan dan rasa bersalah yang terus menghantui. Berjuang keras untuk menikmati moment di setiap tempat yang dikunjungi namun gagal. Ingin berpura-pura bahagia saja sungguh susah. Kenapa Icha? Batinku terus menyerukan kata 'menyesal' atas apa yang telah aku lakukan padanya, Al-Kahfi. Dengan pertimbangan yang matang, kepercayaan diri yang tinggi aku berusaha untuk memperbaiki kesalahpahaman antara kami. Menghubungi dia untuk sekadar basa-basi, aku rindu suaranya. Hanya beberapa menit bertanya tentang kabar dirinya, sedikit tenang bisa kembali mendengar kata 'sayang' dari bibirnya. Dan ketika