Biro Jodoh

1710 Words
Abang beneran gak mau lagi? Pesan Adel terpaksa diabaikan. Ia bukannya tak mau lagi sih tapi sudah terlanjur malu. Hahahaha. Ya kan bayangkan saja s**l melulu. Adel sudah berangkat ke sekolah. Ya tetap berangkat meski Ardan tak kunjung membalas pesannya. Mungkin sibuk siap-siap bekerja? Ia juga bertanya-tanya. Tapi ya sudah lah. Pembicaraan hangat soal kesialan Ardan selalu menjadi trending topic di dalam keluarga besarnya. Meski kejadian itu juga sudah lewat satu minggu sih. Adel dan Adeeva tentu saja masih mau membantu. Namun Ardan yang malah tak berkabar. Ia memilih untuk menjalankan hidupnya lagi. Ya tak mau berusaha mengejar bu guru Melati. Barangkali memang bukan jodohnya. Toh kalau pun mau ddekati akan percuma jika memamg bukan jodohnya. Namun sepertinya ada untungnya juga. Karena ketika Adel dan Adeev berdiri di gerbang untuk menunggu umminya menjemput eeeh ada bu guru Melati yang lewat. Tentu saja bertanya pada mereka dulu apakah yang menjemput sudah di jalan atau mau ditunggui juga olehnya? Tapi keduanya menggeleng. Toh sudah melihat juga cowok bermobil yang baru saja tiba di depan gerbang. Sepertinya mengenal bu guru mereka ini. Adel sih bertanya tapi tentu saja tak akan dijawab. Namun melihat gelagat bu guru mereka yang berbeda ini, mereka bisa menebaknya kok. Karena kalau saudaranya yang menjemput, pasti akan bilang kan? Mereka tahu bu guru Melati itu seperti apa. Tapi kali ini tidak memberitahu. "Bu guru duluan ya....." Keduanya mengangguk. Masih tak berkedip melihat bu guru mereka yang cantik itu masuk ke dalam mobil dengan anggun. "Pacarnya bu guru?" Itu Adeeva yang bertanya pada Adel. Adel tentu tak tahu jawabannya karena pertanyaan yang itu tadi tak dijawab si ibu guru. Si ibu guru hanya tersenyum dan mengalihkannya dengan pertanyaan yang lain. Begitu mobil itu pergi.... "Iiiih untung aja teteh gak jadi dikenalin. Nanti kalo bang Ardan dipukul pacarnya gimana? Udah jelek makin jelek nantinya." Hahaahaha. Adel mengangguk-angguk pula. Setidaknya mereka sudah menyelamatkan Ardan dari kesialan ketiga. Hahaha. "Terus dikenalin sama siapa lagi ya?" Ia tampak berpikir keras. Nanun tak ada yang terlintas di kepalanya. Tak ada satu pun karena memang hanya bu guru Melati ini yang paling muda dibandingkan guru-guru lain yang ada di sekolah mereka. Jadi bingung sendiri juga harus bagaimana. "Nanti cari di komplek aja." Ya paling pas sih mencari di komplek. "Iiiih di komplek itu kebanyakan nini-nini tauk teteeh!" Adel terbahak. Iya juga. Yang muda-muda itu kan tak banyak. Hahahaha. Paling muda juga mungkin seumuran abi dan umminya. Masa iya sama tante-tante sih? Soalnya yang lainnya juga sudah banyak yang menikah. Kalau pun ada, mungkin tak ada yang tertarik dengan Ardan. Ya kan mereka juga udah tahu sih Ardan seperti apa. "Gini aja. Kita bawa bang Ardan ke ustad Marshall!" "Terus mau diapain?" "Di-ruqyah!" Adeeva langsung terbahak. "Ya kan abisnya, susah banget tuh. Mungkin abang Ardan diganggu makhluk halus. Kan kak Rain suka bilang kalo bang Ardan kayaknya diikutin hantu jomblo!" Percaya lagi. Hahahaha. Adeeva mengangguk-angguk dengan polosnya. Tak lama ya muncul mobil yang membawa umminya. Keduanya masuk ke dalam mobil dan kembali membicarakan soal akan meruqyah Ardan saja. Airin jelas terpingkal mendengarnya. Memangnya tak ada caralain ya? Hahaha. Yang dibicarakan justru baru saja kedatangan banyak tamu. Ya lebih tepatnya sih tumben-tumbennya mereka nongkrong di ruangannya Ardan. Rain juga ada bersama Arinda. Tentu saja setelah mengurus pekerjaan bersama. Lalu apa yang mereka bicarakan? "Kan gue juga udah bilang. Ke biro jodoh aja. Tuh mumpung baru bukaaaa!" Ia yang paling semangat mengajak Ardan ke biro jodoh. Hahahaha. Ya kalau biro jodohnya bagus maka patokannya harus bisa mendapatkan satu calon untuk Ardan. Hanya butuh satu. Tak butuh banyak kok. Hahaha. Mereka terbahak mendengarnya. Walau Ferril juga mendukung sih. Ia menepuk-nepuk bahunya Ardan. "Gak ada yang salah sama yang namanya usaha sih, bang." Mereka terbahak lagi. Lalu terdistraksi dengan gosip Farrel dan Shabrina yang semakin menghangat. Ya namanya juga dunia hiburan. Pasti hobinya mencari gosip kan? Yang dibicarakan juga hanya itu-itu saja. Sementara Farrel kan tentu saja tak ingin. Tapi kalau Ardan? Kalau ada perempuan seperti Shabrina yang mau padanya begitu, ia tak akan menolak deh. Hahahahaha. Tapi sayangnya tak ada. Banyak teman-temannya yang memperkenalkannya dengan Puteri atau Miss Indonesia. Ya baik yang menang maupun hanya sebagai finalis. Tapi tak satu pun yang membuatnya srrk. Karena ia tahu kalau yang perempuan-perempuan itu cari kebanyakan ya hartanya. Kadang ini pula sih yang membuatnya ciut kalau harus mendekati cewek cantik. Apalagi badan mereka juga bagus. Harusnya bisa mendapatkan lelaki yang lebih kan? Ya dibandingkan dengannya. Ia sih merasa kalau ia bukan apa-apa. "Pokoknya, bang, harus dicoba dulu yang ini. Kan kita gak tahu kalo gak pernah mencoba." Rain terus meracuninya. Padahal sesungguhnya Rain teramat penasaran dengan biro jodoh itu. Hahahaha. Ia ingin mencobanya tapi terlalu malu. Eeh bukannya ada pacar? Ya masih gak jelas begitu lah. Ia kan memang begitu. Suka mencari pelarian. Mencari yang mau padanya adalah prinsip. Kebetulan ia juga tipe yang bisa jalan dengan siapapun. Ya kecuali untuk urusan menikah ya. Itu akan berbeda lagi. Ia tak bisa main-main kalau soal itu. "Betul, bang. Siapa tahu yang dikenalin juga bagus-bagus. Gedung udah segede gitu gak mungkin sembarangan ngasih orang." Ferril ikut-ikutan. Ia juga penasaran sih tapi tak punya niatan untuk mencoba. Hahahaha. Ia hanya ingin tahu saja bagaimana kerjanya. Soalnya Rain tak berhenti membicarakan gedung biro jodoh itu. Adit yang sedari tadi menyimak jelas terpingkal-pingkal. Mereka memang gila bukan? Dihari itu, Ardan masih tak mau. Gengsi dong. Masa ke biro jodoh sih? Hahahaa. Meski beberapa hari kemudian, ia terus melintas di depan gedung itu. Kalau dipikir-pikir lagi ya memang bukan sesuatu yang buruk juga sih. Lalu ia melirik ke kaca spion. Ya kan takutnya ada yang tahu. Hahahaha. Kalau ada yang tahu bagaimana? Ya kalau ada yang tahu apalagi sepupunya ya malu lah. Hahahahaha. Nanti ia pasti akan di-bully habis-habisan bukan? Namanya juga sepupu sableng. Tapi ia penasaran. Akhirnya malah dikirim klakson berulang kali dari mobil belakang. Ia segera melaju tapi si mobil tadi langsung menjajarinya bahkan membuka kaca jendela. "MAU KE SANA LU, BANG?" Asemnya itu Ferril. Cowok itu terbahak. Ia mendengus dan buru-buru menginjak pedal gasnya semakin dalam. Tuh kan. Belum apa-apa juga udah dihina. Hahahaha. @@@ Kabar anaknya masuk rumah sakit minggu kemarin masih jadi pembicaraan hangat. Hahaha. Gara-gara Fahri mendapatkan laporan kalau Ardan itu pasien ayan dari orang-orang yang membawanya ke sini. Bagaimana tak jadi pembicaraan kalau begitu? Aisha bahkan tak bisa berhentintertawa. Ia juga tak paham kenapa malah dikira ayan. Meski anaknya sableng, rasa-rasanya kesablengannya tak seperti orang ayan deh. "Dia lagi nyari jodoh. Mungkin saking gugupnya jadi kayak orang ayan." Yang tertawa bukan hanya Fahri tetapi juga beberapa dokter lainnya. Termasuk kakaknya, Fadlan. Tak habis pikir dengan kisah keponakannya yang tak pernah habis untuk jadi bahan cerita di sini. Ardan bukan hanya terkenal di kantor dan di komplek tetapi juga di rumah sakit. Bahkan sejak dari kecil. Hahaaha. Beberapa perawat dan dokter yang sudah sangat lama bekerja di sini tentu tahu kisahnya yang paling anyar. Yang tentu tak bisa dilupakan. Benar-benar mengguncang tawa. "Anak lo ada aja kisahnya. Dulu juga tuh. Tapi waktu SMA, takut banget ya dia ke sini." Aisha terkekeh. "Dari kejadian burung terbang itu dia suka trauma ke sini sebenarnya. Tapi karena sepupu-sepupunya yang lain suka main ke sini jadi biar ada temen ya ikutan ke sini." "Jodohin sama anaknya dokter Grace aja tuh." Aisha menoleh ke arah dokter Grace yang baru saja datang. Perempuan itu memang seingatnya juga punya anak perempuan. Sebelumnya kan Aisha sudah menawarkan pada anaknya dokter Iman. Tapi anaknya gak mau karena jelek kalau katanya Dina. Hahaha. Dasar memang. Kalau dokter Grace? Dari wajah dokter Grace sih cantik. Tapi seingatnya tak ada anaknya yang mirip dokter Grace juga sih. Lalu? "Walah anakku udah punya pacar." "Yaaaah...." Yang lain ikut kecewa. Lalu mereka tertawa lagi. Ya begini lah kalau mereka sudah berkumpul. Kemudian beralih pada anak-anaknya Fadlan. Kalau anak perempuan kan sudah sold old. Paling ya ditanya apa sudah hamil atau belum. Apa gak mau pakai bayi tabung. Palingan ya begitu. Setidaknya mereka ikut mencari solusi. Namun yang paling hangat dibicarakan tentu saja Farrel. Kalau yang menawarkan anaknya sih banyak. Tapi Fadlan tentu menolak. "Kalau sekarang sih udah ada calonnya," tukasnya. @@@ "Hayo looooh, bang, si Farrel udah lamar anak orang!" "Taauk looo, Daan. Dilangkahin tuh luuu!" Gak Rain, gak Dina, kerjaannya memang gak jauh-jauh dari ngomporin orang. Hahaha. Tapi gara-gara itu ya Ardan memang terdorong sih. Ia jadi semakin sering melintasi depan gedung biro jodoh itu. Jadi lebih sering menoleh ke segala arah saking takutnya kayak beberapa waktu lalu. Takut ada yang tahu. Hahahaha. Ia kan malu. Soalnya nih ya yang ada di dalam kepalanya, orang-orang yang datang ke biro jodoh ini adalah orang-orang sudah frustasi dalam mencari jodoh. Berarti ia termasuk dong ya kalau jadi ke sana? Hahahaha. Butuh dua hari baginya untuk memberanikan diri mampir ke sana. Ia sampai meninggalkan mobilnya di kantor lalu naik taksi ke sini biar tak ketahuan yang lain. Hahaha. Begitu keluar dari taksi pun, ia berjalan tersikut-sikut lantas bersembunyi di balik-balik tembok. Berhenti dulu untuk melihat sekitar. Lalu berjalan lagi dan kembali bersembunyi. Satpam-satpam jadi heran melihatnya. Begitu sadar kalau ia diperhatikan, ia segera berdiri dengan benar dan memperbaiki wibawanya yang sempat tertinggal. Hahahaha. Kemudian masuk ke dalam gedung itu. Di lobi, ia harus mendaftar dulu. Cukup banyak yang datang. Kalau ia melihat ke sekitar, banyak yang cantik-cantik juga. Berarti ini hanya asumsinya saja kalau yang datang ke sini mungkin hanya orang-orang frustasi akan jodoh. Buktinya banyak yang bagus juga. Hahaha. Ia diminta duduk dulu. Nanti katanya akan dipanggil sesuai nomor urut. Ia berdeham lantas duduk dengan benar. Harus berwibawa dong meski mata tak berhenti melirik sekitar. Hahaha. Siapa tahu kan ada yang kecantol gitu saat sedang menunggu begini. Sementara itu di sisi lain...... Rain dan Arinda baru saja terbahak. Tahu gak mereka di mana? Di seberang gedung di mana Ardan berada. HAHAHAHA. Tanpa tahu, keduanya ditugaskan Ferril untuk mengikuti Ardan. Ya kan Ferril sudah hapal gelagat abang sepupunya itu. Biar gak malu, datang ke sini pasti ngumpet-ngumpet. Saat melihat aksinya tadi yang berlari lalu ngumpet dan berlari lagi lalu ngumpet lagi, Rain langsung terbahak. Ardan pasti sudah punya firasat kalau akan ketahuan mereka bukan? Hahaha. Tenang saja. Mereka pasti ember kok. Kabar Ardan pergi ke biro jodoh pasti akan tersebar hingga satu komplek. HAHAAHAHA! Kini saja Rain dan Arinda tak berhenti menertawakannya. Yang ditertawakan sih tak tahu apa-apa. @@@
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD