BAB 4

1252 Words
Teriakanku membuat beberapa orang yang mengejar Xue Mei kembali. Aku merutuki kesalahanku. Xue Mei menatapku marah dan aku hanya menunduk menyesalinya. Tentu saja ia marah saya telah membuat kesalahan.  “Maafkan aku.” Sambil mengetupkan kedua tanganku di hadapannya memohon ampun. “Ternya kau bersembunyi di sini.” Ujar salah satu lelaki. Salah satu dari mereka maju ingin menghajar Xue Mei. Dengan cepat biasku menghindar. Perkelahian dimulai. Namun, baru beberapa menit. Biasku kalah. Kini ia tersungkar di tanah. Bagaimana tidak. Dia melawan lima orang sekaligus sedangkan dia hanya sendiri. Salah satu orang itu menambil kayu. Ia ingin memukul Xue Mei. Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Dengan cepat aku menendang kayu itu. Para lelaki itu menatapku marah. Aku hanya tersenyum meremehkan. Mereka semua mengerubuniki. Aku menyeringai dan dengan cepat aku meghajar para lelaki itu. Aku tersenyum senang saat menatap mereka semua tersungkar di hadapanku. “Tidak usah berterima kasih. Aku hanya ing-“ lagi-lagi perkataanku terpotong digantikan dengan wajah merah dan kesal. Tak kusangka lelaki yang kujadikan sebagai idola seumur hidup dan matiku malah meninggalkan bersama dengan preman-preman ini. Aku menghembuskan napas berat. “Tunggu saja pembalasanku.” ***** Pagi harinya aku terbangun dengan badan lelah. Mungkin karena semalam aku berkelahi dengan para preman-preman jalan.  Masih ada sisa satu hari untuk bersenang-senang sebelum memulai pekerjaan di kantor baruku. Hari ini kuhabiskan dengan berjalan-jalan mengelilingi kota. Aku mekai masker mengingat sekarang pendemi. Aku mencicipi tiap-tiap jajanan dan berbelanja sepuasnya. Kini aku berada di sebuah taman hiburan. Aku tersenyum senang menatap anak-anak yang bermain dengan gembira bersama orang tua mereka. Melihat pemandangan itu membuatku sedih. Aku mengingat kedua orang tuaku. Apakah mereka baik-baik saja yah. Aku sangat merindukan mereka berdua. Aku hanya anak tunggal. Jadi mereka pasti kesepian tanpaku. Seorang anak kecil berjalan di depanku dengan tangan kanannya memegang sebuah es krim. Wah. Kayaknya enak. Aku ingin mencicipinya juga. “Dek, beli es krimnya di mana?” tanyaku. Anak kecil itu menatapku dengan polos lalu ia menunjukkan arah tempat penjual es krim. Kuelus rambunya dan berterima kasih. Aku melangkah menuju tempat penjual es krim. “Antrian yang panjang.” Aku membuang napas berat. Dan ikut berbaris di antrian yang hampir dua merer. “Pencuri! Tolong! Ada pencuri!” sebuah teriakan dari seorang ibu paruh baya membuat semua orang menghampirinya. Aku pun ikut bergabung dengan segerombolan orang. Ibu itu menunjuk seorang lelaki yang memakai jaket hoodie yang tengah berlari kencang dan memakai sebuah masker hitam tangannya juga memegang sebuah tas. Mungkin dia pencurinya. “Aku akan mengambilnya,” kataku pada ibu paruh baya itu. Aku berlari sekuat tenaga mengejarnya. Lelaki itu berbelok di sebuag gang kecil. Aku mengikuti arah larinya. Namun, tiba-tiba saja aku tidak melihatnya lagi. Sial! Pencuri itu berhasil kabur. Aku keluar dari gang kecil itu. Berusaha mencari sang pencuri. Tiba-tiba saja pandanganku mengarah pada seorang lelaki yang kini di kejar oleh beberapa orang.  Lelaki itu juga memakai jaket hoodie hitam dan memakai masker sama seperti pencuri tadi. “Mungkinkah dia pencurinya,” batinku. Dengan keyakinan yang kuat aku mengejar lelaki itu. Kulihat, lelaki itu berhasil mengelabui beberapa orang yang mengejarnya. Tapi, tidak denganku. Aku bisa mengejarnya dan ia tidak bisa mengelabuiku dengan mudah. Kini ia tersudut di jalan buntu. Ia tidak bisa kabur lagi. Aku tersenyum menyeringai. Kutangkau kau sang pencuri berengseek. “Kenapa kau mengejarku? Apa salahku!” bentaknya. “Kembalikan tas yang kau curi. Dengan begitu aku akan melepasmu.” “APA! Tas? Kau pirik aku pencuri?” lelaki itu terlihat kaget dan bingun. Aku tetap tersenyum. Di mana-mana seorang pencuri tidak akan mengaku. “Allaah. Kau pasti bohong. Di mana-mana pencuri tidak akan mengaku. Cepat kembalikan tas yang kau curi.” “Aku bukan pencuri. Dan dengar aku memiliki urusan yang mendesak. Jadi, bisakah kau menyingkir dan meninggalkanku?” aku masih tersenyum. Lelaki ini memiliki alasan yang banyak. Lelaki itu berusaha kabur. Tapi, aku berhasil menggagalkan rencananya. Dengan keahlianku dalam bela diri aku berhasil menyudutkannya. Dengan paksa kukubuka maskernya dan aku melongo kaget. “Xue Mei!” pekikku kaget. Ini kedua kalinya aku bertemu dengannya. Dan tiap aku bertemu dia selalu dikejar oleh beberapa orang. Ada apa dengannya? Apa dia terlilit hutang hingga dikejar-kejar. “Lepaskan aku!” bentaknya. Dengan cepat kulepas tanganku. Lelaki itu memperbaiki penampilannya. Ia menatapku dingin sebelum ia melangkah pergi. Tapi, dewi keberuntungan tidak di pihak kami. Beberapa orang yang mengejarnya kini berada di hadapan kami dengan senyum menyeringai. “Mau ke mana kamu? “ kulihat beberapa orang mengeluarkan pisau tajam. Berbahaya. Aku harus membawa Xue Mei pergi. Xue Mei mundur menjauh saat salah satu orang mendekat dan menodongkan senjatanya. Kutarik tubuh lelaki itu menghindar dan dengan cepat kulayangkan sebuah tendangan ditangan lelaki itu. Pisau yang ia pegang terjatuh dan kuambil kesempatan itu untuk kabur. Tapi, salah satu temannya menghadang kami. Dengan terpaksa aku harus menghajar mereka semua. Sepuluh menit kemudian. Aku berhasil melumpuhkan mereka semua. Saat aku berbalik. Lagi-lagi Xue Mei meninggalkanku. Sungguh lelaki yang tak peka. “Seharunya ia berterima kasih padaku,” batinku. **** Esok harinya aku bangun pagi-pagi sekali. Hari ini adalah hari pertamaku kerja. Aku tidak mungkin membuat sahabtku malu karena diriku yang telat. Aku tersenyum menatap layar ponselku. Sahabatku Yu Yang mengimku pesan. Dia akan akan menjemputku. Aku menyetujuinya. Setelah sarapan pagi. Aku berdiri di depan hotel menunggu sahabatku datang menjemputku. Tak lama kemudian sebuah mobil singgah di hadapanku. Dia sudah datang. Akhirnya aku masuk ke dalam mobilnya. Setibanya di kantor. Yu Yang memperkenalkanku pada staf-staf kantor. Semua yang bekerja di sana ramah dan sangat enak di ajak berbicara. Baru hari pertama. Aku memilik pekerjaan yang sangat banyak. Jadi, aku melupakan semua tentang Xue Mei. Aku sibuk bekerja. Tak terasa hari mulai gelap. Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam saat aku tiba di hotel. Kubaringkan tubuhku. Aku sangat lelah. Tapi, aku tidak bisa berdiam diri. Biasku tengah di kejar-kejar oleh beberapa orang yang tidak dikenal. Dengan cahaya lampu yang remang-remang kubuka leptopku. Akan kucari tahu penyebab Xue Mei dikejer. Aku harus membantu biasku. Walaupun wajahnya sangat dingin padaku dan tidak berterima kasih. Tapi, dia tetaplah idolahku dan lelaki yang aku cintai. Untungnya aku adalah wanita yang sangat cerdas. Jadi, aku bisa membajak semua cctv yang ada di kota ini. Semalaman aku menonton cctv untuk mengumpulkan semua bukti-bukti dan menyerahkannya kepolisi. Tapi, tunggu. Mengapa semua video-video Xue Mei menghilang? Seseorang pasti menghapusnya untuk menghilangkan jejak. Kupukul mejaku dengan keras. Aku sungguh tidak terima. Sesorang pasti ingin membunuh Xue Meiku. “Aku akan melindungimu.” Batinku menatap sebuah foto yan ada di layar ponselku. **** Esok harinya, aku kembali di sibukkan dengan setumpuk tugas kantor. Aku mendesah berat. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan sebuah rencana untuk membantu Xue Mei. Kukerjakan semua tugas-tugas kantor dengan cepat. “Akhirnya selesi juga ...” aku medesah lega. Kurentangkan kedua tangaku dilagit. Kulihat jam dinding. “Sudah malam ...” desahku. Saat kembali kehotel. Aku menyiapkan perlengkapanku. Malam ini aku akan menjanganya. Ia pasti ketakutan di malam hari. Aku memakai hoodie berwarna biru dan masker berwarna hitam. Aku memesan mobil online menuju hotel tempat Xue Mei tinggal. Tak lama kemudian kini aku berada di depan pintu Xue Mei. Lelaki itu pasti belum kembali. Kubuka pintu kamarnya dengan menggunakan sebuah pentul yang beberapa hari yang lalu kupelajari di Youtube. Aku terpana menatap ruangannya yang sangat mewah dan elegan. Kubuka lemari esnya. Hanya ada mie gelas. Lelaki itu pasti tidak bisa makan dengan teratur. Aku berjalan menuju kamarnya lalu menuju keruang mandinya. Aku mencoba mencari-cari sesuatu yang dapat kujadikan petunjuk. Tapi, tidak ada satu pun yang aneh. Dan tak lama kemudian sebuah bunyi pintu terbuka mengagetkanku. TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD