3

1629 Words
Sementara itu Gilang melihat ke arah Raisa yang kini sedang bergabung dengan teman-temannya itu. Gilang memang dipindahkan ke SMA 45 karena ia terlibat tawuran dan bermasalah. Jadinya banyak yang ikut dirinya untuk pindah ke SMA 45. Entah lah ia hanya ingin tidak terlalu dekat kelas nya dengan kelas Raisa. Ia masih merasa bahwa ia dipermainkan oleh Raisa. Lagi pula ia tak masalah pindah kesini karena disini ia bisa melihat Raisa yang kini ia benci sekaligus menjadi yang ia sayangi. Entah lah hatinya memang sebercanda ini. Sebenarnya banyak yang bertanya-tanya dan terkejut atas kepindahan Gilang ke SMA 45. Termasuk juga dengan Raisa dan teman-temannya. Jika seperti ini keadaan dari SMA 45 akan semakin mencekam karena ada Gilang dan ada Raffa yang kini digadang-gadang menjadi pengganti Gilang. Mereka semua hanya tidak tahu bahwa sebenarnya Gilang lah yang selama ini menggantikan Raffa dalam hidup Raisa. "Lo bisa bahagia banget kayak gitu ya Ca. Hati Lo cepet banget berubah nya. Saat gua udah mulai suka sama Lo, Lo malah pergi dan buat gua kecewa Ca. Jujur gua ga tahu kenapa Lo sejahat ini." ujar Gilang tersebut saat ini. "Lang, Lo ngapain sih disini? Ayo lah ke kelas. Ntar dicariin sama guru Lo." ujar Danu dan mereka pun sekarang pergi meninggalkan kantin tersebut. Danu dan Reza juga merasa kesal kepada Raisa karena Raisa telah mempermainkan Gilang. Namun tidak dengan Abyan, karena Abyan tahu rahasia Raisa. Abyan tahu bahwa Raisa tidak mempermainkan Gilang karena buktinya Raisa rela mendonorkan ginjalnya untuk Gilang, padahal beresiko. Kalian salah kalo benci Raisa karena sekarang Raisa memilih buat mengejar kebahagiaan lamanya. Kalian semua salah karena Raisa sama sekali ga salah disini. Emang apa salahnya seseorang yang mengejar kebahagiaan lamanya setelah kebahagiaan yang saat ini ia impikan tak kunjung datang? Padahal ia sudah banyak rela berkorban. Batin Abyan itu. "Anak-anak sekarang kita semua ulangan ya. Masukkan buku kalian ke dalam tas, semua handphone di taruh di meja depan. Kalau sampai ada yang tidak mengumpulkan handphone, nanti handphone kalian akan Ibu ambil dan Ibu berikan kepada guru BK." ujar Ibu Mira yang merupakan guru Sosiologi. Mereka semua tampak mengaduh dan memprotes karena mereka sama sekali tidak ada persiapan untuk ulangan ini. Bahkan mereka semua membaca materi sosiologi pun juga tidak karena mereka memang malas. "Bu, ini ga bisa di tunda gitu ulangan nya? Gimana kalo Minggu depan aja Bu? Kalo sekarang banyak yang belum siap ini." ujar Reza pada Bu Mira itu. "Ga bisa, ulangan akan tetap di laksanakan sekarang. Saya kan setiap pertemuan selalu bilang bahwa kalian harus sering-sering belajar dan mempelajari materi yang akan dipelajari esoknya." ujar Bu Mira ke mereka. "Ya ampun Bu, kayak ga tau kita aja Bu. Gimana kalo minta waktu sebentar deh Bu buat belajar sama baca-baca. Biar ada persiapannya sedikit gitu. Nanti kalo ga ada persiapan bisa-bisa kita semua ngawur ngerjainnya dapat nilai jelek semua nanti Bu." ujar Danu yang membuat alasan sangat bagus sehingga mereka semua pun sekarang mengangguk setuju dengan usulan dari Danu. Kini mereka speak up juga bahwa mereka butuh waktu. Akhir nya karena permintaan dari murid-murid nya itu Bu Mira memberikan waktu mereka belajar selama tiga pulu menit. Mereka pun sekarang tampak belajar dengan semangat dan penuh fokus kecuali satu orang yang sedari kemarin tidak bisa fokus. Siapa lagi jika bukan Gilang. Gilang tidak fokus karena memikirkan Raisa, bahkan ia sempat kesal pada Bu Mira karena Bu Mira membuat ulangan disaat dirinya sedang frustasi ini. Sudah dipastikan bahwa Gilang tidak akan baik dalam ulangan kali ini. Ia tak memikirkan hal itu, yang ia pikirkan sekarang adalah kenapa Raisa tega meninggalkan dirinya begitu saja. Semakin ia memikirkan hal itu semakin ia sedih tapi ia juga kesal dan kecewa. Ternyata selama ini ia hanya pelampiasan saja. Ia hanya pengganti sementara dari Raffa untuk Raisa. Kalo gua tahu gua cuman pengganti aja buat Lo, gua ga akan jatuh kayak gini ke Lo Ca. Kenapa Lo kayak gini sama gua Ca? Batin Gilang tersebut. "Gilang, Gilang Caraka apa kamu tidak mendengar saya? Gilang!" ujar Bu Mira memanggil Gilang dengan keras. Semua nya sampai menatap ke arah mereka. Gilang yang dipanggil dengan keras langsung sadar dari lamunannya. "Kamu melamun di saat teman-teman kamu sedang belajar Gilang? Kenapa kamu tidak memanfaatkan waktu kamu untuk belajar. Malah melamun saja kamu." ujar Bu Mira menyemprot Gilang yang tadi melamun. "Maaf Bu." ujar Gilang dengan singkat, kini ia pun mulai membuka buku nya dan belajar meski pun waktu belajar tinggal sepuluh menit lagi. Bu Mira sebenar nya masih ingin marah kepada Gilang, tapi ia menahannya karena Gilang tampak fokus membaca sekarang. Bu Mira kembali ke mejanya. "Lo mikirin apa sih Lang? Kenapa sampai ngelamun gitu? Udah deh mending fokus aja. Ntar kena semprot sama Bu Mira lagi." ujar Danu tersebut. "Iya." jawab Gilang dengan singkat. Ia membaca buku itu lagi meski pun sebenarnya ia tak berminat. Waktu membaca mereka akhirnya sudah habis. Kini mereka semua harus mengumpulkan handphone dan memasukkan buku-buku mereka. Setelah itu kini Bu Mira membagi kertas soal saat ini. Ia memberi waktu selama satu jam, dan mereka mulai mengerjakan soal itu. Sementara itu kelas IPS 2 dan IPA 5 masih berada di kantin untuk makan bersama di traktir oleh Pak Faris. Milo kini juga terlihat mendekati Pak Faris. "Pak Faris jangan kayak gitu dong Pak. Masa saya ga di traktir juga sih pak. Cuman saya doang ini Pak, ikut di traktir ga ada ruginya." ujar Milo itu. "Eh kamu ngapain ada disini Milo. Bukan nya kamu ada kelas ya? Kok malah keluyuran ga jelas begini. Nanti bapak bilangin ke guru kamu loh ya?" tanya Pak Faris kepada Milo. Kini Milo pun bercerita ke Pak Faris jika ia mendapat kan diskriminasi tadi. Ia pun memulai bercerita dengan alay. "Jadi begini Pak, saya di kelas ada ulangan. Nah ga tau kenapa Bu Tika itu mindahin saya ulangan ke BK. Karena di BK juga murid sendiri jadinya saya ulangannya saya cepeitin aja. Terus ya udah deh sekarang saya ada disini Pak. Traktir ya Pak, saya udah cerita jujur nih. Lapar nih pak karena tadi mikir berat." ujar Milo kepada Pak Faris. Sementara Pak Faris masih berpikir saat ini. "Sebentar, ini bapak masih bingung. Kenapa kok kamu ulangan nya di ruang BK? Memang nya kenapa kok ga dikelas aja?" tanya Pak Faris itu. "Aduh Pak, kalo A Milo ulangan nya di kelas mah. Berabe deh, sekelas bisa sama semua jawaban nya karena A Milo yang nyontekin. Saking baiknya emang. Makanya guru-guru pada suka mindahin A Milo kalo ulangan." jawab Raisa yang tampak tertawa. Milo pun mengatakan bahwa itu sangat benar. "Oalah, kamu ini. Ya sudah sana kamu mau pilih apa nanti bapak bayar. Tapi jangan ngomong sama temen-temen kamu ya." ujar Pak Faris itu. "Asyik nih, makasih Pak Faris. Kalian yang olahraga capek-capek gua juga dapat traktiran guys hehehe." ujar Milo tampak pamer kepada mereka. Raisa kini tampak tertawa melihat Milo yang seperti itu, hanya saja ia sedikit memikirkan bagaimana perasaan Milo yang sebenarnya. Ini tentang Milo, Mila serta hubungan mereka berdua. Karena yang ia dengar dari Gerald bahwa Milo memiliki hubungan dengan Mila dan hubungan mereka seperti nya kandas karena Milo pergi kesini. Jika itu benar terjadi Raisa merasa sangat bersalah. Ia tidak ingin menjadi penghancur hubungan orang lain. "Raffa, nanti pulang sekolah jalan yuk." ujar Raisa mengajak Raffa. "Boleh Ca, mau kemana Ca?" tanya Raffa kepada Raisa tersebut. "Emmm kemana ya kira-kira, Caca sebenarnya juga bingung. Caca cuman mau kita berdua ngedate gitu hehehe. Kan lucu." ujar Raisa yang mengatakan hal itu sembari malu-malu. Teman-teman nya pun tertawa. Mereka benar-benar senang karena pada akhirnya Raisa bisa tertawa selepas ini. Andai saja mereka bisa menemukan Raffa lebih cepat, pasti Raisa tidak akan merasakan hal-hal sakit yang sempat ia lewati karena mencintai seorang Gilang. Andai hal itu terjadi, tapi hal itu sudah tidak dapat diulang. Lagi pula mereka juga tidak ingin mengulang kejadian-kejadian itu lagi. "Mending ngedate sama kita semua deh Ca. Masa iya Raffa datang kita semua terus ga diajak kemana-mana sih. Sedih nih kita." ujar Lini ke Raisa. "Nah benar itu, kuy lah kita nanti nongki-nongki di Caffe gitu biar kayak anak hits gila gitu." ujar Ayu yang tampak membuat mereka semua tertawa. "Okay deh, nanti kayak nya kita ga jadi berdua aja ya Raffa. Sama yang lainnya juga. Kasian mereka semua kurang main." ujar Raisa membuat mereka langsung ingin menimpuk Raisa tapi untung saja ada Raffa yang menjaga Raisa. Raisa pun senang dan menjulur kan lidah nya ke mereka. "Anak-anak bapak sudah bayar ini ya semua. Bapak mau ke kantor dulu ini, kalian have fun ya. Inget jangan bilang siapa-siapa lho ya." ujar Pak Faris kepada mereka semua. Pak Faris ini memang bahasa nya sangat gaul. "Okay Pak. Makasih Pak Faris, sering-sering ya Pak!" teriak mereka dengan kompak. Pak Faris sudah meninggalkan kantin dan mereka yang masih disana pun masih memakan pesanan mereka. Kini Milo tampak sudah berada di meja Raisa dan yang lainnya dengan beberapa makanan dan minuman disana. Teman-teman nya tampak memandang heran ke Milo. "Mil, ini Lo bakalan bisa habisin sendiri? Gila sih, yang paling banyak ngabisin uang Pak Faris hari ini fix Lo sih." ujar Gerald kepada Milo tersebut. "Ya elah, ini tuh gua bagi-bagi juga kok nanti. Tenang aja guys. Kalian kalo mau ambil aja. Gua cuman mau bantu Pak Faris menambah pahala tau dengan membagi semua ini dari Pak Faris." ujar Milo dengan segala alibinya. "Caca mau ya yang Chitato, Caca suka sama Chitato hehehe." ujar Raisa sembari ia mengambil Chitato itu dan ia pun membuka nya. Ia makan bersama dengan teman-teman yang lainnya. Saat ini jam sudah menunjukkan jam masuk. Mereka semua segera masuk ke kelas untuk berganti baju sebentar. Baru setelah itu mereka mempersiapkan diri untuk kelas berikutnya. Raisa sedang berganti baju di ruang ganti bersama dengan Lini dan Ayu. Kini mereka bertiga juga bareng dengan beberapa anak kelas mereka yang lain. Semuanya tampak berbaur sembari menggosip pada saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD