Ratu sedang membersihkan semua meja dan kursi yang ada di cafe, sudah setahun Ratu bekerja di sebuah cafe dekat kontrakan rumah mereka, karena tidak tamat sekolah dan umurnya masih delapan belas tahun tentu saja Ratu sangat sulit mendapat pekerjaan, Ratu yang masih remaja terpaksa harus lebih awal menjadi dewasa demi menyambung hidup nya dan juga adik nya.
"Ratu, elo mau gak kerjaan? gaji nya lumayan gede loh, dua kali lipat dibanding gaji kita di sini." Ucap Desi yang juga sedang membersihkan meja.
"Hah dua kali lipat? tapi Des, aku kan gak tamat sekolah, emang kerjaan apa yang mau menerima orang yang tidak tamat sekolah?" tanya Ratu yang kini sudah menghentikan pekerjaan nya.
"Em ...memang sih ini cuma jadi pembantu, tapi ini rumah orang kaya loh ratu, konglomerat di kota ini." sahut Desi.
"Pembantu! aku mau des, asal boleh pulang pergi, karena aku kan harus merawat Rama," jawab Ratu.
"Yasudah, nanti aku tanya emak ku dulu ya alamat nya, sebenarnya ini pekerjaan di tawarin untuk emak ku, tapi emak ku gak mau karena udah terlalu nyaman di rumah majikan yang sekarang." kekeh Desi.
Mereka kembali melakukan rutinitas nya di cafe, malam ini pelanggan cukup ramai, membuat Ratu dan beberapa karyawan lainnya cukup lelah.
Ratu yang sudah bersiap siap untuk pulang di datangi oleh Andre, teman satu kerjaan nya, Andre adalah barista di cafe tempat ratu bekerja.
"Mau aku antar?" tanya andre dengan sedikit senyuman di bibir nya.
"Gak usah mas, aku jalan kaki saja, rumahku kan di gang sebelah aja." tolak Ratu yang memang kurang nyaman dengan pendekatan yang di lakukan oleh Andre.
Ratu berlalu begitu saja, biarlah Ratu di anggap sombong dan tidak sopan dari pada harus bertengkar lagi dengan Rita, senior nya di cafe yang ber profesi sebagai kasir, Rita sudah lama naksir dengan Andre, sayang nya Andre malah lebih menyukai Ratu yang cantik dan sedikit pendiam.
Ratu berjalan menelusuri gang yang sedikit gelap, Ratu memang selalu pulang malam, karena dirinya bekerja dari pagi hingga malam di cafe itu, sebenarnya gaji dengan jam kerja nya sungguh tidak masuk di akal, namun untuk orang seperti dirinya sangat sulit untuk mencari pekerjaan di kota seperti ini.
Ratu membuka pintu rumah nya dan melihat kak Sri yang tertidur di samping Rama, Sri adalah tetangga sebelah nya yang di gaji Ratu untuk menjaga Rama kalau dirinya sedang bekerja.
"Kak Sri." desah Ratu sambil menggoyang kan tubuh Sri agar terbangun.
"Eh, udah pulang Ratu?" ucap Sri yang mengucek-ngucek mata nya.
"Iya kak, makasih ya udah mau jagain Rama sampai selarut ini, tadi di cafe lumayan rame." jawab Ratu.
Ratu memberikan sebuah bungkusan berupa nasi dan ayam goreng yang di bawah nya dari cafe.
"Makasih ya Ratu, kalau begitu aku pulang dulu ya," jawab Sri yang sudah menerima bungkusan dari Ratu.
"Iya kak." ucap Ratu dan mengantar Sri sampai ke depan rumah nya.
Ratu kembali ke kamar dan melihat Rama yang sedang tertidur pulas, Ratu melihat obat yang ada di nakas, Sri sudah memberikan obat sesuai dengan anjuran dokter.
Ratu mengecup kening adik nya itu lalu berlalu meninggalkan nya, di lihat nya jam sudah pukul sebelas malam, Ratu berniat untuk mandi agar bisa melepaskan penat dan lelah yang ada di tubuh nya.
Setelah selesai mandi, Ratu langsung berbaring di tempat tidur yang cukup usang itu, Ratu kembali mengingat tawaran pekerjaan dari Desi, gaji dua kali lipat dari pekerjaan nya sekarang membuat Ratu semakin yakin akan memilih pekerjaan itu di banding harus bekerja di cafe.
Tabungan mereka semakin hari semakin menipis, karena obat yang harus diberikan kepada Rama adalah obat yang cukup mahal, dokter juga sudah mengatakan kalau hanya dengan operasi Rama bisa sembuh, tetapi darimana Ratu bisa mendapatkan uang sebanyak dua ratus juta untuk operasi Rama, itu sebabnya selama ini mereka hanya bergantung pada obat.
Ratu yang sudah kelelahan akhirnya tertidur.
Sinar mentari kini sudah menyinari seluruh alam semesta, Ratu langsung bergegas bangun dan mulai mengerjakan pekerjaan rumah, Ratu pergi ke kamar Rama untuk membangun kan adik nya itu dan begitu terkejut nya Ratu ketika melihat Rama sedang menarik nafas nya seperti orang yang sedang sesak nafas, Ratu langsung memberikan selang oksigen ke hidung adiknya itu, memang di kamar Rama sudah di lengkapi dengan perlengkapan medis bila Rama mengalami sesak nafas.
"Maaf kan kakak Rama, kakak belum punya uang agar kamu bisa segera di operasi." Ratu menangis sambil memeluk adik nya itu.
Rama yang mulai tenang memeluk kakaknya itu.
"Maafkan Rama kak, ini semua karena Rama, Rama yang sakit membuat kakak menjadi susah, kenapa Tuhan tidak segera mengambil nyawa Rama saja, supaya Rama bisa bertemu ibu dan ayah," tangis Rama pecah di pelukan sang kakak.
"Jangan bicara begitu dek, kalau kamu pergi, kakak disini dengan siapa?"gumam Ratu yang semakin menguatkan tangisan nya.
Rama kini telah tenang, nafas nya mulai teratur, Ratu memberikan Rama sarapan lalu memberikan obat, Ratu sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja di cafe.
"Kak Sri, tolong jaga Rama ya, tadi aku sudah kasih obat dan Rama juga sudah makan kak." ucap Ratu pada Sri yang sudah tiba di rumah nya.
"Iya Ratu, kamu hati-hati di jalan." ucap Sri yang sudah melambaikan tangan nya.
Ratu sangat bersyukur karena ada Sri yang tulus menjaga Rama, meskipun upah yang diberikan Ratu tidak lah cukup banyak, namun Sri seorang gadis perawan tua itu cukup telaten mengurus Rama.
Ratu segera pergi melangkah kan kaki nya ke cafe tempatnya mencari nafkah.
Sesampainya di cafe Ratu langsung menyimpan tas nya dan langsung menuju dapur, setiap pagi Ratu dan Desi bertugas mencuci piring.
"Ratu, aku uda tanya sama emak ku alamat rumah orang kaya itu, nanti aku sms kan ke nomer mu ya, kalau bisa besok kamu ke sana, hari ini kan kita gajian, kalau cocok kamu besok sudah bisa berhenti bekerja di cafe ini." ucap Desi yang sedang membilas piring yang sudah di cuci oleh Ratu.
"Baiklah Des, makasih ya kamu sudah baik sama aku, cuma kamu yang bikin aku betah kerja di cafe ini," pekik Ratu sambil menyenggol bahu Desi.
"Kamu bisa aja, aku juga senang bisa berteman sama kamu," jawab Desi yang sudah tersenyum ke arah Ratu.
Mereka kini kembali melakukan pekerjaan nya.