Flashback On.
Usai membawa dan memberikan makanan untuk Bebby juga Renata ke kamar Aisyah, Astri memilih keluar dari area rumah saat melihat Sofya berjalan agak menjauh dari acara.
"Sofya mau apa ke luar? Apa dia mau melakukan hal aneh?" tanya Astri pada diri sendiri.
Karena saking penasarannya, Astri tetap mengikuti ke mana langkah kaki Sofya secara hati-hati dengan harapan semoga tidak diketahui oleh Sofya.
Dari kejauhan, Astri melihat dan mendengar kalau Sofya sedang bertelepon entah dengan siapa juga Astri tidak tahu. Ternyata alasan Sofya menjauh dari acara pernikahan Virgo dan Chacha karena hanya ingin menerima panggilan telepon saja. Bukan untuk melakukan hal-hal aneh seperti yang Astri curigakan.
"Harus berani bilang sama Sofya, Tri. Jangan jadi pengecut lagi. Ini demi kebaikan dan kebahagiaan Chacha." tekadnya berusaha memberanikan diri.
Setelah memastikan bahwa Sofya selesai menerima panggilan telepon, Astri berjalan nekat mendekati Sofya dibekali nyali seadanya. Keringat membasahi pelipisnya sekarang, Astri merasa sedikit gugup untuk berhadapan dengan besannya.
Pandangan Sofya pada Astri sudah tidak bisa tergambarkan lagi, terlihat jelas kalau Sofya muak pada Astri.
Hingga akhirnya, Astri benar-benar mengatakan keinginannya pada Sofya agar besannya itu memperlakukan Chacha secara baik. Astri juga bilang bahwa Chacha tidak ada hubungannya dengan kejadian masa lalu. Namun tetap saja, namanya luka akan sulit disembuhkan. Sofya tidak bisa menerimanya begitu saja.
Flashback Off.
Berulang kali Astri menepuk dadanya sendiri, di dalam sana rasanya sesak sekali. Dia sebenarnya marah kepada Sofya karena ternyata selama ini Chacha tidak diperlakukan dengan baik oleh Sofya selama di Yogyakarta. Namun setiap kali Astri memiliki pemikiran untuk mendatangi Sofya ke Jogja dan mencaci makinya, dia selalu kalah akan ingatan masa lalu. Sofya berlaku seperti itu juga karenanya.
"Tapi tidak seharusnya Sofya menyangkut pautkan masalah perselingkuhan itu dengan Chacha." kedua mata wanita paruh baya ini bengkak karena beberapa hari terus menangis.
~DREAMS BEGIN~
Prang...!
"Astaga, awas hati-hati." seorang lelaki muda nan gagah menghampiri Astri.
"Ya ampun, maaf Mas. Aku tidak sengaja menjatuhkan gelas ini." Astri membekap mulutnya saat melihat gelas yang ada di atas meja dapur tersenggol lengannya dan jatuh ke lantai.
"Oh... Tidak apa-apa. Biar aku bereskan."
Lelaki itu membersihkan pecahan gelas yang berserakan. Satu persatu dia ambil secara hati-hati agar tidak menggores tangannya.
"Aw..." pekik lelaki itu.
"Mas, tangan kamu berdarah. Sini aku obati." Astri menarik tangan lelaki yang sedang membersihkan pecahan gelas tadi.
"Ah... Tidak usah, biar aku bersihkan sendiri." tolaknya ramah.
"Tidak apa-apa, biar aku bantu. Lagi pula, aku yang membuat keributan ini."
Perlahan-lahan Astri mencabut pecahan gelas dari jari lelaki yang berdiri di depannya. Setelah berhasil, Astri langsung mengobati lukanya dan membalutnya dengan perban agar tidak terkena debu.
Astri tampak bahagia bisa memegang tangan lelaki di depannya. Paras lelaki itu sebenarnya biasa saja, namun yang membuatnya terlihat lebih tampan adalah postur tubuhnya yang memiliki d**a bidang, perut macam roti sobek, tubuh tinggi dan kedua tangan yang kekar sehingga akan sangat kuat jika menggendong seorang wanita yang haus akan belaian.
"Mas, kamu tahu? Selama ini aku menyukaimu." ujar Astri terang-terangan.
"Hah?" refleks lelaki itu menarik tangannya dari Astri.
"Syut... Aku mau jadi selingkuhanmu."
Dengan santainya Astri mulai menggoda lelaki di depannya. Tangannya kini mendarat di d**a lelaki itu dan mengusap pelan dari atas hingga bawah, niatnya. Tapi keburu terhenti saat lelaki itu menolak.
"Kamu gila? Aku suami sahabatmu sendiri."
"Aku memang gila, karenamu. Aku juga cantik, badanku juga seksi. Jika aku tidak bisa menjadi istrimu, biarkan aku memiliki separuh dari dirimu." tak ingin menyerah sampai di sana, Astri masih terus menggoda.
"Tidak, aku tidak mau mengkhianati Sofya. Kamu bisa cari lelaki lain."
"Aku hanya mau kamu, ayolah kita jalan di belakang Sofya."
"Tidak, aku mencintainya."
"Aku tidak memintamu berhenti mencintainya. Aku hanya minta, bagi setengah kebahagiaanmu padaku Mas. Aku janji, tidak akan membeberkan ini kepada siapa pun."
~DREAMS OVER~
Aisyah heran saat melihat Astri tidur seperti tidak tenang. Ibunya itu beberapa kali menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri. Keringat mengucur di pelipisnya.
"Ma... Mama, bangun. Mbak Chacha, Mbak Bebby sama Mas Virgo mau pamit pulang ke Jogja." sepelan mungkin Aisyah berusaha membangunkan Astri.
"Hah... Hah..." nafas Astri terengah-engah seperti orang habis lomba lari keliling kompleks.
Setelah beberapa kali Aisyah mencoba membangunkan Astri, akhirnya wanita paruh baya itu terbangun juga dari mimpinya. Ibu dua anak itu ngeri sendiri saat bermimpi bagaimana dulu dirinya mencoba merayu mantan suami Sofya agar mau berselingkuh dengannya.
"Mama kenapa?" pertanyaan besar bagi Aisyah sedari tadi saat dari melihat Sofya tidak tenang dalam tidurnya.
"Hah... Tidak apa-apa. Ada apa?" tanya Astri balik.
"Itu lagi pada mau pamit." ucap Aisyah mengulang apa yang tadi sudah dia katakan karena melihat sepertinya Astri masih sedikit linglung.
***
Song Start.
Pulang ke kotamu...
Ada setangkup haru dalam rindu...
Masih seperti dulu...
Tiap sudut menyapaku bersahabat...
Penuh selaksa makna...
Terhanyut aku akan nostalgia...
Saat kita sering luangkan waktu...
Nikmati bersama suasana Jogja...
Song End.
Entah sedang kebetulan atau memang sengaja, tapi suara Pasha sang vokalis tampan dari band Ungu yang sekarang berkecimpung di dunia politik kini menghiasi mobil milik Danar saat sampai di sekitar Malioboro. Lagu berjudul Yogyakarta yang dipopulerkan oleh Kla Project dan dinyanyikan ulang oleh Ungu, serasa menyambut kedatangan keluarga kecil itu yang tentunya lelah usai menempuh perjalanan Malang-Yogyakarta.
Di jok tengah, Chacha hanya diam tanpa minat membuka suara jika tidak ditanya. Bebby dan Virgo juga sibuk dengan pikiran masing-masing. Kadang Bebby asik mengikuti syair lagu dari radio yang mereka dengarkan sejak dua puluh menit lalu atau berselancar di sosial medianya.
Kerlap-kerlip lampu kota serta banyaknya orang berkeliaran kini memanjakan bola mata Chacha. Sudah beberapa tahun dirinya berada di kota ini. Namun, baru sekarang dirinya merasa aneh pulang ke Yogyakarta.
"Ini bukan pulang, Cha." Tapi hanya sekedar singgah belaka. Batin Chacha sambil fokus melihat ke arah luar.
Pandangan Chacha sekarang beralih ke Virgo dan Bebby yang duduk di depan. Baginya, hanya mereka berdualah yang pulang. Sudah hampir sampai rumah tapi kedua mata ibu hamil ini malah mengantuk. Selama perjalanan, Chacha tidak tidur sama sekali. Padahal mereka berangkat usai subuh tadi dan sekarang sekitar pukul delapan malam baru sampai.
"Mas, mampir di tukang jus bentar dong. Perut aku mual, ingin minum jus sirsak." pinta Bebby ketika mobil yang dikendarai Virgo sudah sampai di sekitar taman dekat kompleks perumahan mereka.
"Boleh." tak banyak bicara, Virgo langsung menepikan mobilnya di depan kedai jus yang sering mereka beli dari dulu.
Kebetulan sedang tidak antre banyak, dilihat dari dalam mobil hanya ada tiga orang yang sedang menunggu. Virgo menoleh ke belakang, tapi dia mendapati Chacha memejamkan matanya.
"Kenapa?" heran Bebby sambil membuka seatbelt-nya.
"Chacha tidur." kata Virgo setelah sempat menengok ke arah Chacha sebentar.
Tidak ada sahutan dari Bebby, perempuan itu hanya ber-oh ria sembari menganggukkan kepalanya beberapa kali.
"Kamu mau jus apa?" Bebby sudah bersiap akan turun dari mobil, tapi tangannya dicekal oleh Virgo.
"Biar aku saja yang turun, kamu tunggu sini." Virgo langsung keluar mobil meninggalkan dua istrinya.
“Yo wes. (Ya sudah).” angguk Bebby.
***
Next...