Masih di dalam mobil, Bebby melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah lumayan lama juga dirinya live, sekitar empat puluh lima menit berlalu. Dan entah sudah berapa banyak pertanyaan yang dia jawab. Tapi tidak sampai tiga puluh pertanyaan juga.
"Kak, orang Jogja ganteng-ganteng ya? Mantan pacar sama suami Kak Bebby cakep, hehehe... Maaf."
Bebby tertawa sekarang, sudah tidak aneh jika dia mendengar orang memuji ketampanan Virgo. Sudah dari zaman sekolah, telinganya sudah biasa mengakses kata-kata tampan atau ganteng atau cakep untuk lelaki yang menjadi suaminya itu.
"Ganteng atau enggaknya tergantung pandangan orang sih ya menurut aku. Memang banyak yang bilang Virgo itu ganteng dari jaman sekolah. Kalau menurut aku ya memang ganteng, tapi karena kita berdua sudah bareng-bareng dari kecil ya rasanya sudah biasa. Karena saking terbiasanya melihat muka dia jadi ya biasa saja begitu." Bebby jadi geli sendiri akan hal ini, tapi dia juga tertawa.
"Kak Bebby, maaf mau tanya. Kakak menikah sama suami kan mendadak, apa ada unsur-unsur kehamilan di luar nikah?"
"Astagfirullah... Tidak! Sekali lagi aku tegaskan, tidak ya. Kami menikah memang mendadak, tapi bukan karena aku hamil duluan. Aku menikah itu sudah hampir sepuluh bulan, dan selama ini aku tetap aktif membuat konten. Jadi kalau aku hamil, sudah pasti dong perut aku melendung dan mungkin sekarang sudah menggendong bayi. Tapi kan seperti yang kalian lihat, perut aku datar-datar saja. Ya kalau buncit dikit, paling makannya kebanyakan hehehe..."
Dirinya ingin mengakhiri acara live-nya tapi dirinya juga jenuh kalau di penginapan apa-apa sendiri. Bebby tidak mau mengganggu acara istirahat Virgo. Usai sarapan, suaminya itu bilang jika dirinya ingin tidur karena mengantuk.
"Satu atau dua pertanyaan lagi yang akan aku jawab..."
"Kak, apa Kakak menunda kehamilan atau sudah ada kabar baik?"
"Jawabannya, aku pernah menunda kehamilan karena waktu itu aku mau fokus garap skripsi dulu dan karena memang tinggal beberapa bulan lagi kelar kan. Kebetulan suamiku juga tidak masalah, dari pada nanti aku hamil dan harus cuti kuliah malah kuliahnya tertunda. Kalau misalkan aku hamil dan memaksa kuliah juga tidak mungkin, karena aku kuliah di Bandung dan suamiku kerjanya di Jogja. Jadi aku minta agar kita menunda dulu dan alhamdulillahnya dia setuju. Tapi setelah kuliahku kelar, kami sudah tidak menunda lagi sampai sekarang." Bebby meminum bubble tea-nya dulu sambil menarik napas sebelum akhirnya menjawab lagi.
"Dan untuk kabar baik, doakan saja yang terbaik ya. Aku maupun suamiku juga berpikir biarkan saja mengalir apa adanya. Kami juga tidak terlalu memikirkannya dan tidak terlalu terobsesi harus hamil sekarang begitu. Nanti kalau saatnya dikasih sama Yang Di Atas ya insyaallah akan ada kabar baiknya. Mungkin Allah masih memberi waktu bebas kepada kami untuk menikmati momen-momen berdua yang sulit didapat kalau sudah ada momongan." jelasnya sedetail mungkin agar tidak ada yang salah paham.
"Kapan jalan-jalan di tempat angker sama Kak Helen lagi, Kak?"
"Doakan saja secepatnya ya." Bebby sampai melambaikan tangannya ke arah kamera.
"Kalau begitu, terima kasih sudah menemani aku Q&A kali ini. Semoga hari kalian menyenangkan dan jangan lupa kasih jempol kalian, di-subcribe, dan kasih komentar kalian. See you next video, barudak. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Langsung saja Bebby mematikan kameranya. Setelah dipikir-pikir, lebih baik dia mengedit video penelusuran ke tempat angker yang masih ada stok di laptopnya dan diunggah di malam jum'at ini.
Sambil mengalungi kamera di lehernya, membawa laptop dan es bubble tea-nya. Bebby berjalan meninggalkan parkiran menuju kamarnya lagi. Kasihan juga nanti kalau Virgo bangun dan mencari-cari dirinya. Apalagi suaminya itu tidak membawa ponselnya.
Sambil bernyanyi-nyanyi pelan, Bebby memasuki kamar penginapan. Dilihatnya Virgo masih terlelap dalam tidur. Bebby langsung duduk di sofa dan mulai membuka laptopnya.
"Ish... Bau keringat begini." keluhnya.
***
Usai mengaminkan doa yang dipanjatkan Virgo, Bebby menyalami punggung tangan suaminya ketika dia membalikkan badan ke arah Bebby. Bahkan Virgo juga mengecup puncak kepala Bebby dengan sayang. Lelaki itu seolah lupa jika dirinya memiliki dua istri.
Masih memakai mukena yang disediakan pihak penginapan di setiap kamarnya, Bebby memeluk suaminya dan menyandarkan tubuhnya ke d**a Virgo. Kali ini Bebby merasakan tangan Virgo mengusap keningnya secara lembut.
"Kita mau pulang ke rumah Chacha jam berapa?"
"Sebentar lagi, aku belum siap menghadapi ini." sahut Virgo, lelaki itu ganti memeluk istri pertamanya dan menumpukan dagunya di kepala Bebby.
"Aku yakin kamu kuat, Mas."
"Selama ada kamu di sini, aku selalu kuat." kekehnya sambil mencubit pelan hidung Bebby.
"Kamu kuat karena ada Allah, ish..."
"Iya-iya, gombal dikit kan tidak apa-apa."
Mereka kembali terdiam, kedua manusia itu baru saja melaksanakan salat dzuhur berjamaah. Dari tadi subuh, Virgo memang tidak pergi ke masjid dan hanya salat di penginapan bersama istrinya.
"Kamu beneran tadi pagi itu cuma karena lapar? Bukan yang lain-lain?" Virgo kembali membuka obrolan tadi subuh saat Bebby limbung dan lemas.
"Iya Mas, dari kemarin siang aku belum makan apa-apa. Ya pantas saja kalau aku lapar dan pusing. Kenapa? Kamu kecewa karena aku tidak hamil?"
Bebby menggigit bibir bawahnya, dirinya takut jika Virgo kecewa karena apa yang lelaki itu prediksikan salah.
"Bukan begitu, Beb. Maksud aku itu, aku takut kamu kenapa-napa. Kamu bilang kan tidak makan dari kemarin siang, aku takut maag kamu kambuh. Aku jadi merasa menjadi suami paling berdosa, membiarkan istrinya kelaparan. Maaf, sayang." kecupan lembut Virgo turunkan dari bibirnya ke pipi Bebby.
Jika tidak harus kembali ke rumah Asep untuk menjemput Chacha dan pakaian mereka, rasa-rasanya Virgo ingin mengajak Bebby bermalam lagi di penginapan ini lalu besok langsung pulang ke Jogja. Tapi kembali lagi, Virgo tidak ingin lepas tanggung jawab begitu saja.
"Insyaallah tidak akan terjadi apa-apa, buktinya aku masih baik-baik saja."
"Aamiin. Kita di sini dulu saja Beb, pulang ke rumah Abah Asep nanti selesai ashar."
"Aku ikut saja, lagi pula di sini juga sama suami."
Bebby tersenyum usai mengatakan hal demikian. Dia sungguh merasa senang berada di penginapan ini hanya berdua bersama Virgo meski singkat. Karena setelah dirinya menikah, mereka sama-sama belum memiliki rasa cinta. Belum juga rasa cinta itu hadir di antara mereka dan belum sempat menikmati keindahan berdua, Bebby sudah harus rela berbagi suami. Jadi rasa-rasanya berdua bersama Virgo seperti ini malah membuatnya seperti sedang berbulan madu.
"Cie... Ketahuan nih ya, kamu suka di sini berdua sama aku."
"Em... Aku tidak memungkiri kalau memang suka, sangat suka dan sangat-sangat suka. Serasa dunia milik kita berdua. Aku ingin kita selalu seperti ini, tertawa, bercanda, bertengkar, berbagi, dan saling mengucapkan kata sayang yang mesra hanya berdua." ungkap Bebby, tanpa malu. Berbeda dengan semalam yang benar-benar malu pada Virgo.
"Kenapa harus ada kata bertengkar?"
"Karena hubungan tanpa pertengkaran itu rasanya tidak lengkap. Seperti kuah bakso pakai saos, sambal, kecap, tapi tidak pakai cuka. Meski bakso tidak memakai cuka tetap enak, tapi akan lebih nikmat kalau dikasih cuka."
Virgo hanya mendengarkan saja perumpamaan yang Bebby berikan.
"Begitu pula hubungan, pasangan kalau sedang bertengkar pasti rindu. Rindu itulah yang akan membuat kita semakin mesra saat berbaikan dan takut akan kehilangan juga ditinggalkan." jelas Bebby panjang masih dengan posisi memeluk Virgo.
"Kenapa harus pakai perumpamaan bakso?"
"Karena aku suka bakso."
"Kenapa jawabannya harus suka bakso? Kenapa tidak karena kamu suka aku?"
Bebby bangun, dia tersenyum memandang wajah Virgo yang juga memandangnya. Kedua bola mata mereka saling tatap dan saling memancarkan rasa cinta.
"Kenapa kamu banyak tanya?" tanya Bebby balik sambil mengikuti gaya bicara Virgo.
"Karena aku sayang sama kamu."
"Cie... Yang sayang sama aku." sekarang ganti Bebby yang menggoda suaminya.
"Sini, aku peluk lagi." Virgo berusaha menarik tangan Bebby tapi istrinya itu menolak pelan.
"Aku mau buka mukena dulu, takut kotor."
Seperti yang dikatakan Bebby, istri pertamanya itu sekarang sudah berdiri dan membuka mukenanya lalu melipatnya dan meletakkan kembali di dalam lemari. Virgo pun melakukan hal yang sama, tapi dia hanya membuka sarung yang juga disediakan.
"Sayang..."
Tubuh Bebby merinding ketika Virgo melingkarkan kedua tangannya di pinggangnya secara perlahan hingga kini Bebby berada dalam pelukan suaminya. Kedua tangan Virgo saling bertautan di depan perut datar Bebby.
"Iya Mas, kenapa?"
"Bersabar sebentar lagi ya, kamu akan menjadi satu-satunya istriku." kecupan lembut kembali Virgo berikan di ubun-ubun istrinya.
Bebby tidak menjawab, dia malah membalikkan badan dan menatap wajah tampan suaminya.
"Apa aku terlalu egois?"
Kepala Virgo menggeleng pelan, dia menangkup kedua pipi Bebby menggunakan telapak tangannya yang lebar dan hangat.
"Tidak sayang, kamu pantas bahagia."
Kedua mata Bebby terpejam perlahan seiring datangnya wajah Virgo di wajahnya hingga membuat mereka menempel satu sama lain. Suaminya itu memang selalu bisa membuatnya terlena seperti ini. Dan Bebby suka akan lenaan yang Virgo ciptakan.
***
Next...