15. Bukan Sinetron

1266 Words
Di sinilah sekarang seluruh keluarga Danar beserta putra-putri, istri dan menantunya. Tanpa terkecuali, bahkan Mongky dan Renata juga ada. Pagi-pagi tadi Virgo menelepon kakaknya agar datang ke rumah karena ada hal penting yang akan diobrolkan. Kebetulan Mongky sudah pulang dari Semarang kemarin lusa dan tidak sedang piket siang. Semua duduk melingkar di ruang tamu. Kebetulan sekali kursi yang ada cukup untuk mereka semua duduk. Reka sang bayi kecil sedang tidur di kamar Claudia. Karena sebenarnya kamar tamu yang dipakai Chacha tidur itu dulunya adalah kamar Mongky. Di tengah-tengah mereka ada sebuah meja pendek bagian dari sofa yang dibeli Sofya beberapa tahun lalu. Namun, bukan mejanya yang menjadi pusat perhatian. Tapi sebuah map yang dibawa Sofya dari kamar sejak beberapa menit lalu yang mengundang penasaran. Selain Sofya, ada dua orang yang tahu isi map itu. Mereka adalah Danar dan Bebby. Benar sekali, selama ini Danar tahu akan kebenarannya. Hanya saja, Danar memilih diam karena tidak ingin terjadi masalah. "Aku minta maaf, Ma." setelah beberapa menit terjadi keheningan, akhirnya Bebby orang pertama yang membuka suara. Sebenarnya tidak benar-benar hening, sudah ada percakapan sedari tadi tapi terjeda sekitar lima belas menit lamanya. Tentu saja sebuah obrolan yang memberi tahu bahwa sebenarnya Virgo sudah mengetahui semuanya. Sofya sempat kaget, akhirnya dia membawa map itu keluar dari kamarnya. "Jadi selama ini aku bukan anak kandung Bapak?" Mongky seolah meminta kepastian dari Danar. Suasana memang tegang sedari tadi, tapi sebisa mungkin Sofya menahan emosinya. Lebih tepatnya, Sofya sulit bicara karena akan membuka luka lama. "Aku harap Mama tidak marah sama Mas Virgo, aku yang salah. Aku yang sudah lancang membuka map pribadi Mama." suara Bebby kembali terdengar. Jantung mereka sama-sama berdetak tak karuan. Virgo menggenggam jemari Bebby hingga membuat wanita itu menghentikan remasan tangannya sendiri. Melihat istri pertamanya terus menggigit bibir bawah serta meremas jemarinya sendiri, membuat Virgo tahu kalau Bebby sedang gelisah. Sofya belum juga membuka suara. Wanita itu memilih memandang wajah putra-putri serta menantunya secara bergantian. "Jawab Ma, kenapa selama ini Mama tidak memberi tahu aku kalau aku bukan anak kandung Bapak?" Mongky masih tetap menuntut kebenarannya. "Sabar Mas." Renata mencoba menenangkan suaminya yang pasti sangat terpukul karena tahu bahwa dirinya bukan putra kandung Danar. Kali ini terdengar isak tangis Sofya. Melihat hal itu membuat Mongky dan yang lainnya sedih. Pasti Sofya kembali ingat akan pengkhianatan mantan suaminya dulu. "Maafkan Mama..." ujar Sofya seraya menahan isak tangisnya. "Ma... Jangan minta maaf, kami hanya butuh penjelasan langsung dari Mama." pinta Mongky lagi. Lelaki itu orang yang paling ingin tahu kebenarannya. Dia seperti tidak terima ketika mendengar bahwa dirinya adalah kakak tiri Chacha yang juga menjadi adik iparnya. Jangan sampai ada judul Istri Adikku Adalah Adikku Sendiri. Tolong, ini bukan sinetron. "Nama Ayahmu adalah Dimas, dia seorang karyawan di salah satu dealer besar dan memiliki jabatan tinggi. Mama bercerai dari dia saat usiamu masih tiga tahun. Satu tahun setelahnya Mama menikah dengan Bapak, lalu hamil Virgo." cerita Sofya singkat. "Tapi setelah lelaki itu menghamili wanita tidak bermoral itu, dia pindah tempat kerja ke Malang. Namun yang Mama dengar, saat usia kehamilan wanita itu masih enam bulan, lelaki itu meninggalkannya dalam kondisi hamil dan tidak bertanggung jawab." lanjut perempuan paruh baya itu. "Dan apa benar kalau anak yang dikandung itu adalah Chacha, Ma?" Virgo ikut bertanya. Danar menenangkan Sofya yang menangis tersedu-sedu, dia tahu pasti ini berat bagi istrinya. Padahal sekian lama rahasia ini dipendam. "Wanita jalang itu bernama Astri, dan saat Mama ke Malang untuk melamarkan istri keduamu dulu. Barulah Mama tahu bahwa dia anak dari w************n itu." Sofya benar-benar tidak sanggup untuk mengatakan nama orang yang sudah merusak rumah tangganya sewaktu dulu. Mendengar ibunya dipanggil wanita jalang dan murahan, membuat emosi Chacha meningkat. Namun dia hanya diam menelan kekesalannya. Dia hanya bisa menangis mendengar pengakuan dari Sofya. "Awalnya Mama biasa saja sama Chacha, Mama menerima dia. Namun saat Mama tahu bahwa dia adalah anak haram dari mereka, Mama tidak sudi menerimanya. Mama sakit hati, Chacha adalah hasil dari hubungan gelap mereka." tangisan Sofya semakin pecah. Semua mengucap istighfar di sana, rahasia besar ini akhirnya terbongkar sudah. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Itulah kata pepatah. "Dan untuk kenapa selama ini Mama tidak pernah memberi tahu tentang siapa Ayah kandungmu, Mongky. Itu semua karena Mama pikir bahwa keluarga kita sudah lengkap dengan adanya Bapak. Lagi pula selama ini Bapak tidak pernah membeda-bedakan kalian." Sofya menatap putra pertamanya. "Benar apa kata Mama, Mong. Bapak menganggap kamu sebagai anak kandung Bapak sendiri. Tidak ada yang beda dari kalian di mata Bapak. Kalian tetap anak Bapak." sambar Danar usai Sofya berbicara. "Hah... Aku tidak percaya kalau ternyata aku memiliki adik lain di luar sana." Mongky mengurut pelipisnya sendiri. Claudia hanya diam, siapa yang tidak syok mendengar kabar seperti ini. Ternyata, Chacha adalah adik Mongky se-Ayah beda ibu. Dan lebih parahnya lagi, ibu yang mengandung Chacha adalah perempuan nakal yang sebenarnya adalah teman dekat Sofya. "Awalnya memang lelaki itu tidak tergoda pada perempuan murahan itu. Tapi karena terus-menerus digoda, dia luluh juga dan menjalin hubungan di belakang Mama." tangis Sofya belum juga berhenti. Flashback On. Sofya berjalan sambil menggendong Mongky menuju rumah Astri. Rencananya dia hari ini akan memberi kejutan untuk teman baiknya yang sedang ulang tahun. Sambil membawa sekotak kue dan menggendong Mongky, Sofya mencoba membuka pintu rumah Astri yang memang jarang dikunci. "Syut... Jangan berisik ya." bisik Sofya di dekat telinga Mongky. Anak laki-laki itu hanya mengangguk seolah paham apa yang dikatakan oleh mamanya. Mereka berhasil masuk ke rumah Astri. Tapi Sofya heran saat melihat ada sepatu kerja Dimas di rak sepatu dekat pintu utama. "Kok ada sepatunya Mas Dimas di sini?" tanya Sofya pada diri sendiri dengan suara pelan. "Ah... Mungkin mirip sama punya pacarnya Astri." Sofya masih mencoba membuang pikiran-pikiran buruknya. "Hahaha... Kamu genit deh, Mas. Tapi aku suka." Sofya kaget saat mendengar suara kekehan dari Astri di dalam kamar. Ibu satu anak itu berpikir, apa mungkin Astri berani mengajak kekasihnya bermain di dalam kamar. Apa mereka tidak takut digerebek oleh warga. "Aku juga suka kalau kamu manja begini, bikin aku makin cinta. Rasa-rasanya aku tidak mau pulang." Jantung Sofya berdetak tiga kali lipat sekarang, dia seperti mengenal suara lelaki itu. "Kok suaranya mirip Mas Dimas?" tanya Astri lagi. "Pokoknya aku suka sama ulang tahunku sekarang." "Kenapa memangnya?" "Karena dari semalam ditemani bobok sama kamu." "Mau aku temani bobok lagi malam ini?" "Mau banget dong." "Memangnya kamu tidak kedinginan dari semalam tidak pakai baju?" "Kan ada kamu yang peluk aku, jadi hangat." "Manja banget sih, jadi makin gemas aku sama kamu." "Mas Dimas..." lirih Sofya, dia sangat yakin jika itu suara suaminya. Berbekal keberanian tinggi, Sofya berjalan menuju kamar Astri setelah dia sempat meletakkan keresek berisi kue ulang tahun di atas meja. Dia pegang kenop pintu kamar itu dengan tangan bergetar. Setelah menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan seluruh keberaniannya, Sofya membuka pintu kamar itu secara kasar. Betapa hancurnya hati Sofya saat melihat suaminya sedang b******u mesra dengan sahabatnya tanpa sehelai benang pun di atas ranjang. Terlihat jelas mereka sedang dikelabui nafsu satu sama lain hingga kedatangan Sofya dapat menghancurkan fantasi liar mereka yang sedang dieksplorasikan. Dunia Sofya seolah runtuh bagai porselen jatuh dari ketinggian ratusan kilo meter yang langsung pecah menjadi bagian-bagian kecil layaknya hujan reruntuhan. "Sofya...!" kaget mereka secara bersamaan. Sofya menutup mata Mongky agar tidak melihat kelakuan b***t ayahnya. Apalagi putranya masih sangat kecil untuk menyaksikan kejadian ini. "Jadi ini yang kamu bilang lembur semalam ke aku, Mas? Lembur menyenangkan perempuan lain di atas ranjang? Iya lembur, lembur berselingkuh." Sofya langsung pergi begitu saja meninggalkan mereka. Niat hati ingin memberi kejutan ulang tahun untuk Astri, malah dirinya yang diberi kejutan oleh Dimas dan Astri. Flashback Off. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD